'^🔪--𝐈 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐘𝐨𝐮 𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭--💌•°
--××
[Rate T]Air mata itu keluar dari matanya, wajahnya memucat tubuhnya goyah, kakinya bergetar, tak sanggup lagi untuk berdiri. Mulutnya ingin menanyakan penjelasan lebih tentang berita yang di dengar oleh telinganya. Tangannya ingin sekali membanting handphone itu dan ingin tak percaya pada seseorang di seberang telepon sana.
"A-abi bohong, kan..? Ini prank, kan?!" Suara bergetar, mulutnya kesulitan untuk mengucapkan kata-kata akibat rasa shock nya. Ia benar-benar berharap ini adalah prank, sebuah prank yang sama sekali tidak lucu yang diucapkan oleh Abi nya.
"Maaf, Upi.. Ummi beneran menderita kanker paru-paru, dokter bilang begitu." Rasanya tubuhnya kehilangan keseimbangan dan ingin jatuh ke lantai. Ia sangat shock, Umminya menderita kanker paru-paru.. bagaimana bisa? Sejak kapan? Kenapa? Kenapa tiba-tiba seperti ini? Pertanyaan itu terngiang-ngiang di kepalanya, air matanya mengalir cukup deras, ia gigit mulutnya sampai berdarah. Telepon itu ia putus secara sepihak, ia tak peduli. Yang ia pedulikan sekarang kondisi Umminya.
Presetan dengan tatapan-tatapan aneh yang tertuju padanya, dia hanya ingin menangis, memikirkan bagaimana kondisi ibunya, apa yang akan terjadi selanjutnya, bagaimana biaya operasi? Ditambah.. uang SPP.. akh! Masa bodoh!! Giginya masih menggigit bibir itu, darah terlihat di sekitar mulutnya. Air mata masih mengalir dari matanya, tubuhnya lemas, tak sanggup berdiri.
Seorang gadis bertubuh mungil berjalan di koridor, ia mendengar suara tangis dari pojok koridor.
"Siapa yang nangis, ya..?" Karena penasaran, ia berjalan di sekitar, mencari asal suara tangis itu. Ketika sampai di pojok-pojok koridor, ia melihat gadis itu. Gadis itu adalah sahabatnya, Upi!!
"Upi..!! Kamu kenapa nangis disini?! Di pojokan pula!!" Gadis mungil itu menghampiri Upi, ia melihat ada darah di sekitar mulut sahabatnya. Dia membersihkan darah itu. Upi masih menangis, gadis itu pun jadi bingung. Apa yang sebenarnya terjadi?
"Upi.. k-kenapa kamu nangis? Kalo ada masalah, cerita atuh!" Gadis itu mengusap-usap pelan punggung sahabatnya, tangisan itu mulai mereda namun air mata masih terlihat di wajahnya.
"Amu.. U-ummi gue,, menderita kanker paru-paru.. y-ya.., gue juga bingung, sedih, shock istilahnya. Gue gak nyangka kalau Ummi gue kena kanker paru-paru, katanya udah kena dari.. 3 bulan yang lalu. Nah, padahal 3 bulan yang lalu Ummi masih kelihatan baik-baik aja! Jadinya aku,, bingung + sedih gitu. Belum juga... Biaya operasi.."
Amu terkejut mendengar cerita dari sahabatnya, ia turut sedih atas berita tersebut. Upi pasti sangat sedih.. Amu mengusap punggung Upi lagi, untuk membuat sahabatnya merasa sedikit lebih baik.
"Amu.., janji jangan cerita ke yang lain ya.. biar lo ma gue aja yang tau soal ini." Ucapnya lagi, Amu pun mengangguk.
"Abi ma adek lo udah tau..?" Tanya Amu. Bagaimanapun, keluarga yang harus tau lebih dulu. Upi mengangguk.
"Abi gue tau, cuma adek gue belum.." Amu mengangguk sekali lagi. Mereka berdua duduk di lantai pojok koridor, keheningan melanda keduanya. Tak ada yang berbicara lagi setelah itu. Hening, hanya ada suara ramai dari luar. Tak lama bel pun berbunyi, ini menandakan kalau jam istirahat sudah habis. Amu beranjak dari lantai yang ia duduki, tangan mungilnya ia ulurkan pada sahabatnya untuk Upi raih.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐘𝐨𝐮 𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭 ''𝐒𝐡𝐨𝐏𝐢⚘•
Fanfiction[HIATUS SEMENTARA] 🌻•--◤𝐒𝐮𝐦𝐦𝐚𝐫𝐲◥--•🌻 𝐒𝐡𝐨 mengalami kecelakaan berupa benturan keras di kepalanya, setelah benturan itu. ia mendapat ingatan yang telah lama hilang dalam memorinya. ia akhirnya ingat, siapa gadis yang selalu muncul dalam m...