Teriakan melengking memecah sunyi malam. Suara itu menggema seperti pisau yang menggores permukaan kaca, tajam dan memilukan. Ada ketakutan di sana, bercampur dengan rasa sakit dan keputusasaan yang menyesakkan.
"A-Ahh... Tolong...! Aku... Aku tidak bersalah..."
Namun, dunia tetap tidak peduli. Seruan itu lenyap ditelan dinginnya malam, hanya berbalas dengan suara derit rantai besi yang menegang dan hembusan napas putus-putus.
"Diam."
Sebuah suara dingin menghunus udara, berat dan tak terbantahkan. Pemiliknya, Ohm Pawat, hanya menatap tanpa emosi. Namanya lebih sering terdengar dalam bisikan ketakutan daripada percakapan biasa. Ia bukan pria yang dikenal karena belas kasih, dan malam ini pun tidak ada pengecualian.
Sepasang mata kelamnya menatap tubuh yang kini terkulai lemah di lantai. Sejenak, ia diam. Lalu, dengan satu gestur singkat, ia memberi perintah kepada orang-orangnya.
"Bereskan. Aku akan pergi."
Tak ada pertanyaan, tak ada keraguan. Para bodyguard hanya mengangguk dan bergerak sesuai instruksi. Mereka sudah terbiasa menghadapi maut, apalagi jika kematian itu berasal dari tangan bos mereka sendiri.
Ohm melangkah keluar. Setiap langkahnya terasa begitu ringan, seolah dosa yang tertinggal di belakangnya bukanlah beban yang perlu ia pikirkan. Di luar, mobil hitam mengilat telah menunggu, menyatu dengan bayangan malam.
---
Di sebuah kafe kecil di sudut kota, Ohm duduk sendirian. Tempat itu sederhana, tidak mewah seperti restoran yang biasa ia datangi. Namun, entah mengapa, malam ini langkahnya membawanya ke sini. Mungkin karena keheningannya menawarkan jeda dari kehidupan yang penuh darah dan dendam.
"Hei, kemarilah. Aku ingin memesan."
Suaranya rendah, tetapi cukup untuk menarik perhatian seorang pelayan muda yang tengah sibuk melayani pelanggan lain. Pemuda itu menoleh, lalu tersenyum sopan, memperlihatkan lesung pipi yang samar.
Senyuman itu, sekilas saja, membuat sesuatu di dalam diri Ohm bergetar.
Langkah sang pelayan ringan saat ia mendekat, tetapi bagi Ohm, setiap jejaknya terasa menggema. Ada sesuatu dalam cara pemuda itu membawa dirinya—ketenangan yang terasa asing di dunianya.
"Anda ingin memesan apa, Tuan?"
Ohm tidak langsung menjawab. Matanya mengamati lebih dalam, menelusuri setiap detail. Mata bening itu, kulit seputih porselen, ekspresi yang lembut tetapi tidak rapuh.
"Maaf, Anda ingin pesan apa?" ulang pemuda itu dengan sedikit ragu.
"Siapa namamu?"
"Nama saya?"
"Tentu saja namamu. Memangnya aku bertanya pada siapa lagi?"
Pemuda itu sedikit tersenyum, meski kebingungan masih berpendar di matanya. "Nama saya Nanon Korapat, Tuan."
Dalam kepala Ohm, sesuatu berkecamuk. Ia merasa seperti seorang pengelana yang akhirnya menemukan oase di tengah gurun yang tandus. Ada sesuatu yang aneh—bukan sekadar ketertarikan biasa. Ini lebih dari itu.
Sebuah sensasi yang bahkan ia sendiri tidak yakin bisa mendefinisikannya.
Mendadak, Ohm berdiri. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia berbalik dan melangkah keluar dari kafe. Nanon hanya bisa menatap kepergiannya, kebingungan yang belum sempat terjawab.
Di luar, Ohm mengangkat teleponnya.
"Bright, segera lacak identitasnya," ujarnya singkat.
"Siapa namanya, Tuan?"
"Nanon Korapat."
Sambungan terputus. Ohm masuk ke dalam mobilnya, meninggalkan tempat itu dengan ekspresi yang sulit diartikan—antara haus akan sesuatu yang baru, atau penuh harap pada sesuatu yang tak ia mengerti.
---
Di sisi lain kota, Nanon baru saja tiba di apartemennya. Tempat itu kecil, tetapi hangat, berbeda dengan dunia luar yang dingin dan keras. Dengan desahan lelah, ia menjatuhkan diri ke sofa tua yang sudah lama menemani hari-harinya.
Namun, sebelum sempat memejamkan mata, suara ketukan pelan terdengar dari pintu.
Tok... tok... tok...
Nanon membuka matanya. Perlahan, ia bangkit dan berjalan menuju pintu. Ada sesuatu yang aneh—sebuah firasat samar yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Tangannya menggapai gagang pintu, menariknya dengan hati-hati.
Saat pintu terbuka, angin malam menyelinap masuk, membawa serta kesunyian yang mencekam.
Dan di ambang pintu, berdirilah seorang pria dengan tatapan sepekat malam—seorang yang siap mengusik dunia kecilnya yang selama ini ia anggap aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴛʜᴇ ᴅᴀʀᴋ ɴᴇsᴛ - ᴏʙsᴇssɪᴏɴ ᴀɴᴅ ᴛᴏxɪᴄ ʟᴏᴠᴇ
FanfictionDALAM TAHAP REVISI!! Bagaimana jika seorang mafia berdarah dingin terobsesi dengan pemuda miskin yang terlilit hutang? ‼️ TERDAPAT BANYAK ADEGAN KEKERASAN, SEKSUALITAS, STOCKHOLM SINDROM ‼️ judul akan diganti dari 'mafia and poor boy' menjadi 'the...
