Lock you • 01

160 53 79
                                    

Hai sobat pembaca Lock you🖤

Terima kasih untuk kalian yang sudah membaca bagian sebelumnya 🙏🏻

Entah kalian suka atau engga dengan cerita ini, harap menikmati cerita ini dengan perasaan lapang dada ya, hehehe 😗

Terimakasih 🖤

--

Kedua bola matanya terasa akan lepas begitu dia terbangun dari tidurnya. Sepanjang malam dia menatap laptop di kantornya dan memeriksa laporan beberapa karyawan yang hampir membuat kepalanya meledak. Tentu saja dia merasakan hal itu, karena sekarang dia mendapatkan ledakan pada kedua bola matanya dengan rasa lelah yang selalu dia dapatkan jika sudah mendekati akhir bulan seperti ini.

Bangkit dari posisi duduknya dan mengambil beberapa pakaian yang akan dia kenakan untuk hari ini. Kedua bola matanya masih merasakan lelah namun, tidak membuatnya ingin beristirahat lebih lama lagi jika sudah mengingat pekerjaan seperti ini. Akan lebih baik dia menyelesaikan pekerjaan lebih awal dan barulah bisa beristirahat dengan nyaman di atas ranjangnya tanpa mendapatkan gangguan sama sekali.

"Morning, dunia gue" sapanya dan menatap rumahnya yang benar-benar sepi.

Ibunya kembali ke Australia karena memang sekarang ibunya menetap di sana setelah menikah dengan seorang bule tampan berstatus duda beranak empat. Dia tidak masalah dengan hal itu karena dia tahu, ibunya juga membutuhkan kebahagiaan dan tidak mungkin dia melarang ibunya untuk menikah, terlebih lagi bule yang kini berstatus sebagai ayah tirinya itu sangat ramah dan memiliki kepribadian baik, bahkan keempat anaknya terkadang membuatnya seperti memiliki saudara kandung. Ah, rindu Mama jadinya.

Langkahnya terhenti begitu mendengar suara ketukan pintu dari luar. Pacar gue.

Melangkah dengan cepat dan tersenyum manis melihat sosok tegap yang kini tersenyum padanya. "Kamu baru bangun?" tanya Rizal--kekasihnya yang kini melangkah masuk dengan membawa sarapan.

Menggeleng pelan. "Udah dari tadi, cuman... melamun dikit aja" jawabnya dan membiarkan kekasihnya memasuki rumahnya. "Oh ya, Mama lagi ke Aussie soalnya minggu depan Emil ultah" jelasnya sebelum Rizal melemparkan pertanyaan.

"Oh ya? Kamu enggak ikut?" tanya Rizal heran dan mengambil beberapa piring serta gelas.

"Enggak, aku bisanya bulan depan kalau enggak padat banget kerjaan" jelasnya frustrasi karena dia benar-benar ingin berangkat ke Australia untuk merayakan ulang tahun adik tirinya itu sekaligus liburan sebentar.

Rizal tersenyum kecil mendengar itu. "Kamu mau sarapan dulu atau mandi dulu?" tanyanya kembali.

Rima--perempuan dengan sepasang bola mata cokelat itu kantas tersenyum manis kembali. "Aku mandi dulu, kamu makan duluan aja, Kak" ucapnya dan bergegas kembali ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya.

Dia bukan perempuan yang memerlukan banyak waktu untuk membersihkan tubuhnya namun, dia akan memerlukan banyak waktu untuk menggunakan make up untuk menutup lingkaran hitam pada matanya sekaligus menampilkan kesan menyeramkan, karena dia identik dengan hal-hal seperti itu. Bahkan, beberapa karyawan dari departemen yang berbeda ikut memberikannya julukan 'menyeramkan' karena dia terkenal tegas dan tidak mudah dibohongi dalam urusan pekerjaan, terlebih lagi jika yang berulah adalah karyawan magang banyak tingkah tanpa tahu aturan. "Kalau kamu tahu saya menyeramkan, jangan banyak tingkah dan bekerja saja sesuai bayaran yang kamu dapatkan, paham? Kalau cuman mau gosip, keluar aja, perusahaan ini enggak butuh bermulut besar tapi kerjaan jelek kayak kamu." Seperti itulah teguran yang dia berikan pada beberapa karyawan yang bertingkah di depannya.

Lock youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang