RL-04

518 100 8
                                    

Pening.

Satu kata yang bisa menggambarkan kondisi Xiao Zhan saat ini.

"Errghh.. kepalaku sakit.." gerutu Xiao Zhan sembari memijat kedua pelipisnya.

"Kau sudah bangun? Ini minumlah dulu." Ucap Xu Kaicheng begitu melihat si bungsu bangun dari tidurnya setelah semalaman berpesta pora bersama dua teman idiotnya.

Dengan perlahan Xu Kaicheng membantu si bungsu untuk bangun dan duduk agar dapat minum supaya tenggorokannya tak lagi kering.

"Lain kali jika kau tak bisa pulang karena mabuk, jangan sekali-kali minum melewati batas toleransi alkoholmu. Kau pikir punggungku terbuat dari apa sampai nyaris tiap hari harus menjemput dan menggendongmu ke kamar, hah?" Omel Xu Kaicheng sembari mengelap bekas minum Xiao Zhan barusan.

"Sudahlah, A-cheng. Tak baik marah-marah di pagi hari. Lagipula A-zhan masih kecil, dia pasti akan belajar dari ketidaksengajaannya kali ini." Sela Xu Zhengxi yang baru saja tiba di kamar Xiao zhan dengan membawa semangkuk bubur beras plain hangat untuk si bungsu.

"Cih.. club malam mana yang mengijinkan anak kecil masuk? Dia sudah dewasa ge, jadi berhentilah memanjakannya. Dia bukan anak kecil lagi. Xiao Zhan harus belajar bagaimana caranya bertanggung jawab atas hidupnya sendiri." Protes Xu Kaicheng pada kakaknya yang tak pernah mau berhenti memanjakan si bungsu dalam hal apapun.

"Ngh.. ge.. kepalaku sakit.." rengek Xiao Zhan pada Xu Kaicheng yang selalu menjadi musuh bebuyutannya jika di rumah.

"Eoh? Masih sakit?" Tanya Xu Kaicheng, khawatir. Dimana seolah dirinya lupa kalau tengah marah dan hendak melanjutkan omelannya pada si bungsu.

"Hn.." gumam Xiao Zhan sembari merentangkan kedua lengannya di depan Xu Kaicheng.

Yang mana hal itu membuat putra kedua keluarga Xu/Xiao tersebut reflek menarik tubuh si bungsu ke dalam pelukannya dan mulai mengusap punggung serta menciumi puncak kepalanya dengan sayang.

Melihat hal itu, sontak membuat Xu Zhengxi menggelengkan kepala sembari memutar kedua bola matanya.

"Heol.. ingatkan aku untuk membeli cermin besar sebagai hadiah ulang tahunmu tahun depan." Cibir Xu Zhengxi yang langsung mendapat death glare dari Xu Kaicheng.

Sedang Xiao zhan, pria bergigi kelinci itu hanya tersenyum penuh kemenangan dibalik punggung Xu Kaicheng sembari menikmati pelukan hangat sang kakak untuknya.

Ya.. sampai kapanpun, pemegang tahta tertinggi di keluarga Xu/Xiao adalah Xiao zhan. Dan takkan pernah ada yang bisa mengambil alih posisi itu darinya.









Di tempat lain.

Terlihat Wang Yibo yang termenung sembari memainkan lipstick gold ditangannya.

"Kau masih memikirkannya?" Celetuk Ren Jialun yang sedari tadi sadar akan sikap aneh Wang Yibo yang selalu merenung semenjak pertemuan mereka dengan Xiao zhan di bar kala itu.

"Entahlah. Aku masih penasaran siapa sebenarnya pria itu."

"Memangnya apa yang akan kau lakukan jika kau tau siapa dia?"

"Mm.. mungkin aku akan bertanya tentang siapa dia, kenapa dia memiliki lipstick ini, atau semacamnya. Mungkin." Balas Wang Yibo yang sama sekali tak yakin dengan apa yang akan dia lakukan jika nanti dirinya bertemu pria bergigi kelinci itu lagi.

"Jika kau tak yakin akan melakukan apa, bukankah lebih baik kalau kau tak mengusik dan melupakannya?" Saran Ren Jialun yang sesungguhnya saat ini dirinya tengah merasa buruk setiap kali mengingat wajah Xiao Zhan.

Mendengar hal itu, bukannya membuat Wang Yibo berhenti penasaran malah membuat pria berkulit pucat tersebut merasa tersinggung entah karena apa.

"Apa maksudmu mengusik? Aku bahkan tak pernah mengenalnya. Dan kami baru dua kali bertemu. Jadi dimana letaknya aku mengusik pria itu?"

RED LIPSTICKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang