Hai apa kabar?, Baik dong ya pastinya...
Hatinya apa kabar nih?....Udah lama ya nggak update , kangen nggak?
Haha, udah deh kita mulai aja langsung.Hati-hati bacanya nanti kalok sakit mata hehe 👍
_______________________________
"Baru juga masuk, udah dapet masalah aja sih Lo." Bela berucap kepada dirinya sendiri yang sekarang sedang berdiri di depan cermin.
"Gini banget sih Lo bel, baru juga bisa sekolah normal." Bela menghentak-hentakkan kakinya dengan berjalan ke arah tempat tidurnya.
Bella dari TK sampai kelas XI SMP itu sekolah dirumah, atau bisa disebut dengan homeschooling karena dia mendarita lemah jantung yang memang sudah bawaan dari dia masih dalam kandungan, sebenarnya orangtua bela sudah melarang keras agar dia tetap melakukan homeschooling agar tidak terjadi hal-hal yang memang membuat kondisinya drop. Tetapi dengan bujukan dari Bella yang terus memohon kepada sang ayah, akhirnya ia diperbolehkan sekolah normal seperti anak-anak lainnya, dan dengan suatu syarat tentunya, yaitu Bella harus bersekolah di sekolah swasta yang dibangun oleh keluarga Bella.
_
_Sang mentari kini sudah terbit, tetapi disebuah kamar terlihat seorang remaja laki-laki yang masih bergulat di atas tempat tidur dengan nyenyak.
'tok..tok..tok..
Bahkan suara ketukan pintu yang terdengar begitu keras pun sama sekali tidak dapat membangunkannya, tetapi ...
"SEMESTA BANGUN ATAU UANG JAJAN BUNDA POTONG!"
Ya, suara teriakan dari Tia lah yang hanya bisa membangunkannya.
"IYA BUN INI UDAH BANGUN KOK." Jawab semesta dengan mata yang masih terpejam tetapi kini ia sudah bangun dan duduk di samping ranjang, ya walaupun nyawanya agak kaget karena teriakan mendadak dari sang bunda yang berhasil membuat dia hampir jantungan pagi-pagi.
"Bunda tunggu 10 menit nggak turun uang jajan beneran bunda potong." Ucap Tia Sebelum pergi dari depan pintu kamar semesta.
Setelah Tidak ada tanda-tanda teriakan mau dari sang bunda, semesta memejamkan kembali matanya 'masih ngantuk berat.'
Ruang makan_
"Bunda bilangnya 10 menit ganteng bukan 15 menit," kini semesta hanya menatap Tia dengan sengirnya.
"Lewat 5 menit doang Bun, nggak papa lah."
"Kebiasaan, jangan begadang terus dong mangkaya, iya kalok belajar mah nggak papa, lah kamu begadangnya main game, keluar malem."
"Hehe, nggak lagi deh Bun." Jawab semesta, san Tia hanya tersenyum kearahnya.
"Kenapa semalem pulang larut banget?" Tia menatap ke arah semesta.
"Hehe, maaf Bun lagian sepi di rumah."
"Jangan diulangi lagi, bunda minta maaf sama kamu, kalau bunda itu nggak bisa selalu ada di sisi ku, bunda minta maaf ya." Tutur Tia.
"Shappp komandan, nggak papa Bun."
Jujur saja sebenarnya Tia agak sedih dengan perubahan semesta setelah meninggalnya sang Oma, dari dulu yang semesta tidak pernah keluar malam, kini ia jadi sering pulang lewat jam 12 alasannya saat ditanya 'sepi Bun Esta nggak ada temen, lagian cuman main kerumah Guntur kok' , ditanya Tia kemana? Tentu saja Tia masih berada di butik dan tidak bisa memantau keadaan sang putra secara langsung.
"Bun, aku berangkat dulu ya". Ucap semesta lalu menyalimi tangan sang bunda dan Tia pun membalas dengan mencium kedua pipi sang putra.
"Hati-hati, nggak usah kebut kebutan." Tutur Tia.