"Hati-hati, Debora. Mereka memang manusia tapi mereka tidak memiliki perikemanusiaan."Pesan Andromeda pada prajurit kesayangannya. Pangkatnya tidaklah tinggi. Tapi dialah yang paling setia dan berani.
Ia yang pertama maju saat pertarungan terjadi. Mengorbankan diri demi menghambat musuh menggapai sang Ratu.
"Jangan khawatir, yang mulia. Aku akan datang membawa kemenangan untuk kita." Janji Debora optimis.
Ia bahkan tidak meringis sakit saat Andromeda menggunakan sihirnya untuk melukai wajah Debora dengan banyak leban dan sayatan.
Walau sudah menggunakan mantra agar bisa menghalau rasa sakit, mantra negatif tetap bisa terasa sakit pada penerimanya.
Mengangguk, Andromeda menghapus darah yang mengalir dari hidung Debora lalu mengolesnya di banyak sayatan yang ia buat.
"Aku mempercayaimu, Debora." Ujar Andromeda lalu mengecup singkat dahi Debora.
"Aku tidak akan mengecewakanmu, Ratu Andromeda."
👑♟👑
"T-tolong!"
Debora jatuh tersungkur saat melihat Blaise, Penjaga perbatasan tumbang ke tanah.
Ia menahan sudut bibirnya agar tidak terangkat membuat senyuman pongah melihat dia manusia yang lemah.
"T-tolong aku..." Lirihnya sambil meraih kaki Blaise. Ada kepuasan tersendiri melihat wajah panik dan ketakutan si penjaga perbatasan.
Pria itu memberontak sambil menjauhkan kakinya dari cengkraman tangan Debora.
"Pergi kau penyihir!" Seru Blaise. Ia menghentak kakinya hingga Debora terdorong kebelakang.
"A-aku bukan penyihir." Sangkal Debora masih dengan suara tersengalnya. Ia terdengar letih dan begitu kesakitan.
Tangannya memegangi perut, mencengkramnya keras. Matanya tak fokus dan sering mengerjap dan mengernyit seolah menahan sakit yang tak ia coba tunjukkan dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔CHECKMATE
Historical Fiction"Move in silence, only speak when it's time to say, Checkmate."