Surat Misterius

59 3 4
                                    

Hallo semuaaa~
Baru sadar aku gak update dari tahun 2020 :(
Maaf banget, karna sempet blank dan sibuk sama urusan muggle juga. Terima kasih buat temen-temen yang  udah support. ^^

Happy Reading. ^^

====

Harry terbangun dari mimpinya. Semalam dia memimpikan kekacauan di Museum London tujuh tahun yang lalu. Dan saat itu juga dia tersadar bahwa dirinya dan Ginny juga pernah mengalami kejadian yang mengerikan dalam rumah tangganya.

Saat kejadian itu Ginny terpaksa melahirkan Albus beberapa hari lebih cepat dari waktu normalnya. Jika sihir itu melesat satu senti saja kearah sisi depan perut Ginny, sudah dipastikan Albus tidak akan pernah lahir kedua. Harry bersyukur Albus lahir dengan selamat namun Ginny mengalami masalah. Serangan itu mengakibatkan rahim Ginny rusak dan para Healer  mengatakan rahim Ginny harus diangkat. Setelah mencoba berbagai cara untuk penyembuhan akhirnya mereka tidak jadi melakukannya tapi menurut Draco, mantan musuh Harry saat di Hogwarts dulu yang sekarang ini sudah menjadi Healer di St Mungo's Hospital, Ginny dan Harry tidak akan pernah bisa memiliki bayi lagi.

Harry melihat Ginny yang masih tertidur lelap disampingnya dan menatap kosong tempat tidur diatara dia dan Ginny. Sejak bayi anak-anak mereka selalu tidur bersama mereka sampai usia mereka lima atau enam tahun. Karna usia usia Lily saat ini masih kurang dari lima tahun, dia masih tidur bersama mereka. Padahal sebelum Lily menghilang setiap malam mereka membicarakan bagaimana mereka nanti akan mendekorasi kamar Lily. Mereka akan mulai mendekorasi saat hari ulang tahun Lily yang ke lima. Lily masih sangat labil dengan keinginannya dalam mendekorasi kamar. Sebentar dia ingin ini dan tak lama ingin lain.

Sudah dua minggu  lebih Lily hilang, dia sangat merindukannya. Apalagi saat-saat Lily memeluknya dimalam hari saat tertidur pulas. Lily saat sedang beraktivitas memang terlihat lebih dekat dengan Ibunya. Setiap sebelum dan setelah bangun tidur pasti Ibunya yang dicari. Karna Ginny anak perempuan satu-satunya, dia sangat bahagia saat mengetahui telah melahirkan seorang anak perempuan. Ginny selalu bergurau, "Tuhan memang tidak memberikanku saudara perempuan. Tapi dia memberikanku saudara kembar yang aku lahirkan sendiri."  Tapi dimalam hari, Lily adalah miliknya. Mungkin karena sejak bayi Harry selalu memeluk Lily saat tidur, jadi itu menjadi kebiasaan Lily. Setiap malam dia tidur memeluk Harry bagaikan bantal guling.

 Ya, kehadiran Lily membuat mereka berdua belajar banyak dan juga memberikan warna baru bagi mereka. Mereka berdua sama-sama besar dilingkungan yang diisi oleh banyak anak laki-laki sehingga ini menjadi pengalaman baru yang sangat menakjubkan. 

Kurang dari dua minggu lagi Lily akan berulang tahun ke lima. Rencana yang sudah dia mereka buat kini sudah buyar. Saat ini fokus mereka adalah mencari Lily.

"Harry," Ginny memanggil Harry lembut saat menyadari suaminya terbangun ditengah malam. Ginny duduk dan menyandarkan tubuhnya pada pundak Harry. "Kenapa tidak tidur?"

Harry tidak menjawab, dia tidak tau harus menjawab apa. Dia tidak ingin Ginny tahu bahwa saat ini dia merindukan Lily dan dia juga tidak ingin mengingatkan Ginny tentang mimpinya.

"Harry," sekali lagi Ginny memanggil Harry.

"Ya?" Kali ini Harry menjawab lembut. Dia mengusap puncak kepala Ginny dan mengecupnya. 

Kini giliran Ginny yang tidak menjawab Harry. Ginny sendiri tahu apa yang ada dipikiran Harry. Dia tau Harry merindukan Lily sama dengan dirinya. Ginny bertanya hanya untuk mencairkan suasana yang hening saja.

"Lebih baik kau kembali tidur Gin," seru Harry lembut. "Sepertinya aku ingin memeriksa beberapa pekerjaanku."

"Harry ini sudah tengah malam," protes Ginny. Dan Harry mengabaikannya. Harry bangkit dari tempat tidurnya dan pergi menuju ruang kerja. Ginny hanya terdiam memaku. Dia tidak ingin Harry jatuh sakit, tapi dia juga tidak mau pikiran buruk menganggu suaminya. Akhirnya Ginny memutuskan untuk membuatkan minuman hangat untuk menemani Harry bekerja.

Setibanya Harry diruang kerja, dia segera duduk dan menyandarkan kepalanya di kursi kerjanya yang nyaman. Ia memejamkan mata sejenak dan tak mendengar sesuatu mendekat. Perlahan Harry membuka matanya dan mendapati seekor burung hantu berada di balkon ruang kerjanya. Burung hantu itu menjatuhkan supucuk surat, dan Harry segera membuka pintu kaca menuju balkon untuk mengambil surat tersebut.

Harry merasa aneh. Sudah lebih dari satu dekade para penyihir tidak memakai burung hantu lagi untuk mengirimkan surat kerumah. Di jaman modern ini para penyihir lebih suka memakai ponsel buatan muggle yang ternyata lebih efektif dibandingkan burung hantu yang memakan waktu lama dan juga berisik, belum lagi masalah yang ditimbulkan oleh bulu atau kotoran mereka. Pengunaan burung hantu saat ini hanya dipakai untuk pengantaran barang ringan atau sebagai alat komunikasi bagi penyihir yang keberadaannya dalam persembunyian saja.

Perlahan Harry membuka surat yang sama sekali tidak tersegel itu.

Dear Harry Potter

Bagaimana rasanya kehilangan salah satu orang  yang paling kau cintai Mr. Potter? Menyakitkan bukan? Banyak orang yang rela berkorban untuk Anda, tetapi Anda sama sekali tidak perduli dengan keluarga yang mereka tinggalkan.

Anggap saja Putrimu menjadi pengganti dari salah satu penyihir yang berkorban untuk Anda, walaupun menurutku itu tidak setimpal. Kembalikan barang-barang kami jika Anda juga tidak mau kehilangan anak-anak Anda yang lainnya juga.

R

Harry sangat yakin surat ini berasal dari penculik Lily. Ia lemas setelah membaca surat itu mulai bertanya-tanya dalam hati. "Siapa R ini? Berani sekali dia melakukan hal ini pada anak yang tidak bersalah." 

Harry mencoba menerka-nerka sekuat tenaga siapa saja orang kira-kira yang tidak menyukainya dan akan tega melakukan hal kejam terhadap seorang balita.

Dan sebenarnya surat itu juga mengingatkannya pada Regulus, adik Sirius yang tadinya pengikut dengan Voldemort. "Apakah dia ini juga mantan pengikut Voldemort?" Tetapi pikiran itu dengan cepat menghilang dari kepalanya setelah membaca ulang surat tersebut. Menurut Harry kemungkinan orang tersebut adalah keluarga dari salah satu orang yang rela mengorbankan nyawa mereka untuk dirinya. Ini benar-benar tidak adil bagi Harry jika itu benar. Lily tidak tahu apa-apa, dirinya lah yang harus menanggung kemarahan penculik itu, bukan Lily kecilnya.

"Dan barang apa yang dia maksud?" batin sekali Harry. Ketika pikiran Harry sudah berlari jauh kesana kemari, Ginny masuk ke ruang kerja Harry dengan membawakannya minuman hangat beserta cemilan, dan saat ini juga Harry menyembunyikan surat tersebut.

===

TBC

Maaf ya, semakin lama cerita jadi melenceng, kayaknya efek kelamaan gak update, jadi mulai lupa sama konsep awal cerita ini dibuat. Sekali lagi, terima kasih buat teman-teman yang udah menyempatkan waktunya buat cerita gaje ini. ^^


DerelictWhere stories live. Discover now