Hehey, gabut saya cukup berfaedah saat ini.
Enjoy!
-*-
"Saya sudah lama bercerai dengan istri saya, Baekhyun."
Baekhyun terdiam seribu bahasa, menatap tanpa berkedip wajah Chanyeol. Yang ditatap hanya tersenyum kemudian menjentikkan jarinya agar Baekhyun tak terbengong terlalu lama.
Mata cantik itu berkedip beberapa kali, mencoba mengembalikan kesadarannya dari rasa kaget.
"Bapak serius?" tanya Baekhyun, matanya masih sedikit mendelik karena masih merasa tak percaya.
Chanyeol mengangguk, "Buat apa saya bohong? Biar kamu mau sama saya?" godanya.
Decakan lolos dari bibir Baekhyun, "Ya gak gitu maksudnya."
Yang lebih tua tertawa pelan lalu menggeser tubuhnya agar lebih dekat dan dapat melanjutkan ceritanya.
"Saya kira kamu udah tau kalau saya udah cerai sama Irina, Hyun."
Baekhyun cemberut dan menumpuhkan dagunya pada lututnya yang terlipat, "Mau tau dari mana saya, Pak? Gak ada yang ngasih tau saya. Saya juga gak tanya-tanya."
Chanyeol tersenyum dan kembali menatap langit jingga yang terlihat semakin cantik. Debur ombaknya semakin besar dan keras didengar telinga.
"Kalau Pak Chanyeol sama Mbak Irina cerai, terus anak ikut siapa?" Baekhyun bertanya lagi. Dia penasaran, dan dia harus menuntaskan masalah penasarannya sebelum semakin menggunung.
"Gak ikut siapa-siapa, karena kami gak punya anak."
Mata Baekhyun membola lagi, dia menoleh dan menatap tak percaya kepala divisinya dengan mata cantiknya yang membulat lucu. Chanyeol terkekeh lalu menutup mata itu dengan telapak tangannya.
"Kamu jangan lihat saya seperti itu." katanya sambil masih terkekeh.
Baekhyun menyingkirkan tangan atasannya dan kembali cemberut. Dia tak sadar kalau dia menjadi lebih santai dan tidak setegang sebelumnya.
"Kaget aja saya, Pak. Saya kira Bapak udah punya satu atau dua anak gitu." celetuknya.
Yang lebih besar menggeleng, dirinya merebahkan badan bongsornya di atas pasir pantai dan mulai bercerita.
"Dia mau fokus sama karirnya dulu, gak mau terganggu dengan ngurus anak." Chanyeol memulai, Baekhyun menggeser tubuhnya agar lebih dekat dan dapat mendengar cerita Chanyeol dengan jelas.
"Awalnya saya gak keberatan, saya gak membatasi dia buat bekerja asal dia selalu inget kalau dia punya saya, punya rumah tangga yang harus diurus." dia melanjutkan, "Tapi semakin lama saya menginginkan seorang anak. Saya pengen di rumah ada keributan yang dibuat anak kecil, biar rumah yang udah saya buat rame sama suara anak kecil, biar rumah berasa lebih hidup dan gak sepi, biar saya ada penyemangat lain selain istri saya. Saya bujuk Irina, tapi dia malah marah dan bilang kalau saya gak boleh egois. Akhirnya saya mengalah lagi, gak memaksa dia karena saya tau punya anak juga gak mudah. Mengandung, melahirkan, ngurus bayi."
Chanyeol mengambil jeda, memandang awan yang berarak lambat di atasnya, menikmati angin yang menerbangkan helai rambutnya.
Baekhyun perhatikan wajah pria di depannya. Nampak banyak sekali luka yang dipendam sendiri, lara yang disembunyikan sendiri.
"Di tahun ketiga pernikahan saya bertanya lagi, apa Irina udah siap punya anak. Dan lagi-lagi dia marah sama saya. Bilang saya egois, cuma mikirin kesenangan sendiri gak mikirin dia yang karirnya lagi naik-naiknya." Chanyeol melanjutkan dan tertawa getir di ujung, "Saya pikir-pikir lagi, di mana letak egoisnya saya? Saya selalu nahan diri buat gak nanyain masalah anak ke dia, saya gak pernah ngekang dia ini itu, saya bebaskan dia bekerja dan bergelut dengan karirnya. Malah saya merasa dia yang lebih egois."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi, Mau Gak? [CHANBAEK] ✔
FanfictionSulit bagi Baekhyun untuk move on dari crush-nya, empat tahun berlalu setelah kabar pernikahan Chanyeol dia dengar, kini dia dipertemukan kembali dengan pria tinggi itu di tempat kerja yang sama. Baekhyun tak ingin dekat dan menciptakan luka, namun...