7. Mayday!

160 15 3
                                    

Jay diam di dalam mobilnya. Sejenak benar-benar memikirkan Jungwon yang ia lihat terkulai lemah di mejanya. Setelah ia mendapat informasi dari intel kelas Jungwon; Nakamura Kazuha, kalau pemuda itu memang sedang sakit. Badannya panas serta nafasnya sering sesak. Sudah dibujuk ke UKS namun anak itu menolaknya mentah-mentah.

Seperti halnya yang dikatakan Sunoo dan temannya tadi siang.

Sebenarnya Jay melakukan ini juga karena ia ingin menunjukkan bahwa dirinya ada untuk Jungwon dan membuktikan bahwa pertolongannya sangat berarti. Tindakannya ini sekaligus menyadarkan anak itu agar tidak menolak rutinitasnya terus menerus. Dengan kata lain, Jungwon butuh Jay.

Karena amanat? Iya.

Perhatian? Mungkin.

Cinta? Belum tau, tapi Jay memang suka sekali memperhatikan Jungwon dalam keterdiamannya. Bahkan bisa dengan tiba-tiba jantungnya itu berdetak tak masuk akal ketika melihat Jungwon.

Mungkin kalau diibaratkan di dunia werewolf, inner-wolf Jay akan bilang, "Mate! Mate!"

Belum lagi kalau Jungwon mengomel saat tempo hari. Sebenarnya Jay sangat gemas sampai rasanya ingin menguleni pipi berisi anak itu. Jadi ingin makan mochi rasa Jungwon.

Sekali ngap anak itu langsung hilang.

"Dikit lagi, dikit lagi—YAH!!"

Suara game over dari gim mario bros milik teman di sampingnya itu terdengar begitu jelas.

"Jek. Lu bisa diem bentar gak?" ujar Jay.

"Gue dari tadi udah diem, jamal sampai rasanya gue udah kaya orang bego gak ngapa-ngapain," jengah Jake. "Sebenernya kita nih ngapain sih?" tanyanya penasaran seraya menyimpan ponselnya.

"Nungguin Jungwon." Mata tajamnya tak lepas dari gerbang sekolah. Posisinya mereka sudah pulang duluan karena tidak ada kelas tambahan dan mereka sedang menunggu di luar pagar. Depan warmindo. Jay berkata ada ekskul sampai jam enam petang itu tujuannya agar ia bisa masuk ke permainan Sunoo.

"Sampai kita berbuih pun Jungwon gaakan keluar kalo gengsi lo gede buat nyamperin dia lagi."

"Dia yang minta, Jek. Lo tau sendiri loh," ucap Jay menoleh pada sahabatnya itu.

Glekkk

Pintu belakang tertutup dengan keras. Pelakunya tak lain tak bukan — "Yo bestt!" sapa Sunghoon duduk di kursi belakang.

"Elu lagi malah duduk di situ, itu buat Jungwon bego," ujar Jake pada manusia pucat itu. Sunghoon memajukan bibirnya kesal.

"Justru kursi lo itu yang buat singgahsana Yang Mulia Jungwon, udin. Sini pindahh!" Sunghoon menyeret kerah Jake untuk ke belakang.

"Gak gak! Mager!" ujar Jake menolak Sunghoon.

"Heleh ngomong aja lo terlalu pewe disitu."

"Emang."

"Anjing lo, Jeki."

"Hei hei hei! Sstt! Diem dulu! Ada yang keluar!" perkataan Jay sontak membuat keduanya mengikuti arah tatapan Jay.

Yang Jungwon | JaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang