Untuk pertama kalinya dia menggunakan hari weekend terbaiknya untuk mengelilingi supermarket bersama kekasihnya, dikarenakan rencana untuk kencan hari ini adalah menghabiskan sehari penuh di rumah kekasihnya. Jujur saja, dia menolak untuk berada di supermarket seperti ini karena dia tidak pernah berbelanja kebutuhan hidupnya, hanya ibunya yang selalu membeli berbagai macam makanan untuk dia masak nantinya. Bahkan, dia lebih memilih memasak telur ceplok atau telur dadar saja jika berada di rumah, tidak memasak menu yang begitu heboh. Dan, orang yang nantinya akan adalah kekasihnya yang tentu saja bukan dirinya. Memasak nasi saja bisa gagal, apalagi memasak lauk selain telur dadar.
"Enggak makan ayam aja, Kak?" tanya Rima penasaran karena sejak tadi Rizal terus memilih sayuran. "Kamu beneran enggak mau berencana beli ayam?" tanyanya heran dan kaget.
Rizal menoleh. "Enggak, aku berencana mau buat makanan spesial buat kamu," jawabnya dan merangkul leher kekasihnya. "Kamu enggak mau beli cemilan? Mana tahu aku lama masak nantinya, terus kamu bosan nunggu aku masak," lanjutnya dan memasukkan beberapa bahan makanan ke troli yang dibawa kekasihnya ini.
Rima menghela nafas sejenak. "Kamu masak apa sih emangnya? Enggak berencana buat ala prasmanan gitu, kan ya?" tanyanya cemas.
Rizal tertawa lalu mengacak rambut Rima pelan. "Enggak, kamu duduk manis aja nanti di rumah aku, selama aku masak," jelasnya santai dan memasukkan beberapa cemilan kesukaan Rima ke dalam troli. "Kamu mau pilih apa lagi?" tanyanya dan menatap sepasang bola mata cokelat menggemaskan itu.
"Hm, boleh minta itu enggak?" tanya Rima dengan suara yang pelan.
Itu? Rizal mengatur posisi kacamatanya sejenak lalu mendekatkan wajahnya pada Rima yang terlihat ingin mengatakan sesuatu padanya.
"I—itu, alkohol?" ucap Rima pelan dan tersenyum penuh harap pada kekasihnya ini. "Boleh, kan?" tanyanya untuk memastikan.
Rizal tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Enggak, kalau kamu mabuk, aku bisa digampar sama Mama kamu," jelasnya dan menarik tangan kekasihnya untuk mendekati kasir.
"Satu aturan saya dari kamu, Rizal. Jangan sampai anak saya mabuk atau kamu sakitin hatinya, kalau mau putus, yah... putus aja." Ucapan dari Mama Rima memang hingga saat ini masih membuatnya tidak berani memikirkan hal-hal yang bisa menyakiti Rima selama mereka berkencan. Jangankan memikirkan hal-hal untuk menyakiti kekasihnya, membuat perempuan itu tersenyum saja terkadang terasa sulit baginya karena pemikiran Rima jelas berbeda dengan pemikirannya.
"Beli cola banyakan enggak apa, kan?" tanya Rima memastikan dan mengambil selusin cola yang terletak di dekat meja kasir. "Aku tunggu di mobil kamu boleh enggak? Entar banyak yang aku beli jadinya," jelasnya dengan mengedipkan sebelah matanya. Ayo, mau dong.
Rizal tersenyum dan menyodorkan kunci mobilnya. "Hati-hati, jangan lari," ucapnya mengingatkan dan membiarkan Rima meninggalkannya.
"Istrinya ya, Mas? Cantik," ucap kasir di depannya.
Istri? Tersenyum penuh arti lalu menganggukkan kepalanya. "Iya, calon istri saya," jawabnya lalu menyodorkan beberapa lembar uangnya pada kasir di depannya.
--
"Pacaran sama saya, gimana? Saya cewek yang baik tapi suka ngambek, dan... saya suka semua makanan, kecuali makanan laut." Teringat akan masa dimana dia menyatakan perasaannya pada Rizal yang saat itu menjadi pertemuan ketiga mereka sekaligus kencan pertama mereka untuk saling mengenal satu sama lain namun, siapa yang akan menduga jika dia berakhir menyatakan perasaannya dan mengajak laki-laki itu berkencan, meski dia mengajaknya dengan cara sedikit memaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lock you
Romance🔞!!HARAP BIJAK!!🔞 -- Hubungan kekasih sederhana antara Rima--perempuan yang ambisius dalam pekerjaannya dan Rizal-kekasihnya yang bersikap tenang namun selalu membuatnya berdebar tanpa henti akan kelakuan manis tanpa jeda tersebut. -- Selamat mem...