4. Benang Biru dan Perpustakaan

4 0 0
                                    

“Apa yang kamu lakukan di dalam sana?!”

Kaget.

Baru saja Emma berhenti di depan Nora, perempuan itu langsung berteriak. Ia bahkan belum sepenuhnya mengerti apa yang terjadi. Beberapa murid tampak berbisik, entah soal apa. Wajah khawatir Nora dan beberapa orang dewasa lain juga terlihat sama.

“Emma? Kamu tidak apa-apa, kan?”

Dengan bingung, Emma mengangguk pelan. Jujur saja dirinya mulai malu sekarang. Semua orang memperhatikan satu orang, dirinya!

“Demi Tuhan, bicaralah Emma!” desak Nora semakin maju.

“A-aku baik-baik saja. Ini ada apa?” tanya Emma dengan muka yang sama sekali tidak dapat dikondisikan rasa bingungnya. Ia sedikit beringsut tak nyaman saat semua orang tanpa terkecuali menatapnya heran. Mungkin karena pertanyaan Emma.

Salah satu pengajar laki-laki, yang tadi menariknya keluar, sepertinya sangat peka dengan rasa tidak nyaman Emma. Ia langsung menyuruh semua orang bubar dan mengajak Emma beserta para pengajar lain untuk pergi ke ruang administrasi. Sampai di sana, Emma didudukkan dengan Nora dan pengajar laki-laki tadi berada di depannya. Ia sekali lagi mengulang pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi hingga semua orang terlihat panik.

“Kamu hampir terhisap!” teriak Nora frustrasi.

“Terhisap?” Emma semakin tidak paham dengan jawaban Nora.

“Badanmu bahkan sudah setengah transparan tadi. Demi Meredith dan Gala, sebenarnya apa yang ada dalam pikiranmu hingga berani ke sana dan mencoba menyentuh benang takdir?!” Nora sekali lagi berteriak, sangat terlihat kepanikan Nora belum hilang sejak tadi. Tak mendapat jawaban dari Emma yang masih bingung, ia kembali melanjutkan, “Baru tadi pagi aku membacakan peraturan untuk kalian para murid baru, dan kamu sudah melanggar. Apa kamu tidak senang terlahir di dunia ini, Emma?”

Mendengar kalimat terakhir Nora, mata Emma langsung terbelalak. Ia menggeleng keras, menyangkal pernyataan itu.

“Tidak, aku sama sekali tidak menyesal. Aku bahkan sangat senang. Kenapa bisa Nora berpikir seperti itu?”

Nora dan pengajar laki-laki di depannya ini saling pandang sebelum menghela nafas.

“Emma, jangan pernah lakukan itu lagi. Kamu masih belum belajar apa-apa di akademi ini dan berdekatan dengan benang takdir saat tidak memiliki ilmu yang cukup bisa sangat berbahaya. Kamu bisa saja terhisap dan terdampar di dunia lain.”

Mendengar itu, nafas Emma rasanya tertahan, jantungnya seakan berhenti. Apa yang baru saja dilakukannya? Kalau kata Nora badannya sudah setengah transparan, apa jadinya jika tidak ada seorang pun yang menolong?

“Entah apa yang terjadi tadi, kami harap kamu tidak melakukannya lagi.”

Dengan cepat Emma menganggukkan kepalanya. Tidak mungkin ia mau kembali ke sana jika beresiko terdampar di dunia lain.

“Sebelumnya maaf karena aku belum memperkenalkan diriku. Aku Tres, salah satu pengajar di sini. Apa kamu bisa memberitahu kami, kenapa kamu bisa ada di sana?” tanya Tres berusaha setenang mungkin.

“Aku tadi melihat benang takdir berwarna biru di sana. Aku sendiri juga tidak sadar jika sudah sedekat itu dengan benang takdir itu.” jawab Emma.

“Benang takdir biru? Tidak ada benang takdir biru, Emma. Apa kamu yakin?” Tanya Tres berusaha meluruskan apa yang sudah didengarnya.

Dalam The Keeper World, selamanya benang takdir akan berwarna kuning keemasan.Tidak ada satupun orang yang pernah melihat benang takdir berwarna biru sebelumnya. Walaupun ada satu benang takdir yang memiliki warna berbeda, warna itu bukanlah biru dan tidak terdapat di akademi.

Dream: ConnectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang