Jadi, Mau Gak? - 01

3.9K 570 90
                                    

Baekhyun bersusah payah untuk melupakan sosok dari masa lalunya. Sosok yang masih melekat erat sekali dalam benaknya. Bukan, bukan sosok mantan kekasih, tapi sosok yang pernah dia kagumi namun tak pernah bisa dia miliki. Dan setelah banyaknya cara serta perjuangan yang dia lalui untuk melupakan sosok ini, mengapa mereka harus dipertemukan kembali?

Namanya Chanyeol, pria tinggi yang pernah menjadi sosok paling Baekhyun kagumi di masa lalu, ketika dirinya masih duduk di bangku SMP. Cinta pertamanya, sosok yang membuatnya terkagum-kagum karena kepribadiannya yang mempesona, begitu pula rupanya.

Tapi sungguh sayang, Baekhyun hanya dapat memendam rasa sukanya sendirian tanpa berani untuk mengungkapkan. Alasannya, Chanyeol telah memiliki sandaran hati sendiri. Seorang gadis cantik dengan kepribadian tak kalah menarik. Chanyeol mencintai gadis itu, terlihat sangat mencintainya sehingga Baekhyun merasa amat malu bila harus menjadi benalu dalam hubungan mereka, bahkan sekedar untuk berdoa dirinya dapat menggantikan posisi kekasih Chanyeol saja dirinya pun tak kuasa. Merasa tidak pantas dibanding gadis cantik itu.

Bertahun-tahun Baekhyun mencoba untuk melupakan bayangan Chanyeol dari kepalanya, terlebih ketika kabar bahwa Chanyeol telah menikah dengan kekasihnya, tekad Baekhyun untuk menghempas jauh sosok Chanyeol dari kepalanya semakin besar.

Dan ketika dirinya hampir berhasil melupakan Chanyeol dalam kurun waktu empat tahun lamanya, mengapa dirinya harus kembali dipertemukan dalam satu tempat kerja? Di divisi yang sama pula?

Baekhyun mengerang kesal, hampir membanting berkas di tangannya ketika mengingat perlakuan Chanyeol terhadapnya ketika dirinya diminta untuk menyerahkan berkas di ruangan kepala divisinya.

“Cowok brengsek! Lo kalo udah punya istri gak usah sok manis depan gue! Jangan mentang-mentang gue pernah jadi adek kelas lo dulu, lo jadiin alasan buat bermulut manis kaya gitu. Gue gak mau jadi pelakor, anjing!” umpatnya kemudian mendudukkan pantatnya dengan kasar di atas kursi kerjanya.

Beberapa karyawan melihat aneh ke arahnya, salah satu yang paling dekat dengannya berjalan menghampiri.

“Kenapa lo?” tanya Kyungsoo, teman satu divisi Baekhyun.

“Bos lo gila!” ketus Baekhyun kemudian menutup wajahnya menggunakan lengan.

Kening Kyungsoo mengerut, dia menyeret kursi di dekat meja Baekhyun kemudian duduk di sana.

“Pak Chanyeol?” dia memelankan suaranya, takut ada pendengar tak diinginkan melintas.

Baekhyun mengangguk, “Siapa lagi.” katanya.

“Diapain lo?”

Lelaki cantik itu menegakkan badannya sebentar kemudian menarik tubuh Kyungsoo yang lebih kecil darinya masuk ke dalam pelukannya. Dirinya menangis seperti anak kecil yang baru saja dipermainkan oleh berandalan kampung sebelah.

“Gue yang lebay, Kyung, gue yang salah. Dia gak ngapa-ngapain gue, dia cuma perhatian banget sama gue, dan itu jadi masalah besar bagi gue karena gue gak mau baper lagi dan buka luka lama. Lo tau gue susah banget move on-nya.” lirih Baekhyun, undang desah nafas dari yang lebih tua.

Tangan Kyungsoo bergerak mengusap dengan lembut punggung sahabatnya. Dia tahu benar apa yang dialami oleh Baekhyun, termasuk bagaimana sulitnya Baekhyun melupakan sosok Chanyeol.

“Kenapa sih dia harus dipindah tugasin ke sini? Jadi atasan kita, lagi. Kenapa gak ke tempat lain aja? Bikin susah perasaan orang aja deh, heran.”

Kini Kyungsoo mengekeh, dia lepas pelukan Baekhyun dan jemarinya mengusap dengan halus lelehan air mata di kedua sisi wajah Baekhyun.

“Karena divisi kita yang lagi butuh ketua, Pak Suho kan udah gak di sini lagi.” katanya, “Udah tenang aja, lo kalo merasa tertekan banget dan gak bisa ngehandle Pak Chanyeol, bilang aja ke gue. Gue yang bakal nanganin.”

Ah, Baekhyun sayang sekali pada sahabatnya. Dia kembali memeluk Kyungsoo dan berucap terimakasih berkali-kali.

-*-

Baekhyun berdiam diri di depan pintu kantor, menatap ke atas, ke arah hujan yang terus turun tanpa ada niatan untuk berhenti. Kantor sudah mulai sepi, Kyungsoo telah pulang lebih dulu dijemput oleh suaminya.

Dirinya mendesah, “Enak kali ya punya pacar atau suami, kalau lagi kaya gini ada yang antar jemput.” celetuknya.

“Gak punya pacar atau suami juga bakal ada yang antar jemput. Saya misalnya.”

Suara itu membuat Baekhyun terpeleset saking terkejutnya, untungnya tangan besar Chanyeol dengan sigap memegangi bahunya.

Jantung Baekhyun berdebar kencang, dia berdeham lalu menyingkirkan tangan Chanyeol yang bertengger di bahunya perlahan. Dirinya tertawa kiku.

“Pak Chanyeol bisa aja.” katanya.

Chanyeol menoleh ke arahnya, “Saya tadi udah bilang jangan panggil ‘Pak’ kalau di luar pekerjaan. Kita gak seasing itu kan, Hyun?”

Baekhyun mengalihkan pandang, tak mau terpenjara dalam tatapan Chanyeol.

“Kita udah lama gak komunikasi, Pak, jadi agak canggung kalau harus disamain kaya dulu. Toh dulu saya juga gak begitu deket sama Pak Chanyeol. Cuma sekedar anak SMP bodoh yang mau dikibulin temennya buat minta minta foto sama Pak Chanyeol sebagai hukuman kalah main remi.” jawab Baekhyun, suaranya teredam derasnya hujan namun Chanyeol masih sanggup mendengarnya.

Pria tinggi yang lebih tua empat tahun dari Baekhyun itu tersenyum dan membawa tangannya untuk mengusap rambut Baekhyun.

“Oke, terserah kamu saja.” katanya, “Kamu mau saya antarkan pulang? Kayanya hujannya bakalan awet.”

Baekhyun ingin sekali mengangguk dan mengatakan ‘iya’, namun kepalanya berkata bahwa dia harus menjauhi apapun yang bersangkutan dengan Chanyeol, termasuk diantarkan pulang.

“Gak usah, Pak, terimakasih. Saya tadi udah ngabarin temen saya buat jemput kok.” katanya, tak bohong, dia memang sudah menelfon seseorang untuk menjemputnya.

“Temen? Siapa?” tanya Chanyeol.

Belum sempat Baekhyun menjawab, seorang pria tinggi yang berlarian menerobos hujan dengan mantel hujan berwarna kuning serta payung merah berseru memanggil namanya. Di tangan pria itu ada satu mantel hujan lain dan juga satu payung lagi.

Senyum Baekhyun terkembang lebar, “Itu dia temen saya.” katanya.

“Buset, deres banget hujannya.” ujar pria tinggi yang baru saja datang itu sambil menyerahkan mantel hujan yang dibawanya untuk Baekhyun, “Maaf, Hyun bikin lo nunggu lama.”

Baekhyun menggeleng, “Gak papa, yang penting lo dateng.” balasnya sembari mulai memakai mantelnya.

Pria itu menoleh pada Chanyeol beberapa saat kemudian menatap Baekhyun tanpa bersuara. Dia tahu siapa Chanyeol, Baekhyun sering menceritakan orang ini padanya. Pantas saja ketika dirinya datang tadi, wajah Baekhyun berbinar sekali.

Ketika tangan Baekhyun hendak mengancingkan mantel hujannya, pria itu menampik tangannya dan bergerak mengancingkan mantel itu. Hal itu membuat mata Chanyeol membola.

“Gini loh cara ngancinginnya, lo gak pernah bener kalo ngancingin mantel hujan.” katanya.

Baekhyun mengerutkan dahi, “Apaan sih lo, Hun, aneh banget hahaha.” katanya sembari tertawa.

Pria bernama Sehun itu tak mempedulikan, asik mengancingkan mantel hujan Baekhyun kemudian menggamit lengan Baekhyun dengan posesif. Sengaja sekali dia perlihatkan tindakannya di depan Chanyeol.

Sebelum berlalu, dia sempatkan untuk berpamitan dengan Chanyeol.

“Oh maaf, Pak. Kami permisi dulu. Mari.” kata Sehun, dan tanpa menunggu jawaban dari Chanyeol, dirinya sudah lebih dulu membawa lari Baekhyun.

Ada sesuatu yang membara di dada Chanyeol ketika melihat dan mendengar Baekhyun sedang tertawa lepas ketika pria yang menjemputnya menyeret dan mengajaknya berlari.

“Wajahmu masih sama, tingkah lakumu pun masih sama, tapi kenapa sikapmu ke saya gak sama lagi, Hyun? Kenapa kesannya kamu lagi ngehindarin saya?”

-

Bersambung

-

Mau dilanjut?

Jadi, Mau Gak? [CHANBAEK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang