Mimpi

110 25 0
                                    

Satu dari Miliaran Cerita (c) faihyuu

Naruto (c) Kishimoto Masashi

Rated M

Warning(s): AU, Miss Typo(s), OOC (sebisa mungkin untuk dibuat IC), dsb.

Untuk #NHTD13/2022—NaruHina Tragedy Day 13, NaruHina Annual Event 2022

• I love you in every universe, In Another Life •

Penulis tidak mendapat keuntungan materiil apa pun dari cerita ini selain kepuasan batin.

Tiga: Mimpi

•••

Oktober 1945

Entah, Hinata merasa dirinya diculik.

Berada di dalam sebuah ruang tengah dalam rumah sewa yang lumayan mewah pun besar dengan segala kebutuhan nan tersedia. Hampir dua bulan lamanya. Tak mengabari siapa pun nan menjalin relasi dengannya pula, kecuali Neji—keluarga waras satu-satunya. Tak diperbolehkan juga untuk keluar, kecuali jika bersama seorang pria. Akan tetapi, wanita itu hanya dapat menerima segala. Tak melakukan apa pun untuk membebaskan dirinya.

Orang-orang tahu, dirinya menjadi pelayan pribadi untuk seorang tentara. Hanya itu saja. Walaupun memang, Hinata juga memiliki beberapa pekerjaan bak pelayan—untuk melayani sang pria mata-mata Amerika.

Naruto yang membawanya kemari. Pun dari awal tanpa penolakan dari Hinata yang berarti.

Sekali lagi, wanita Hyuuga itu sudah gila. Hinata yang tetap mengirimi Neji surat sesekali, berbohong bahwa masih harus bekerja. Agar sang kakak laki itu tak terlalu khawatir padanya. Hinata yang bahkan berlari dari Yuukaku pula. Hanya meninggalkan pesan singkat pada nona oiran dan beberapa rekan pelayan lain nan memang dekat—bahwa tengah diminati oleh salah satu tentara yang dilayaninya. Tanpa tahu kembali jawaban dari mereka.

Paling-paling, seluruh orang di Yuukaku telah menganggapnya gila. Terlena dengan semalam bercinta. Dianggap mendamba semunya bahagia. Mungkin, jika tetapi berada di sana—salah satu dari mereka akan mencoba menyadarkan Hinata untuk kembali kepada realita. Hanya saja tersesat dalam dongeng tentang tuan putri benar-benar menyenangkannya.

Begitu pula Uzumaki Naruto, sudah gila tentunya menyimpan Hinata begini untuk diri sendiri. Tak ada yang terlalu memedulikan hal itu karena mengurusi urusan mereka sendiri. Banyaknya kerepotan setelah perang usai.

"Kau sudah membaik?" Pintu terbuka, dari sana—muncul sesosok pria bermantel dan mengenakan seragam tentara tentara. Wajah itu tampak sangat khawatir, dengan segera menutup pintu dan menghampiri dirinya. Hinata yang tengah duduk di hadapan meja berkaki rendah nan tersedia. Baru saja menikmati segelas ocha. Dengan segera membantu pria itu melepas mantelnya.

Akhir-akhir ini, Hinata merasa ada yang aneh pada tubuhnya. Cepat lelah, sering kehilangan fokus, nafsu makan nan berkurang, dan mual hampir tiap paginya. Belum lagi, Hinata yang hampir sudah dua bulan ini belum mendapatkan tamu bulanannya.

"Sudah, jangan terlalu khawatir." Hinata yang menuangkan teh hijau itu pada gelas lainnya. Memberikannya untuk sang pria. Akan tetapi, jelas Naruto masih belum puas dengan jawaban singkat saja. "Tadi sudah ada dokter yang kemari untuk memeriksa."

Naruto menerima dengan ucapan terima kasih singkat hampir berbisik, menikmatinya dalam satu seruput, sebelum kembali bertanya. "Dokternya bilang apa tadi?"

Satu dari Miliaran CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang