1

539 36 5
                                    

.












.
















.

Si tembok begitulah julukan yang sering tersemat pada diri Jeongin. Seorang siswa kelas tiga SMP yang merasa selama hidup nya harus terpaksa diam untuk segala ketidak adilan yang ia terima.










Seperti julukan yang tersemat pada diri nya itu. Orang orang selalu menganggap nya seorang yang dingin tak berperasaan. Wajah datar tanpa ekspresi. Sering dianggap kejam meski ia tidak pernah melakukan satupun kejahatan.











Bahkan tak ada seorang pun teman yang ia punya sampai ia akan lulus SMP sebentar lagi. Tidak ada satu pun yang ia punya. Kalau ada yang berani berhubungan dengan nya, pasti itu hanya karena tugas dan basa basi saja. Ia benar-benar sendiri.












Tak jauh berbeda dengan apa yang ia alami di rumah. Keberadaan Mama, Papa, Kakak dan adik nya dalam satu lingkup pun tak bisa membuat nya merasa bersama. Ia terasa asing dengan keluarga nya sendiri. Terlebih lagi dengan Papa nya yang seolah tidak pernah memiliki putra seperti diri nya.














Ia tidak benci keluarga nya. Lebih tepat nya Jeongin merasa tidak pantas memendam perasaan seperti itu kepada orang tua nya yang tidak bisa adil terhadap anak anak nya. Karena dia sadar belum bisa membalas jasa kedua orang tua nya yang telah membesarkan nya.













Jeongin tahu, Papa nya sudah sangat sibuk bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga nya. Tidak ada waktu yang digunakan hanya untuk memahami perasaan anak anak nya satu persatu.










Jeongin paham, bahwasan nya sang Mama mencoba menyayangi ketiga putra nya. Yang pada kenyataan nya, dia yang menjadi putra tengah nya merasa tidak pernah mendapatkan perhatian.











Kakak nya yang selalu menjadi kebanggaan keluarga atas prestasi prestasi yang ia miliki. Dan adik nya masih kecil yang di anggap selalu butuh perhatian lebih dari kakak nya.













Sedang kan Jeongin sendiri yang tidak memiliki prestasi apapun. Dia siswa yang biasa saja. Dan juga berumur lebih dewasa dari sang adik. Selalu terlupakan keberadaan nya oleh keluarga.















Jeongin berusaha menerima dan bersikap dewasa. Tidak mengeluh dan mencoba memberontak apapun. Karena pikir nya itu akan sia sia.













Namun, apa bisa ia berbuat demikian lagi setelah permintaan nya masuk SMA impian nya di tolak mentah - mentah. Bahkan dengan gamblang Papa nya berkata bahwa diri nya tak akan melanjutkan pendidikan nya sampai SMA. Cukup lulus SMP saja. Karena alasan orang tua nya perlu biaya besar untuk persiapan kuliah kakak nya yang akan menjadi penentu masa depan sang kakak.














Lalu bagaimana dengan masa depan nya? Apa mereka juga tidak peduli akan masa depan nya? Dia juga butuh sekolah kan. Jika tidak sampai bangku perkuliahan, setidaknya bangku SMA cukup untuk mencari pekerjaan di masa yang serba sulit begini.













Apa orang tua nya harus setidak adil begini terhadap diri nya? Diri nya ini anak kandung mereka berdua. Kenapa selalu diperlakukan bagaikan anak tiri?













"Lulusan SMP akan sulit mencari pekerjaan, Pa. Jika Papa keberatan daftarin aku ke SMA 1, aku gak papa sekolah di mana saja. Aku gak maksa harus di SMA 1. Di SMA 4 pun, aku gak papa. Di sana biaya sekolah nya murah dan aku bisa mengajukan beasiswa untuk meringankan biaya sekolah. Agar tabungan Papa buat biaya kuliah kakak cukup. " kata Jeongin berusaha tegar tidak ingin menangis. Dan berbicara serasional mungkin.















"Masuk SMA 4 pun juga butuh biaya, Jeo. Papa gak punya uang buat daftarin kamu masuk SMA sekaligus biayain masuk kuliah kakak mu. Tolong lah kamu ngertiin keadaan Papa mu ini. Lagian belum tentu juga kamu bisa sukses dengan lulusan SMA nanti, dilihat dari  nilai SMP kamu yang kayak gini. Kakak mu yang lebih menjamin masa depan nya. " tolak Papa nya.














"Maksud Papa masa depan kakak lebih penting. Dan aku ini gak punya masa depan. Begitu maksud Papa? Apa aku gak boleh hidup bahagia juga? Apa hanya kakak yang berhak hidup bahagia?" Tanya Jeongin mengepalkan erat tangan nya.












Dada nya sesak sekali mendapatkan perlakuan macam begini.












"Tentu saja bukan begitu maksud Papa, Jeo. Kami juga berharap kamu memiliki masa depan yang bahagia. Oleh sebab itu Papa sudah menjodohkan mu dengan anak teman bisnis Papa yang kaya raya." kata Mama nya tiba tiba.











TBC

Cerita baru euyy,

Cerita baru euyy,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Titipan Tuhan (JeongSung) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang