•••Auric kini sudah ada di luar gedung pagelaran pesta ulang tahun salah satu musisi terkenal Indonesia. Kepalanya sedikit pening akibat paparan musik yang menggema cukup keras di dalam gedung.
Matanya kini terfokus pada ponsel di tangan, membalas beberapa pesan singkat menyangkut pekerjaan Abian untuk minggu ini.
Selesai dengan pekerjaan, tangan Auric kini menggulirkan layar pada satu ruang pesan yang ia sematkan di bawah kontak Abian. Nama 'Daffa' ia sentuh lalu membaca rentetan pesan panjang yang dikirim oleh adik kecilnya.
"sayang"
Auric sedikit terkejut, ponselnya hampir saja jatuh dari tangannya.
"kaget ih" Wajah Auric merengut, saat menemukan Abian di sampingnya. Tersenyum dengan sangat lebar hingga matanya menghilang.
"ke luar gak bilang-bilang aku" Abian berjalan mendekati Auric, duduk di sampingnya, lalu memeluk tubuh kecil Auric dari samping. Kepalanya, Abian istirahatkan di pundak sempit milik Auric.
"musiknya keras banget, kepalaku agak sakit"
Mendengar keluhan kekasihnya membuat kepala Abian terdongak, menatap Auric dengan pandangan khawatir. Tangannya lalu membungkus wajah Auric dan mengelus kedua pipi Auric dengan lembut.
"kamu oke? Mau ke rumah sakit?"
Auric terkekeh kecil. Abian dan khawatir berlebihannya.
"cuma sakit biasa, Bi. Gak harus ke rumah sakit. Bentar lagi juga reda kok"
Abian masih menatap Auric dengan sorot khawatir, membuat Auric sekali lagi terkekeh pelan.
"aku beneran gapapa, Bi. Kamu balik lagi sana, ntar pada nyariin"
"kita pulang aja ya, yang?"
"eh jangan dong, masa pulang. Mbak Audi udah niat banget ngundang kamu kesini loh, Bi. Acaranya belum selesai masa kamu udah pulang"
"Kamu sakit"
"engga sakit, cuma gak enak aja denger musik keras-keras"
"itu namanya sakit, Auric"
"gak sakit, Abian. Udah kamu mending masuk"
"aku masuk buat izin pulang aja"
"Biii" Auric memasang wajah memelasnya. Ia tak enak pada sang pemilik acara, jika salah satu tamunya harus pulang karena dirinya. "beneran gapapa, Bi"
"aku ke dalem sebentar"
Abian beranjak, memutar tubuhnya lalu berjalan setengah berlari masuk kembali ke dalam gedung.
"ABIAN"
Percum saja, Abian seperti menulikan telinganya. Padahal Auric sudah berteriak cukup keras.
Helaan nafas terdengar dari Auric. Tubuhnya merosot, kembali duduk ke tempat duduknya semula. Kebiasaan, Abian selalu saja keras kepala, apalagi kalau sudah menyangkut Auric.
•••
"mau ngapain kamu?" Abian bertanya dengan suara rendahnya.
Auric memandang Abian yang kini sudah berdiri di sampingnya. Sangat dekat, terlalu dekat.
"pulang kan?"
Keduanya sudah berdiri di samping mobil. Auric bersiap untuk masuk ke kursi bagian pengemudi, sebelum pertanyaan Abian menghentikannya.
Tangan Abian menahan pinggang Auric yang sedikit lagi mendarat di kursi pengemudi.
"aku yang bawa" ujar Abian tenang.
"gak ih, aku aja yang bawa. Aku gapapa beneran loh, Bi. Udah gak sakit juga kepalanya"
"Aku yang bawa Auric"
"ini kerjaan aku loh"
"kerjaan aku juga anterin pacar aku yang lagi sakit" Auric mengerang pelan. Ingin berteriak kencang di depan muka Abian dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
"aku gapapa"
Abian tidak ingin dibantah. Tangannya membimbing Auric dengan lembut untuk berjalan ke bagian penumpang. Membuka pintunya, lalu mendorong pelan tubuh Auric agar duduk di sana.
"Aku aja yang bawa, Bi"
Abian tidak menanggapi. Tangannya kini menarik safety belt pada kursi Auric. Wajahnya sangat dekat dengan wajah Auric, membuat yang lebih kecil mengembangkan sedikit senyumnya.
"kenapa senyum-senyum gitu?"
"Abian ganteng"
"Gak, Ric. Aku yang bawa"
Bibir Auric maju, sedikit kesal karena Abian tidak membiarkannya untuk mengemudi malam ini. Hal itu membuat senyum Abian kini mengembang. Bibirnya menyambar bibir Auric dengan cepat. Hanya kecupan kecil, tapi sukses membuat pipi Auric memerah.
"ih, modus"
"loh, aku pikir kamu majuin bibir karena minta aku cium"
"enak aja" Auric mendelik lucu, Abian menahan gemas. Ingin kembali mengecup bibir kekasihnya, tapi kini di lahan parkir sudah ada beberapa orang yang tengah berjalan, mungkin berniat meninggalkan acara lebih dulu seperti Abian juga Auric. "udah ayo pulang"
Abian mengangguk. Menutup pintu di sisi penumpang, lalu berjalan ke tempatnya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
CATCH ME ; hoonsuk
FanfictionAuric adalah manager dari seorang bintang besar Indonesia, Abian Bimantara. Selain menjadi manager, Auric juga menjadi salah satu alasan besar Abian bahagia menjalankan karirnya. tw // bxb, m-preg