Agak 18 plus ya wqwqwq🙈
-
"Lama kita nggak jumpa, eh sekalinya ketemu malah di sini." Wanita itu tersenyum manis.
"Iya, nggak nyangka banget," balas wanita di depannya ramah.
"Giandra tidak depresi, dia hanya menenangkan diri, dia sendiri yang meminta." Wanita berkemeja itu membelai lembut rambut sang putra.
Perempuan paruh baya itu tersenyum. "Awal perceraian Muara biasa saja tetapi saat mantan suaminya menikah lagi dia terpukul."
"Tidak apa, itu wajar, terkadang kita bisa berkata baik-baik saja tetapi hati mana bisa bohong." Wanita paruh baya itu menggegam tangan Muara yang dingin. "Giandra ditinggal istrinya serta ketiga anaknya."
Mulut Muara terbuka. "Maksudnya?"
"Saat itu ada konsleting listrik di rumah, saat Adra perjalanan dinas, Kirana yang sedang hamil dan dua putranya meninggal." Giandra diam saja, walau sebenarnya dia tidak suka masalah pribadinya dibicarakan.
Muara menutup mulut tidak percaya, pasalnya selama setahun tinggal di sini, Adra lah yang paling waras. Bahkan lelaki itu selalu membantu mengawasi pasien bersama para suster.
"Kalian dekat?" Ibu Giandra mulai bertanya.
"Kamar kami hanya dibatasi gorden." Tidak sekaku biasanya Adra ikut berbicara.
"Adra yang lebih sering menghaluskan obatku." Senyum Muara terpancar.
"Sudah sedekat itu rupanya," ujar ibu Muara tersenyum. "Eh dulu kan emang pernah pacaran ya waktu sekolah?" lanjut wanita itu menggoda.
"Kalau kalian menikah, apa itu sulit?" Pertanyaan tidak masuk akal itu terlontar lancar dari mulut Ibu Giandra.
"Apa?" Muara terkejut luar biasa.
"Iya Menikah. " Bunda Muara tersenyum penuh arti, sepertinya kedua wanita paruh baya itu sudah memiliki pembicaraan sebelum ini.
"Tidak terburu-buru, hanya saja kedua orang dengan keadaan yang sama, bukankah akan lebih baik jika disatukan?" Suara lembut Ibu Giandra terdengar.
"Kalian juga sudah saling mengenal sejak lama, bukankah itu lebih mudah?" Bunda Muara menambahi.
"Tidak memaksa untuk secepatnya jika kalian belum siap, jangan jadikan ini beban pikiran." Lagi-lagi Ibu Giandra berbicara, Muara diam pandangannya menerawang jauh.
"Saya terserah, jika Muara berkenan maka saya juga akan mengikuti." Jawaban lelaki itu sungguh tidak terduga.
Mata Muara melotot tidak menyangka. "Giandra, kamu?"
"Jika ini yang terbaik kenapa kita tidak menerimanya?" Giandra menatap Muara lembut, tatapan yang membuat perempuan itu seperti tidak bisa menolak.
"Muara bagaimana?"
"Hah?" Perempuan itu terkejut.
"Muara mau menikah dengan anak ibu?" Wanita paruh baya itu membelai lembut tangan calon menantunya.
Muara mengigit bibir lalu menatap Bundanya yang mengangguk. "Jika Giandra mau, maka saya juga mengikuti saja."
***
"Muara nggak nyangka nikah sama Giandra, ahay selamat ya, jangan lupa main-main kesini." Aksa menyenggol genit lengan Muara.
"Nggak kaget sih gue, soalnya dari awal emang mencurigakan, tapi ya nggak secepet ini juga keleus, diluar dugaan." Ava menimpali.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Sushine
RomanceMuara pernah menikah, dengan laki-laki yang dia yakini tidak akan pernah meninggalkannya, seseorang yang dia anggap begitu menyayanginya bahkan melebihi diri sendiri dan yang pada akhirnya malah meninggalkan dengan semua sikap kekanakan, sesuatu yan...