1. Cerita Senja

34 6 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


"Sahabat itu mendengar dan menerima cerita. Alih-alih memberi solusi, dia akan hadir menjadi seseorang yang paling mengerti."-Kanda Gabrian Atsama

***

Nuansa rindu pada danau kata-katanya bisa membawa kita pada barisan memori lama. Untuk sekadar duduk dan menyapa yang lalu-melamun maksudnya.

Siang tadi, saat jam istirahat pertama di sekolah, Kanda datang ke kelas dan mengajak Rania untuk berkunjung ke danau ini ketika pulang.

Rencana terealisasi. Masih dengan posisi yang sama sejak datang. Duduk menghadap danau dengan atensi yang tak teralih dari sunyi. Danau yang jarang dikunjungi, sebab lokasinya yang terbilang cukup jauh dari hiruk-pikuk kota yang tiap jam menerkam aktivitas mereka.

Kanda, si anak emas dari tim paduan suara sekolah masih dengan tatapan tenangnya. Bersenandung kecil melantunkan nada-nada dari lagu yang akan mereka bawakan untuk festival paduan suara bulan depan, mungkin. Rania tak tau pasti. Dia hanya samar-samar mengingat melodi itu saat menemani Kanda berlatih paduan suara Selasa kemarin.

Siang terlalu terik membuat dahi mereka secara tak sadar mengernyit, menghalau sinar yang menembus kisi-kisi dari pohon rimbun di samping mereka.

"Biar ku tebak."

Kalimat pertama sejak 7 menit yang lalu keduanya dirundung sepi. Kanda menoleh, menunggu Rania melanjutkan ucapannya. Mata perempuan itu menyipit dengan bibir melengkung ke atas yang sempat membuat Kanda hilang fokus menatap wajah tirus itu.

"Kali ini pasti tentang ...," ucapnya dengan gumaman panjang seolah sedang menerka.

"Engga ada apa-apa, tuh. Kamu jangan sok tahu gitu," balas Kanda.

Pembahasan mengarah pada alasan mengapa Kanda mengajaknya ke tempat ini. Seperti menjadi rahasia umum untuk Rania, jika Kanda mengajaknya ke danau ini, artinya ada sesuatu yang membuat hati laki-laki itu tidak tenang.

"Ih, kok dibilang sok tahu, sih. Emang biasanya kan kamu ngajak aku kemari karena ada sesuatu." Wajah perempuan itu tertekuk.

Kanda hanya menatapnya sekilas, lalu kembali menyapu pandangan ke arah danau. Tidak berniat merespon perkataan Rania. Dia kemudian berdiri dengan tangan direntangkan, bersiap menjalankan ritual pelepasan belenggu dunia-begitu kata Rania saat Kanda terakhir kali melakukannya.

"Aaaaa ...," teriak Kanda dengan suara lantang, melepaskan beban seharian ini. Terasa melelahkan.

Rania mendongak, menatap Kanda, kemudian tertawa kecil. Membuat laki-laki di samping menunduk melihatnya, sedikit terheran.

"Kalau mau teriak, ya teriak aja, Nda. Engga usah pakai melodi biar merdu," komentar perempuan itu kemudian tertawa lepas.

Kanda seperti tidak terima dengan ucapan Rania. "Engga dibuat-buat, tuh. Emang aku bernapas aja merdu, kok," balasnya kemudian mengacak rambut Rania sejenak.

Rania bangkit dari posisinya, tidak berniat membalas. Dia berdiri di samping Kanda dan menatap dengan serius.

"Kamu waktu itu bilang. Sahabat itu adalah orang yang mau mendengar dan menerima cerita kita. Gitu, kan?" tanya perempuan itu. Kanda mengangguk pelan.

"Berarti kamu bisa cerita ke aku tentang apa yang bikin hati kamu engga nyaman. Aku bisa jadi pendengar dan menerima cerita kamu. Alih-alih menyarankan solusi, aku bisa jadi tempat berbagi yang ngerti sama kamu. Paham?" Rania menekankan, meniru cara Kanda ketika menyampaikan hal ini padanya. Kanda tidak berkedip saat Rania memaparkan. Sedetiknya, tangan Laki-laki itu bergerak mencubit pipi Rania.

"Anak Sastra kalau ngomong engga diragukan, ya?" gurau Kanda dengan senyumannya.

"Iya, tapi lepasin," pinta Rania, menggenggam tangan Kanda, berusaha menjauhkan dari pipinya ketika merasakan pipinya mulai nyeri. Kanda tidak segan-segan mencubitnya dengan tenaga. Menyisakan kemerahan pada pipi perempuan itu.

Kanda tertawa lepas melihat pipi Rania memerah karena ulahnya, sedang perempuan itu cemberut dan mengelus pipinya.

Mereka masih berdiri untuk beberapa saat, bahkan tanpa terasa jam memakan waktu, namun dua orang yang sedari bersenda gurau itu tak berniat menggerakkan langkah untuk pulang. Sudah hampir 3 jam sejak pertama mereka datang.

Matahari mulai redup tertimpa malam. Senja datang dengan cerita baru hari ini. Tentang dua orang bersahabat yang mengerti bagaimana membaca perasaan. Saat waktunya cerita mereka hadir, berharap akan menjadi cerita yang paling digemari sedikit orang, sebagian, atau sepenuhnya, entahlah.

***

Ini Chapter pertama. Komen first impression kalian di sini, ya.

Kira-kira Cast yang cocok buat tokoh Rania siapa, ya? Spill di sini.

Komen to be continue. See you di chapter selanjutnya, ya ....

***

Kanda Gabrian Atsama

Kanda Gabrian Atsama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

IG: Aldysaragi_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hi, RanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang