A

278 37 14
                                    

Budayakan tinggalkan jejak sebelum ataupun sesudah membaca,satu bintang dan comment kalian sangat berarti untuk saya😊~

°Selamat Membaca°

°°°°°°°°°
Kamu dan segala kenangan

Menyatu dalam waktu yang berjalan
Dan kini aku sendirian
Menatap dirimu hanya bayangan

Hanya bayangan~

—Sudut pandangku, si sulung. Miya Atsumu—

Lebih dari seminggu sejak kak Kita sama Suna nemuin gue di apartemen bang Oikawa. Dan seminggu lebih juga gue masuk sekolah kayak biasanya. Awalnya gue udah siap kalau-kalau bakal disambut sama cacian babi-babi nggak tau diri yang dulunya muja gue kayak dewa, terus bakal ngelontarin cemoohan seolah gue adalah hal yang lebih buruk daripada tai.

Tapi jauh dari ekspetasi gue, banyak yang ngasih gue respek dan semangat. Sekalipun itu nggak membuat gue lebih baik, seenggaknya juga nggak nambah beban hidup gue.

"Atsumu."

Cowok rambut kuning yang di sisir kebelakang berdiri tegak pas di depan gue yang lagi menikmati bakso. Seribu satu pertanyaan yang gue punya, dia sumber jawabannya. Cowok yang nggak sengaja ketabrak mobil seminggu lalu, waktu bang Aran dan Ginjima ngejar Osamu.

Terushima Yuuji.

—Sudut pandang Atsumu sampai situ saja—

"Duduk aja kali, bang," ujar Atsumu dengan nada santai yang malah terkesan tak sopan. Terushima sebagai lawan bicara mengangguk tipis lantas duduk berhadapan dengan pemuda yang memiliki warna surai sama seperti dirinya.

"Gue mau kasih penjelasan tentang perkataan gue tempo waktu di rumah sakit," dengan mantap Yuuji berujar dan menatap penuh mata sang lawan bicara.

Atsumu yang semula masih memakan pentol jumbo itu lantas menelan bongkahan daging cukup besar dalam sekali kunyah. "Tentang yang mana? Yang lo tau alasan papa gue korupsi? Atau yang lo bilang kalau lo sama gue sodara?" tanyanya lantas meneguk es jeruk hingga tandas.

"Dua-duanya. Lebih timbang dua itu malahan. Lo mau denger yang mana dulu?"

"Yang mana aja."

Atmosfer dari kantin sepi—karena memang kedua bocah itu di kantin waktu pembelajaran masih terjadi—nampak semakin dingin oleh dua anak satu warna rambut yang memulai pembicaraan cukup tabu di sana.

"Mama gue itu rekan satu partai bokap lo sejak bertahun-tahun lalu. Bahkan sejak bokap lo belum nikah sama nyokap lo," Terushima menjeda. Ia tatap Atsumu yang nampaknya tengah mengira-ngira.

"Pernikahan bonyok lo yang jalan 5 tahun tapi nggak kunjung di karuniai anak, itu alasan gue lahir. Bokap lo yang down karna urusan kerja sama tuntutan punya anak, pergi ke bar dan nggak sengaja ketemu nyokap gue. Dua-duanya sama-sama mabok. Dan, bagian itu gue yakin lo udah paham tanpa gue harus cerita."

Atsumu menggigit bibirnya dalam-dalam. Ia tahu bahwasanya dirinya dan sang adik adalah karunia setelah 6 tahun pernikahan kedua orang tuanya.

"Waktu mereka udah sama-sama sadar, nyokap gue ngerasa kesucian dia direnggut paksa. Dia awalnya nggak minta pertanggung jawaban, tapi cuma jarak satu bulan setelah itu, di hamil. Dan bokap lo, ngelarang nyokap buat ngegugurin. Bokap lo bilang bakal mau tanggung jawab. Tapi, tepat waktu nyokap gue lahiran. Dia dapet kabar bokap lo ngadain pesta mewah atas kehamilan nyokap lo yang udah berjalan dua bulan."

SIMPANG || MIYA TWINS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang