Opening: Yang Jungwon

444 30 1
                                    

Jungwon melihat ke arah langit sore ini di balkon rumahnya. Perpaduan warna merah muda, jingga, hingga warna ungu bercampur menjadi satu di sertai dengan awan-awan tipis serta pancaran sinar matahari yang menembus sela-sela awan membuat hati Jungwon terasa lebih ringan.

Sebelumnya ia merasa kegelisahan menyelimuti hatinya. Ia tidak tahu sama sekali apa yang akan terjadi kedepannya, ia tidak bisa membiarkan begitu saja rasa gelisah ini merajai hatinya. Jungwon begitu penasaran dengan perasaannya sendiri yang begitu peka namun tidak tahu tentang firasat apapun.

Menjengkelkan, begitu juga yang di rasakan Jungwon sekarang pada hatinya sendiri.

Ia hanya sanggup memandang sekawanan burung yang sedang bermigrasi ke suatu tempat. Tidak ada satupun niatan Jungwon untuk berpindah tempat atau sekadar melakukan hal lain selain melihat langit.

Memang, Jungwon hanya butuh kesendirian saat ini. Mungkin memang bukan solusi terbaik tapi setidaknya tidak membuat kepalanya pusing berkepanjangan.

Ia menghela nafasnya teratur, "Semoga bukan pertanda buruk njir."

Jungwon percaya kalau seseorang tengah melihat langit tandanya ia sedang merindukan seseorang. Tapi, siapa orang itu?

Tidak tahu. Jungwon sendiri tidak tahu alasannnya ia seperti ini.

Lama melamun membuat Jungwon tak sadar jika ponselnya terus berdering. Ada beberapa panggilan tak terjawab dan sekarang ada panggilan lagi. Jungwon segera mengangkan panggilan yang ditujukan padanya itu. Nomor asing.

Anjir siapa sore-sore nelpon? Ganggu gue meng-indie-kan diri aja. Rese Jungwon dalam hati.

Angkat ga ya? Gak ah. Eh angkat aja sapa tau penting. Batinnya lagi.

"H-halo, selamat sore!" serunya sebiasa mungkin.

"Yailah Jungwon, ini Sunoo, formal amat. Sorry, ini gue pake nomer hp bokap. Gue dapet kabar dari kepala sekolah kalau kita jadi perwakilan sekolah buat pertukaran pelajar sama sekolah sebelah."

"Heh? Tunggu—apa? Besok?! Tiba-tiba banget??"

"Iyaa, ibu Lee baru aja kasi kabar lewat email tadi siang. Harusnya lu juga dapat email dari dia."

"Bentar gue cek dulu."

Jungwon otomatis mengecek emailnya selama panggilan masih berlangsung. Dan ternyata benar, ia mendapatkan email yang sama dengan Sunoo.

"Sunoo, jujur aja gue belum siap jadi perwakilan sekolah kita di sana."

"Terus apa menurut lo gue siap? Gue bahkan bukan siswa teladan tapi gue juga jadi perwakilan?!"

"Yaudah mau bagaimana lagi? Nolakpun kita juga ga bisa."

"Bener. Yaudah, kalau gitu gue mau tidur."

"Ini masih sore!"

"Yaaa! Gue tidak peduliii."

♡♡♡

Halo! Maaf atas ketidaknyamanannya di book sebelumnya, sekedar informasi buku ini sama aja kaya 'Yang Jungwon' sebelumnya. Tapi karena buku sebelah berantakan, alur kacau, dan buku gabisa di buka alias 404 user not found, jadi aku bikin buku ini. Cepat lambat buku sebelah bakal aku unpublish.

Sekian terima kasih uda mampir! Jangan lupa penghargaan buat author-nim! Thank you!

Yang Jungwon | JaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang