23 | Old Goal

65 11 1
                                    

Hyunjin terus berlari menghindari Seungmin dan Minho yang masih mengejarnya di belakang. Alasan Hyunjin menghindari kedua orang itu karena ia tidak ingin kembali berurusan dengan asrama jewaipi dan orang-orangnya. Memangnya apa lagi tujuan Seungmin dan Minho menemuinya selain masalah itu?

Hyunjin sendiri juga merasa kecewa pada Seungmin dan Minho. Saat Hyunjin masih dirawat di rumah sakit dulu, kedua orang itu tidak pernah muncul di hadapannya sama sekali. Padahal Hyunjin sangat menantikan kedatangan mereka karena hanya merekalah yang bisa mendukung ceritanya. Andai saja mereka datang, Hyunjin tidak akan dicap sebagai orang gila oleh keluarganya sendiri.

Hyunjin mulai kelelahan karena terus berlari tak tentu arah. Sedari tadi ia juga tidak bisa menemukan keberadaan keluarganya. Akhirnya Hyunjin menyerah dan membiarkan Seungmin menangkapnya. Seungmin menyeret tubuh Hyunjin ke tempat yang lebih sepi supaya mereka dapat berbicara dengan leluasa.

"Kenapa lo pake kabur segala sih?" tanya Seungmin. Nafasnya terdengar memburu karena terlalu bersemangat mengejar Hyunjin. Kondisi Minho tak jauh berbeda dengan Seungmin. Ia terlihat kelelahan sambil memegangi kedua lututnya.

"Kemana aja kalian selama ini? Kenapa baru muncul sekarang?" tanya balik Hyunjin dengan nada penuh kekecewaan. "Coba aja kalian muncul waktu itu, gue nggak akan dianggep gila sama keluarga gue sendiri."

"Sorry, Jin. Kita juga dalam situasi yang sulit," jelas Minho. "Beberapa kali kita mau jenguk lo di rumah sakit tapi pengawal keluarga lo nggak ngizinin kita masuk. Mereka nolak kita."

"Ditambah kita jadi buronan anak buahnya Pak Minjun. Mereka mau membunuh kami karena berhasil keluar dari asrama," tambah Seungmin.

Hyunjin membelalak terkejut mendengar ucapan Seungmin itu. Ia tidak tahu sama sekali jika kedua orang itu diburu di luar sana. Mungkin ia tidak diburu karena ia anak seorang politikus. Hyunjin merasa sedikit bersalah pada Seungmin dan Minho karena ia sudah membenci kedua orang itu tanpa mengetahui keadaannya.

"Sorry juga. Gue nggak tau kalau keadaan kalian jauh lebih kacau di luar sana." Hyunjin menundukkan kepalanya dalam-dalam sebagai bentuk rasa penyesalan. Minho berjalan mendekat ke arah Hyunjin lalu menepuk pelan pundak laki-laki itu.

"It's okay. Kita juga salah karena nggak bisa bantuin lo," ujar Minho. "Lebih baik sekarang kita fokus sama masa depan dan mewujudkan tujuan kita yang sempat tertunda. Kita harus menghancurkan tempat itu beserta dengan orang-orangnya."

Hyunjin menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak terlibat dengan asrama jewaipi lagi. "Maaf. Tapi gue udah nggak mau berurusan lagi sama asrama itu. Gue nggak mau masuk rumah sakit jiwa lagi."

"Terus Yeji gimana?" Seungmin maju selangkah mendekati Hyunjin dengan raut wajah tak terima. "Lo mau biarin Yeji hidup sama orang-orang itu terus seumur hidup?"

"Semuanya sudah terlambat, Min. Yeji sudah bergabung dengan orang-orang itu. Dia nggak akan mungkin bisa lepas begitu aja," balas Hyunjin dengan nada putus asa. "Kalau kita paksa dia keluar, gue takut orang-orang itu bakal menyerang dia."

"Hyunjin...tujuan kita bukan cuman menyelamatkan Yeji, tapi menghancurkan tempat itu. Ada banyak anak-anak tak berdosa yang harus diselamatkan dari tempat itu. Kalau dibiarkan terus menerus, akan semakin banyak anak yang terjebak di sana. Apa lo nggak kasihan sama mereka?" tanya Minho.

Hyunjin terdiam sejenak. Ucapan Minho benar. Jika tempat itu dibiarkan terus-menerus, maka akan semakin banyak anak yang dipengaruhi oleh ajaran sesat itu dan berkembang semakin luas di masyarakat. Bahkan hanya dalam kurun waktu lima tahun, Pak Jinyoung berhasil melebarkan sayapnya dengan mendirikan sebuah gereja yang memiliki ribuan pengikut. Kalau dibiarkan terus-menerus, bisa-bisa Pak Jinyoung berhasil menguasai negara ini.

Twins : Run AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang