2 | You'll Never Know Someone's True Intention

59 7 4
                                    

Kesamaan cerita, baik ide dan/atau plot, menulis ulang kembali dan memublikasikan atas nama pribadi pada media cetak/sosial, memperbanyak dan mendistribusikan serta sejenisnya, tanpa seizin Penulis akan dilaporkan pada pihak berwajib.

Cerita ini memiliki hak cipta dan dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia no. 28 tahun 2014.

♦️♦️♦️

"I made this myself, Miss

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I made this myself, Miss. You look beautiful. And you're so kind. To me. To us!" seru seorang bocah laki-laki berpakaian seragam sekolah.

Aloise sedang membungkuk sembari berusaha menyamakan tinggi dengan si anak ketika sebuah buket berisi campuran kembang kertas, bunga dahlia, dan mambang kuning, terjulur tepat di bawah lubang hidungnya. Kelopak-kelopak bunga itu bermekaran dengan sempurna, warna cerahnya seakan menggantikan sinar matahari yang mulai meredup di langit London, serta untaian-untaian manis dari lilitan daun seribu berhasil merangkum perbedaan menjadi susunan yang menawan, segar, dan enak dipandang.

"That's so sweet of you." Telunjuk Aloise menyentil pelan ujung hidung bocah laki-laki yang bermulut manis.

Sorot biru terang itu berbinar, memantulkan gambar diri Aloise dalam keping mata si anak. Ia hampir berkaca-kaca saat bocah itu mencium pipi dan memeluknya erat-erat. Ada kehangatan di sana. Kedamaian yang membuat hatinya terasa penuh walau barang sesaat saja.

Begitu dekapan melonggar, Aloise berdiri perlahan sembari membenarkan posisi rok tulipnya. Tangannya juga sempat memperbaiki felt hat abu-abu milik si anak sebelum laki-laki itu berlari ke belakang tubuh orang dewasa berpakaian biarawati. Dari penampilannya, Aloise menebak wanita itu adalah pengajar sekaligus berperan sebagai pendamping pemandu tur di Paramount Museum dalam rangka kegiatan luar sekolah.

Sekarang, isi kepala Aloise menyimpulkan bahwa merekalah sambutan 'kecil-kecilan' yang diatur oleh asisten pribadinya. Seminggu lalu saat Islah menyusun jadwal kunjungan ke Paramount Museum, Aloise sudah mengingatkan lelaki itu agar tidak ada satu pun media yang diundang. Namun ketika Aloise baru saja turun dari limosin tadi, ia tidak menyangka kehadirannya akan disambut oleh sekumpulan bocah berusia 5 sampai 11 tahun dari Learnwell Primary School, sekolah gratis yang didirikan Aloise bagi keluarga yang kurang mampu secara finansial.

"Miss Sloan," sapa sang biarawati sambil mendekatinya. Kedua tangan Aloise digenggam. "Terima kasih banyak untuk segala bantuan Anda, Miss. Anak-anak ini sangat senang karena Anda memberi kami kesempatan untuk berkeliling di museum besar ini. Mereka sangat antusias!" seru pengajar tersebut tak bisa menahan haru. "Semoga Tuhan memberkatimu, Miss. Panjang umur, selalu."

"It's my pleasure, Sister," balas Aloise lembut.

Sekalipun Aloise ingin bercakap-cakap lebih lanjut tentang perkembangan anak-anak didiknya, ia memiliki agenda lain yang menjadi tujuan utamanya berkunjung ke Paramount Museum. Bertepatan dengan pengajar dan para murid undur diri, ada lima orang berjas rapi datang dari arah dalam alun-alun menuju tempat Aloise dan tim keamanannya berada. Salah seorang pria pendek bertubuh gempal menampilkan senyum ceria tanpa sedetik pun mengalihkan pandang dari Aloise.

You'll Never Hunt Me DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang