Torang berhenti di tengah pintu. Ia melongo melihat sebuah bokong mungil menyembul dari kolong meja kerja sekretarisnya.
"Apa yang kau lakukan di situ?" Torang bertanya parau. Suaranya memecah kesunyian ruangan. Wanita yang sedang menungging itu terkejut dan buru-buru berdiri. Terdengar suara benturan kepala di bawah meja disusul sumpah serapah pelan.
"Siapa kau? Nggak bisa mengetuk pintu ya? Ngagetin aja!" cecar wanita itu berdiri kesal. Ia mengernyit mengusap pucuk kepalanya.
"Kau siapa?" Torang balas bertanya. 'Wanita ini kasar sekali!' batin Torang. Wanita itu tampak sangat muda, wajahnya polos tanpa riasan. Bertubuh mungil, dengan tinggi hampir sebahu Torang. Rambutnya dikucir ekor kuda dan menggantung di punggungnya. Ia memakai kemeja putih yang kebesaran dipadu dengan rok sepan panjang sebetis. Kaca matanya bergagang hitam yang melorot di hidung. Kakinya tidak bersepatu.
"Eh, malah balik nanya! Hei dengar ya, ini kantor CEO. Dilarang berkeliaran di sekitar sini!" tegur si mungil itu lagi, "Heran, kenapa kau nggak dicekal satpam di bawah tadi."
Torang menahan tawa yang hampir keluar. Ia tergoda untuk mengerjai wanita pemberang di depannya. Akan tetapi, nuraninya memutuskan untuk berterus terang. "Aku sang CEO," ucapnya singkat.
Wanita itu ternganga sekejap namun segera pulih. "Jangan bercanda! Mana ada CEO memakai kaos dan celana jins belel begitu, pakai sepatu kets lagi!"
Kini giliran Torang yang melongo. "Jadi, CEO itu harus pakai apa?" tanyanya heran.
Si mungil itu tertawa. "Ya pakai jas, dasi dan sepatu kulit. Semuanya mewah. Nggak kayak baju kita ini."
'Kita? Lo aja, kali!' Torang membatin. Ia tidak percaya harus beradu mulut dengan cewek ingusan tak dikenal di ruang kerjanya. Ia melangkah mendekati meja Helena.
"Aku serius. Aku Torang Blanks, CEO PT Cipta Kejora."
Wanita di hadapannya terkesiap. Ditatapnya Torang lebih teliti.
"Bagaimana aku bisa percaya?" ucapnya polos.
"Mana Helena? Dia bisa memberitahumu."
"Bu Helena libur, ini hari Sabtu."
"Ah, aku lupa," seru Torang menepuk keningnya. "Kalau begitu, kau sedang apa di sini? Siapa tadi kau bilang namamu?"
Gadis itu merengut. "Aku tidak ada menyebut namaku. Aku di sini sedang bekerja."
Torang menyandarkan pinggulnya di meja dan mendekapkan tangan. Matanya menatap tajam. "Jadi, siapa namamu? Apa yang kau lakukan di meja Helena?"
"Aku Mariana Chesar, sekretaris baru di sini. Sementara ini aku masih asisten Bu Helena hingga minggu depan."
Torang terdiam, dipandangnya lagi Mariana dengan seksama. 'Gadis ini benar-benar kampungan seperti cerita Gaben Paboa. Jadi, dia sudah mulai bekerja?' batinnya.
"Apa yang kau lakukan di bawah meja? Kusangka kau sedang menyabotase komputer kantor," tukas Torang dingin.
Mariana menggeleng. Kucirnya ikut bergoyang. "Aku mencari flasdisk, jatuh ketika merapikan berkas."
"Sudah ketemu?"tanya Torang lagi.
Mariana mengangguk, membuat kucirnya kembali bergoyang. "Sudah — "
"Pak!" timpal Torang ketus. Wanita di depannya sontak melotot.
"Kau seharusnya memanggilku, Bapak. Aku ini atasanmu. Lagi pula usiaku jauh lebih tua daripadamu. Kau cuma gadis kecil yang baru tamat sekolah," cela Torang.
Mariana menatapnya kesal. "Aku bukan gadis kecil, usiaku sudah 23 tahun," balasnya, "Aku tak yakin, Bapak adalah bos-ku. Boleh aku izin melihat kartu identitas, Bapak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPAK SAYAP REPAS
ChickLitMariana Chesar seorang yatim piatu yang dibawa pamannya ke Jakarta untuk bekerja di PT Cipta Kejora miliknya. Namun, Torang Blanks, sang CEO meragukan kemampuan gadis kampung itu. Mariana semakin terasing saat Vivien, mantan menantu pamannya, kembal...