1 | You'll Never Understand Me

68 7 2
                                    

Kesamaan cerita, baik ide dan/atau plot, menulis ulang kembali dan memublikasikan atas nama pribadi pada media cetak/sosial, memperbanyak dan mendistribusikan serta sejenisnya, tanpa seizin Penulis akan dilaporkan pada pihak berwajib.

Cerita ini memiliki hak cipta dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia no. 28 tahun 2014.

♦️♦️♦️

AFTERNOON tea di negara Inggris sudah mengalami banyak inovasi seiring perkembangan zaman, setidaknya dari beberapa tempat di London yang Aloise datangi bersama teman atau terkadang rekan kerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AFTERNOON tea di negara Inggris sudah mengalami banyak inovasi seiring perkembangan zaman, setidaknya dari beberapa tempat di London yang Aloise datangi bersama teman atau terkadang rekan kerja. Seperti favoritnya di area Sea Containers London yang menawarkan konsep bar koktail dengan minuman kaya cita rasa, nuansa yang dihadirkan juga selalu mampu menciptakan suasana bersantai sore yang menenangkan. Sayangnya perasaan sejenis tidak bisa didapatkan Aloise saat tiba waktunya mengikuti kegiatan minum teh sore di kediaman Sloan, sekalipun Aloise telah berpartisipasi sejak menginjak umur delapan belas tahun, tetap saja perasaan canggung itu sulit diempaskan.

Apalagi jika rekan minum tehnya tidak lain adalah sang nenek, Thyra Burkhardt, dan hanya bersama wanita itu seorang. Relasinya dengan Thyra terasa lebih kompleks dibanding hubungan Aloise dan ibunya. Dengan sang nenek, Aloise selalu membesarkan rasa toleransinya, meskipun terkadang harus mengorbankan kehendak sendiri. Sama halnya sekarang, Aloise tetap akan menyapa neneknya yang bersahaja itu dengan senyum semanis mungkin, walaupun seluruh otot-ototnya seakan menjerit minta diistirahatkan usai mimpi aneh di kamar mandi tadi.

Melalui sorot mata berwarna biru lembayung serupa kelopak tumbuhan ceraka, Aloise menyelisik dekorasi baru di lounge kediaman Sloan. Sepatunya menginjak keramik granit di area tengah berbentuk pentagon, langkahnya agak tergesa saat melewati kandil gantung yang dipasangi puluhan lampu kristal dengan pendar berkilauan, suara haknya kemudian teredam dengan permainan musik berasal dari instrumen harpa yang mengisi kekosongan antara bagian tepi dengan jantung ruang bersantai. Di dalam ruangan yang tersekat panel krem kecokelatan, kedua mata Aloise menangkap sosok Thyra yang sedang duduk di salah satu kursi, tampak masih rileks menunggunya ditemani sebatang cerutu yang terselip di antara jemari.

"Here finally comes my beautiful successor," sapa Thyra dengan volume khasnya yang konsisten dan tegas. Diletakkannya sisa cerutu berbentuk piramida itu ke asbak.

"I'm sorry I'm late," ujar Aloise sambil menyentuh lengan Thyra sesaat. Tatapannya mengamati sang nenek dengan lembut. Bibirnya kerap mengulang senyuman sebelum kembali berujar, "Tidak punya kalimat lain kecuali you look stunning as always, Grandma," tutup Aloise dengan mengecup kedua pipi neneknya sebelum duduk.

"You and your sweetest tongue, indeed," respons Thyra dengan senyum singkat. "Sit, Aloise."

Usai menuruti ucapan sang nenek, fokus Aloise kini beralih dari penampilan anggun Thyra yang mengenakan blus lengan panjang dipadu rok marun ruffle ke meja bundar yang dihias menawan. Di atas meja bertaplak seputih mutiara, sudah terhidang seduhan daun-daun teh dalam pot porselen buatan tangan salah satu pengrajin terbaik di Inggris, finger sandwiches dan scones dalam piring bercorak monogram antik, serta nampan oval bertingkat yang menyajikan susunan kue-kue bertabur irisan buah: apricot gateaux, raspberry frangipane tart, coconut truffles, juga pai-pai berukuran mini.

You'll Never Hunt Me DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang