Prologue.

227 22 0
                                    

"So hellos are short, goodbyes are only half farewells"

Bangkok, 7 Maret 2020.

Sekali lagi, pria dengan senyum yang selalu melekat diwajahnya itu harus rela meninggalkan pria berkacamata hitam dihadapannya. Bukan karena tanpa alasan, tetapi sudah resiko yang harus ia terima ketika memutuskan untuk melanjutkan pendidikan pasca sarjananya jauh dari tanah kelahiran.

"Bib, aku pamit."

Pria itu berusaha untuk menahan air matanya dan tetap tersenyum dihadapan pria yang ia panggil 'Bib' itu. Pria dengan kacamata hitam itu kemudian meraih tangan pria yang berpamitan dengannya, mencoba untuk mengatakan untuk 'jangan khawatir' tanpa mengucapkannya.

"Ini bukan pertama kalinya kita berpisah, Bui. Don't worry, we'll meet again soon."

Pria itu balik tersenyum dengan tangannya yang semakin erat menggenggam lawan bicaranya. Yang digenggam mulai tidak bisa menahan air matanya dan tangisnya pun pecah.

"Sssuushh.. Don't cry, baby Build."

Pria yang kerap dipanggil 'Bib' itu perlahan menyeka air mata Build yang kini senyumnya entah luntur kemana. Build semakin terisak, perasaan tidak rela itu semakin berat dalam dirinya. Tanpa aba-aba, Build memeluk pria dihadapannya dengan erat, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher pria yang telah menemaninya 10 tahun ini.

"Hiks.. Bible.."

Merasa namanya terpanggil, Bible berusaha menjauhkan Build dari dirinya untuk melihat kondisi wajah kekasihnya itu. Matanya memerah, air mata sudah cukup banyak untuk membasahi pipinya.

"I promise you. Jadi, kamu harus belajar yang rajin disana."

Bible tersenyum walaupun hatinya sendiri tidak rela harus berpisah dengan Build. Tapi ini sudah keputusan Build, yang bisa ia lakukan hanya terus mendukung kekasihnya itu.

"If you have time.. Aku harap kamu bisa menyusulku."

Build menatap mata Bible dengan harapan pria dihadapannya dapat mengindahkan keinginannya.

"As if I have a time, Build. Kamu tau perusahaan tidak bisa ditinggalkan sedetik pun. But, I'm sure.. Kita akan bertemu lagi nanti."

Bible bukannya tidak ingin menyusul Build. Los Angeles bukan tempat yang tidak bisa di jangkau oleh dirinya, tapi karena keadaan yang tidak membiarkan ia untuk pergi menyusul kekasihnya kapanpun ia merindukan Build.

"Sudah sepuluh menit, Build. You'll miss your flight again, hurry."

Bible mengecup sekilas bibir Build, sebelum akhirnya mendorong punggung Build pelan untuk buru-buru pergi check-in.

            "Until we meet again, my Build!", teriaknya sembari melambaikan tangan. Build tidak mau kalah, membalas dengan lambaian tangan yang lebih bersemangat dari Bible. Bible terus tersenyum hingga punggung Build tidak lagi terlihat dalam pandangannya. Sesungguhnya, ia juga menahan air matanya sedari Build mulai menangis. Tetapi, ia harus terlihat kuat untuk Build.

—tbc.
Find me on Twitter:

Find me on Twitter:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SPLIT - BibleBuildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang