Prolog

799 101 10
                                    

19-07-2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19-07-2022

~ Selamat Membaca ~
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
.
.
.

Di dalam sebuah kamar dengan nuansa baby blue itu, seorang anak lelaki tengah membacakan sebuah dongeng pengantar tidur untuk bocah lelaki lainnya. Dongeng itu sudah pada penghujung cerita namun bocah yang dalam keadaan berbaring itu tak juga terlelap, malah terlihat binar cerah dari kedua netra kelamnya.

"Pangeran pun datang dan mencium putri yang telah tertidur begitu lama. Mereka menikah dan hidup bahagia selamanya. Tamat."

"Nah, Zhanzhan ceritanya sudah selesai. Bukankah kamu berjanji akan segera tidur setelah diceritakan kisah putri salju ?"

Anak lelaki berusia sepuluh tahun itu menutup buku cerita bergambar di tangannya, meletakkan buku itu di atas nakas. Ia kemudian masuk ke dalam selimut berbaring menyamping di sisi bocah yang lebih kecil.

"Ge, apa pangelan hanya boleh menikah cama putli ?" Bocah tiga tahun itu menoleh dengan mata yang berkedip polos ke arah anak lelaki yang kini tengah memeluknya.

Wang Yibo yang ditanyai demikian oleh bocah yang bahkan masih meminum susu dari dot itu merasa harus hati - hati dalam memilih jawaban. Ia sendiri juga seorang bocah, namun di sini ia yang lebih dewasa merasa bertanggung jawab untuk mengarahkan pemikiran bocah kecil itu agar tidak keluar jalur.

Ia juga sedikit penasaran dengan pemikiran bocah kecil yang kini membalas pelukannya sambil mendongak menatap wajahnya. Jadi ia hanya bisa mengembalikan pertanyaan itu, "Eum, mengapa Zhanzhan bertanya seperti itu ?"

Xiao Zhan yang ditanyai seperti itu menjawab dengan mimik seolah sedang berpikir. "Eung... kalena gege pangelan dan Zhanzhan juga pangelan."

"Maksudnya ?"

"Zhanzhan mau nikah cama gege, apa pangelan tidak boleh menikah cama pangelan ?" Kedua bola mata yang begitu kelam itu terlihat mengkilat karena pantulan dari lampu kamar yang diatur sedikit redup, menatapnya penuh harap. Wang Yibo terpaku untuk sesaat, sekali lagi ia hanyalah bocah sepuluh tahun yang pemikirannya begitu sederhana.

Ia menyayangi Xiao Zhan dan bertekad untuk menjaganya selamanya. Tentu saja akan mengiyakan jika ditanyai apakah ia ingin menikahi bocah itu atau tidak.

"Tentu saja boleh. Menikah itu harus saling menyayangi. Apa Zhanzhan sayang gege ?" Wang Yibo menatap penuh harap pada binar cerah dihadapannya.

"Eum. Zhanzhan cayang cayang cayang cama gege." Bocah itu mengangguk dengan heboh sambil mengulang - ulang kata sayang. Ia berpikir jika mengatakannya beberapa kali itu menggambarkan rasa sayangnya yang sangat banyak kepada sang gege.

"Gege juga sangat menyayangi Zhanzhan." Wang Yibo mendaratkan satu kecupan di kening bocah lelaki itu, merapikan selimut keduanya.

"Nah, sekarang Zhanzhan harus tidur karena di luar sudah gelap. Kalau tidak tidur monster gurita akan datang dan menangkap Zhanzhan, apa mau ?"

Bocah itu menggeleng ribut kemudian memejamkan mata dan menyembunyikan wajahnya di dada bocah yang lebih tua. Wang Yibo mengelus punggung Xiao Zhan dengan lembut, mencoba menenangkan bocah itu dari ketakutannya.

Ia tahu jika Xiao Zhan cukup takut dengan hal yang disebut monster itu namun jika ia tak mengatakan kalimat seperti itu, maka Zhan tak akan tertidur dan akan mengajukan banyak pertanyaan semalaman suntuk.

Bocah yang cukup hyperaktif itu juga begitu senang mengoceh. Entah kepadanya, pada para pelayan bahkan pada Tutu boneka kelinci kesayangannya.

Suatu hari saat Yibo pulang dari sekolah ia mendapati rumah besar itu begitu berisik karena tangisan seorang balita juga bibi Song dan paman Lin yang mencoba menenangkannya, namun tak berhasil.

Saat ia bertanya, ternyata Xiao Zhan baru saja menonton kartun dengan karakter kuning kotak yang sedang bermain dengan bintang laut. Yang membuat bocah itu menangis adalah karakter seekor gurita yang menurut bocah itu begitu jelek dan juga jahat. Gurita itu selalu mengganggu si spons dan bintang laut, sangat galak.

Otak kecil Zhan langsung menandai karakter itu dan begitu membencinya. Ia mengamuk di depan TV sambil menunjuk ke arah si gurita, bahkan sampai melempar beberapa mainannya ke arah TV. Bibi Song yang melihat itu panik dan mencoba mencegahnya namun yang ada malah bocah itu semakin histeris, bahkan berkata ingin menolong spons kuning dan bintang laut itu dengan bahasa bayinya.

Sejak saat itu Zhan begitu ketakutan dengan hal - hal berbau gurita, atau benda yang memiliki banyak kaki. Ia menganggap apapun yang memiliki banyak kaki adalah monster yang jahat dan tidak boleh didekati.

Wang Yibo hanya bisa menggeleng dan tersenyum kecil mengingat sepotong kenangan itu. Ia pun ikut memejamkan matanya dan membiarkan alam mimpi menyeretnya untuk semakin terbuai.

.
.
.

Tbc / End

Saya bukan penulis, hanya menuangkan kehaluan, jadi mohon maaf untuk typo dan tata cara penulisan, terimaksih.

Sleeping Beauty - YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang