4. Gara-gara Gara

9.8K 861 176
                                    

"Udah tau punya maag, tapi sering banget ngelupain makan. Kalau udah begini, siapa yang repot? Aku juga kan?"

Revano terdiam, tak menghiraukan ucapan Ellina. Mulutnya masih sibuk mengunyah bubur yang Ellina belikan.

Tadi, Revano memberi pesan kepada Ellina bahwa dirinya sedang berada di taman belakang. Dan sekarang, disini lah keduanya. Terduduk di taman belakang, tangan Ellina sesekali menyuapi Revano bubur. Walau sedari tadi, bibirnya tidak berhenti mengoceh. 

"Kamu beda banget sama kak Gara."

Kunyahan Revano memelan setelah mendengar ucapan Ellina. Gara lagi?

"Aku gak pernah tuh lihat kak Gara berulah. Gak kaya kamu, dikit-dikit berulah. Dikit-dikit membolos. Bisa gak sih sehari aja kamu gak bikin ulah?"

"Contoh kak Gara, Revano. Kalau kamu gak bisa jadi kak Gara, setidaknya kamu rubah diri kamu."

Revano menghela nafas, menatap Ellina lekat.

"Aku atau Gara sih yang sebenarnya pacar kamu? Kamu sama aja kaya mereka yang selalu ngebandingin aku sama Gara. Apa sih hebat nya Gara sampe-sampe semua orang bahkan kamu kelihatannya bangga banget sama dia. Dia ngasih apa ke kalian? Dia ngasih apa ke kamu? Kita jelas berbeda Ellina. Aku ya aku, Gara ya Gara."  ucap Revano bergetar. Dadanya naik turun, berusaha menahan emosi.

"A---"

"Aku capek Ell...gak di rumah, gak di sekolah, semua meng-agung agungkan Gara. Yaa, aku akui Gara pintar, Gara keren, Gara baik. Tapi, coba sekali...aja, stop bandingin aku sama Gara. Stop ngebanding-bandingin aku dengan Gara atau pun yang lain. Kesannya kayak, aku ini begitu bodoh gitu. Padahal kan kenyataannya aku gak bodoh banget-banget. Di bandingin itu gak enak tau Ell..." lirih Revano, di akhir ucapan.

"Re...bukan gua ngebandingin lo sama Gara. Gua cum---"

"Cuma apa? Aku gak mungkin bisa jadi Gara. Begitu pun sebaliknya, Gara gak bisa jadi aku. Kenapa sih Ell, setiap kita berdua selalu aja ada nama Gara yang keluar dari mulut kamu. Selalu aja Gara di sebut-sebut. Aku kapan? Gak pernah tuh aku denger kamu ngebanggain aku di depan teman-teman kamu. Beda sama Gara, yang setiap hari kalian bincangkan. Kamu sebenernya anggap aku apa?"

Revano sudah tidak tahan, tubuhnya juga sudah bergemetar, dadanya naik turun, matanya memanas.

"Revano gak usah kekanakan deh. Gua ngebanggain Kak Gara karena dia pantes buat gua bahkan kita semua banggain. Lihat diri lo, apa yang harus gua banggain Re? Lo urakkan, lo bandel, lo selalu berbuat semaunya. Itu yang bikin gua males ngomongin lo sama temen-temen gua."

Revano menghela nafas sekali, kepalanya tertunduk. Bibir bawahnya ia gigit kuat-kuat. Tangannya mengepal.

"Tapi apa pantas kalian ngebandingin aku sama Gara? Bukan kah semua orang berbeda-beda? Bukan kah semua orang punya persepsi nya masing-masing?" tanya Revano lirih.

"Ya, semua orang punya persepsi nya masing-masing. Tapi persepsi itu gak ada di diri kamu Revano. Kamu terlalu ke kanak-kanakan tau gak?"

Hening sekejap, hingga sebuah suara menginterupsi mereka.

"Revano, Lo di panggil kepala sekolah. "

Baik Revano maupun Ellina, keduanya sama-sama menoleh ke arah sumber suara. Disana, ada seorang lelaki yang berseragam sama seperti mereka. Lebih tepatnya, lelaki itu teman sekelas Revano.

Kening Revano sedikit mengernyit, ada apa kepala sekah memanggilnya? Bukan kah hari ini dia tidak melakukan apa-apa, kecuali---

"Cepat Re...kepala sekolah udah nunggu."

GaReNdra (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang