Mimiti

27 8 0
                                    

"Kal malem nongkrong moal?" Tanya pria dengan seragam yang dikeluarkan, namannya Jeano Leeandra anak urakan yang sering jadi langganan guru BP.

"Ah si Haikal wae, anak bunda dia mah paling moal ikut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah si Haikal wae, anak bunda dia mah paling moal ikut." Bukan Haikal yang menyaut, tapi Renjana Juniansyah penampilannya rapih kentara seperti anak Rohis di sekolah.

" Bukan Haikal yang menyaut, tapi Renjana Juniansyah penampilannya rapih kentara seperti anak Rohis di sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gandeng maneh." Tangan Haikal hendak menimpuk kepala Renjana, tapi Haikal ingat meskipun Renjana kecil kalau soal kekuaatan Haikal pasti akan kalah. "Nanti urang ikut, soal izin ka Bunda gampang." Pria hitam manis itu memantik korek dan menyalakan rokok yang sedari tadi ia pegang.

"Ari si Nana kamana? Asa teu liat dari tadi," ucap Haikal yang hanya dihadiahi gelengan dari Jean dan Renjana.

Nadir Jayakasra ketua OSIS SMAN Ciptaraga anak tongkrongan 00 yang paling taat aturan Sekolah dan sifatnya yang sangat ramah serta senyumanya yang selalu tampak indah.

Tongkrongan 00 adalah mana yang disematkan pada mereka berempat, entah apa sebabnya yang jelas T'00 sudah melekat pada mereka sejak pertama masuk sekolah menengah atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tongkrongan 00 adalah mana yang disematkan pada mereka berempat, entah apa sebabnya yang jelas T'00 sudah melekat pada mereka sejak pertama masuk sekolah menengah atas.

Keempatnya memeliki posisi penting di Sekolah Nadir yang menjadi ketua Osis, Jean meskipun dia anak nakal dia adalah ketua tim basket putra, Renjana Juniansyah ketua Eskul Rohis, dan yang terakhir Haikal Candrakanta dia yang menempati posisi pemimpin dalam grup musik sekolah.

"Jang..." Haikal menoleh saat punggungnya ditepuk dari arah belakang.

"Kulan, Bi?" Tanya Haikal, mendapati adanya Bi Imas penjanga warung ini yang menjadi pelaku penepukan punggunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kulan, Bi?" Tanya Haikal, mendapati adanya Bi Imas penjanga warung ini yang menjadi pelaku penepukan punggunya.

"Ini jang, katanya ujang yang bayar."

Haikal membeku, apanya yang harus ia bayar ia hanya membeli Rokok itupun cuman dua batang, soal kasbonnya ke Bi Imas kan baru saja kemarin ia bayar. Lalu ini untuk apa? Harganya cukup mahal sekitar 30 ribu.

"Ari si bibi, bayar apa? Haikal mah kan belum jajan."

"Emang ujang mah belum jajan, tuh neng Prima yang jajan mah. Katanya ujang yang bayar, makannya bibi tagih ke sini." Mata Haikal membulat bisa-bisanya cewek jadi-jadian itu menjual namannya untuk jajanan.

Sementara Haikal mendumel Renjana dan Jean hanya tertawa miris menatap temannya, sudah tak aneh memang kejadian seperti ini Prima dan Haikal ah! Mereka itu asik.

Meskipun kesal haikal tetap membayar, hilang sudah uang 30ribu untuk membeli bensin untuk si cuprit. Cuprit, motor scope milik Haikal.

"Koplok ah, duit urang," ucap Haikal setelah bi Imas kembali ke dalam warung.

"Amal Kal, bae ikhlaskeun." Renjana mengelus punggung Haikal dengan maksud mengejek.

"Kan sahabat ti orok, ikhlas atuh Kal." Jean ikut menimpali.

"Lain masalah kitu, eta duit buat bensin euy. Si Rara nu kitu teh."

Prima Rainsharaha atau Haikal lebih suka menyebutnya Rara. Prima sabahat Haikal dari jaman orok, anaknya cantik meski sedikit bar-bar, dia anak kesayangan Bunda Maya ibu Haikal, sampai Haikal sering mempertanyakan yang anak kandungnya bunda Maya itu dia atau Prima.

"Biarin Kal, biar nanti bisa gampang buat izin sama Bunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Biarin Kal, biar nanti bisa gampang buat izin sama Bunda. Suruh si Prima aja yang izin pas malem," ucap Jean yang disetujui Renjana.

"Bener, nanti kalau ketemu tinggal dikompromian." Haikal menyunggingkan senyumnnya.

"Eh Kal, itu si Prima!" Renjana menunjuk Prima yang berlalu di hadapan mereka, karena memang warung bi Imas tepat di pinggir jalan.

"Oh heeuh, urang nyamperin dia dulu mau kompomi!" Haikal langsung berlari menyusul Prima yang tengah berjalan bersama kelima temannya.

"Je! Taruhan yu ah." Pandangan Renjana tak lepas dari Haikal dan Prima yang tengah adu mulut.

"Tauruhan naon?" Jean menaikan alis tebalnya.

"Cek maneh si Haikal jeung si Prima bakal cuman sahabatan hungkul nepi engke, atau bakal saling cinta? Kotorna mah pacaran?"

Jean mengerutkan dahinya, sepertinya memang asik. Tapi, apa imbalannya?

"Imbalannya apa mun urang meunang?"

"Jajan di bi Imas gratis nepi lulus sakola, kumaha?"

Senyum Jean mengembang, kalau begini kan enak. Dengan mantap menjawab sembari menyertakan alasannya yang sangat logis. "Cek urang mah bakal tetep gitu, udah lebih ti 16 tahun tapi masih tetep kan mereka?"

"Bener kata maneh, tapi urang yakin mereka bakal berubah jadi pacaran atau nikah sakalian."

"IYA ATUH IYA, NANTI AKU IJIN KE BUNMAY!" Teriakan Prima disebrang jalan sampai ke telinga Jean dan Renjana.
















Baru awal nihh! Suka gak? Kalian dukung opini Jean atau Renjana? Komen-komen gaiss!
Pencet bintang yang dipojok ceyengg

Axiomatic : HaeryuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang