Seminggu telah berlalu. Baik kesehatan Hyunjin maupun Seungmin telah pulih sepenuhnya. Kini mereka bertiga akan mulai bersiap-siap untuk pergi dari asrama Jewaipi. Mereka berencana untuk melakukannya saat dini hari dimana semua orang sedang tidur. Dengan begitu, mereka tidak akan tertangkap.
"Persiapkan semuanya dengan baik. Jangan bawa apa-apa dan tinggalkan semuanya. Kita harus bisa keluar dari sini," ucap Minho. Hyunjin dan Seungmin segera mengangguk.
"Lo...jadi ngajak Yeji pergi juga dari sini?" tanya Seungmin. Hyunjin tidak langsung menjawab. Ia terlihat penuh keraguan.
"Jangan ajak. Gue nggak mau rencana kita gagal. Lebih baik lo keluar dulu dari sini terus hancurin tempat ini. Dengan begitu semua anak-anak yang ada di sini akan terbebas termasuk saudara kembar lo itu," sahut Minho. Seungmin menganggukkan kepalanya.
"Kak Minho benar. Yeji sudah terpengaruh banyak sama tempat ini. Kalau lo bilang mau pergi dari sini, bisa-bisa dia ngelaporin kita ke pengurus asrama," timpal Seungmin.
"Gue...akan coba bujuk dia sekali lagi buat terakhir kalinya. Dia nggak mungkin ngelaporin gue. Dia sayang banget sama gue, jadi kalian nggak perlu khawatir." Setelah berkata demikian, Hyunjin langsung pergi meninggalkan teman-temannya. Minho dan Seungmin hanya diam saja dan membiarkan Hyunjin pergi. Sejujurnya mereka khawatir namun mereka mencoba untuk percaya pada Hyunjin.
Semoga rencana yang sudah mereka susun dengan susah payah itu dapat berjalan dengan lancar.
***
Hyunjin menunggu Yeji di tempat kemarin mereka bertemu setelah menghabiskan makan siang. Tak butuh waktu lama Yeji muncul di sana dan Hyunjin langsung mencegatnya. Saat itu Yeji tidak seorang diri. Ia bersama dengan teman-teman grupnya.
"Kalian kembali saja lebih dulu," ujar Yeji pada teman-temannya. Mereka segera menurut dan pergi meninggalkan Yeji bersama dengan Hyunjin.
"Ada apa?"
"Ayo kita pergi dari sini."
"Maksud kakak?" Yeji mengernyit bingung. Ia tidak mengerti dengan maksud Hyunjin itu.
"Kita pergi dari sini diam-diam. Aku nggak bisa biarin kamu terus-terusan di tempat ini. Aku nggak mau kamu jadi seperti mereka!" Hyunjin meninggikan suaranya di akhir kalimat hingga membuat Yeji sedikit terkejut. Sadar bahwa ia sudah berteriak pada Yeji, Hyunjin segera menghela nafas panjang.
"Maaf, aku nggak bermaksud membentakmu. Aku cuman mau kamu sadar kalau tempat ini mengerikan. Ajaran mereka nggak benar. Mereka itu penyembah setan! Kamu harus sadar itu," jelas Hyunjin.
"Kakak ternyata masih belum berubah ya. Kakak masih berpikiran negatif sama tempat ini. Aku kira kakak sudah bisa menerima tempat ini, makanya kakak sudah nggak pernah berulah lagi. Ternyata aku salah..."
"Ji...please dengerin aku kali ini aja. Percaya sama aku. Tempat ini sangat buruk. Kamu nggak merasa begitu karena mereka sudah mencuci otakmu tanpa kamu sadari."
"Aku nggak mau denger kakak ngomong lagi. Aku mau pergi aja dari sini." Sebelum Yeji benar-benar pergi, Hyunjin sudah menarik tangan Yeji lebih dulu.
"Ji...please...Aku mohon sama kamu. Percaya sama aku kali ini aja. Setelah ini aku nggak akan minta apa-apa lagi dari kamu. Eum?" Hyunjin masih berusaha untuk membujuk Yeji namun sepertinya Yeji tetap tidak ingin mendengarkan permintaan Hyunjin itu.
"Aku tunggu kamu di jalan masuk hutan jam 3 malam. Aku berharap kamu berubah pikiran dan ikut denganku," ujar Hyunjin lagi. "Biarin aku...jadi kakak yang baik buat kamu."
"Aku pergi..." Kali ini Hyunjin tidak menahan Yeji lagi. Ia sudah mengatakan semua hal yang ingin ia katakan. Tinggal ia menunggu jawaban dari Yeji. Hyunjin berharap Yeji akan muncul nanti malam dan mereka bisa pergi bersama-sama.
Setelah Yeji menghilang dari hadapannya, Hyunjin beranjak dari tempat itu untuk pergi berkumpul dengan teman-temannya. Ketika ia sampai di dekat gudang, ia bertemu dengan Chaeryeong. Hyunjin langsung menghampiri Chaeryeong dan berdiri di hadapan perempuan itu.
"Nungguin gue?" tanya Hyunjin dengan nada sedikit bercanda. "Kayaknya udah lama banget gue nggak ngobrol sama lo. Gimana? Udah ada informasi baru tentang kakak lo?"
"Dia udah mati."
"Hah?" Hyunjin tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya ketika mendengar berita itu. Ia kira Chaeyeon – kakak Chaeryeong – telah berhasil melarikan diri dari asrama jewaipi. "Kok bisa?"
"Dia mati waktu jalanin hukuman terakhirnya. Aku dapat informasi itu dari salah satu anak yang sudah lama tinggal di sini. Dia pernah satu grup sama kakakku dan katanya dia dengar hal itu dari Bu Suzy langsung," jelas Chaeryeong.
"Yang mengejutkan adalah ternyata banyak banget anak yang bernasib sama seperti kakakku. Mereka mati saat menjalani hukuman. Nggak ada yang tau dimana para pengurus asrama menguburkan jasad anak-anak yang sudah mati itu. Dan sekarang aku ingin sekali mencari jasad kakakku. Walaupun sudah membusuk, aku nggak peduli. Aku akan keluar dari sini bersama dengan jasadnya."
"Ya udah kalau itu mau lo. Gue nggak akan ngelarang," sahut Hyunjin setelah mendengarkan cerita Chaeryeong. Ia sangat terkejut dengan berita itu, apalagi ketika mendengar bahwa ada banyak sekali anak yang mati karena hukuman.
"Gue cuman mau kasih tau lo kalau jam 3 subuh nanti gue dan teman-teman gue akan kabur dari sini. Kalau lo mau ikut, datang aja ke jalan masuk hutan."
"Terima kasih sudah mengajakku tapi aku nggak akan pergi dari sini," ujar Chaeryeong. "Sebagai gantinya aku akan mendoakanmu supaya bisa keluar dari sini tanpa ketahuan."
"Thanks." Hyunjin tersenyum simpul atas ucapan Chaeryeong itu. Penilaiannya pada Chaeryeong masih belum berubah. Wanita itu sangatlah baik, bahkan melebihi ekspektasinya.
"Tunggu aja. Setelah gue berhasil keluar dari sini, gue akan memberitahu dunia seberapa mengerikannya tempat ini. Gue pastiin tempat ini akan hancur sehancur-hancurnya..."
***
Tepat pukul 3 dini hari, Minho, Seungmin, dan Hyunjin sudah berada di depan pintu masuk menuju hutan. Sedari tadi Minho sudah mengajak Hyunjin untuk segera pergi, namun laki-laki itu masih belum ingin beranjak dari sana. Ia masih menunggu kedatangan Yeji dan berharap perempuan itu mau ikut bersamanya.
"Kayaknya nggak bakal datang deh. Lebih baik kita pergi dari sini sekarang sebelum tertangkap pengurus asrama. Ayo..." Seungmin sudah menarik-narik lengan baju Hyunjin namun laki-laki itu masih belum mau pergi dari sana.
"Tunggu sebentar lagi saja. Gue yakin dia bakal datang."
"Jangan berharap terlalu tinggi, Jin. Lebih baik kita pergi sekarang sebelum terlambat..." Akhirnya Hyunjin menyerah menunggu kedatangan Yeji dan memutuskan untuk pergi sekarang bersama dengan teman-temannya.
Namun baru saja ia berbalik badan dan hendak melangkah pergi meninggalkan tempat itu, samar-samar ia mendengar seseorang memanggil namanya. Minho dan Seungmin juga mendengar suara itu dan berbalik badan untuk melihat siapa yang baru saja memanggil Hyunjin itu.
Yeji datang menghampiri Hyunjin dengan langkah tenang. Melihat itu, Hyunjin langsung menyambutnya dengan senyum lebar. Ia sudah tahu kalau Yeji pasti akan ikut dengannya segigih apapun niatnya untuk tinggal di tempat itu. Yeji tidak akan pernah bisa berpisah dengannya.
"Akhirnya kamu datang juga. Ayo kita pergi sekarang..." Yeji segera menahan Hyunjin yang hendak menariknya pergi dari sana. Hyunjin kembali menoleh ke arah Yeji lalu memasang wajah kebingungan. Kenapa Yeji menahannya seperti ini?
"Kenapa? Ada apa?" tanya Hyunjin.
"Ma-maafin aku kak..." Tepat setelah Yeji menyelesaikan ucapannya itu, dari kejauhan Hyunjin bisa melihat beberapa orang datang ke arah mereka dengan membawa obor. Orang-orang itu adalah para pengurus asrama bersama dengan Pak Jinyoung yang memimpin di barisan paling depan.
"Heishhh kita ketahuan. Kita harus lari sekarang juga." Tanpa mempedulikan Hyunjin yang masih membeku di tempat, Minho dan Seungmin segera berlari masuk ke dalam hutan. Mereka tidak ingin tertangkap oleh rombongan orang-orang itu.
Rombongan orang-orang itu semakin dekat namun Hyunjin masih belum ingin beranjak dari tempatnya. Ia menatap Yeji dengan tatapan penuh kekecewaan. Padahal ia sangat mempercayai Yeji, kenapa Yeji berkhianat kepadanya seperti ini?
"Kamu sangat membenciku ya ternyata..."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins : Run Away
Misterio / SuspensoIni kisah tentang Hwang Twins yang mencoba untuk melarikan diri dari hukuman mereka