Bab 1

72 2 0
                                    

Happy Reading🦋
.
.
.

1. AWAL YANG BURUK

******

Seorang gadis cantik bertubuh mungil melangkahkan kakinya sambil menyeret sebuah koper besar. Gadis itu baru saja tiba di Bandara Soekarno Hatta setelah hampir seharian berada di dalam pesawat. Gadis dengan nama lengkap Keyzia Zoe Lexandra itu menatap sekeliling bandara seperti sedang mencari seseorang.

Sebuah senyuman terbit di bibirnya saat melihat seorang pria paruh baya yang baru saja turun dari mobil. Tanpa berpikir panjang gadis itu berlari menghampiri pria itu dan langsung memeluknya.

"Ayah!!" pekik gadis itu tanpa menghiraukan tatapan dari orang-orang sekitar.

"Welcome back, Zia, putri kecilnya Ayah." Pria itu menyambut pelukan dari anaknya dengan senang hati.

Setelah kurang lebih 2 tahun berpisah dengan ayahnya, akhirnya Zia dapat merasakan kembali pelukan yang sangat ia rindukan itu. Saat Zia masih berada di Amerika, ia hanya bisa melihat wajah ayahnya lewat video call. Ayahnya pun tak bisa meninggalkan pekerjaannya untuk mengunjungi Zia, karena Fahri—ayah Zia berprofesi sebagai dokter bedah di salah satu rumah sakit terbesar di Jakarta. Zia tak mempermasalahkan itu. Di sana ia tinggal bersama Oma dan Opahnya yang memiliki usaha di Amerika.

"Ayah, Zia kangen," rengek Zia. Wajahnya ia tenggelamkan di dada Fahri.

"Ayah juga kangen sama putri cantiknya Ayah ini."

Fahri melepaskan pelukannya dan menempelkan punggung tangannya di kening Zia. Dahinya mengkerut saat merasakan suhu tubuh putrinya itu yang sedikit hangat.

"Sayang, kamu sakit?" tanya Fahri.

Zia mengecek suhu tubuhnya sendiri lalu ia menggeleng. Gadis itu malah tersenyum lebar.

"Mungkin ini sakitnya karena kangen sama Ayah."

"Bisa aja kamu." Fahri tertawa. Pria itu mencubit pelan kedua pipi Zia. "Yaudah, yuk kita pulang, biar kamu istirahat di rumah."

Gadis itu mengangguk semangat. Ia sudah tak sabar untuk segera pulang dan merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya.

******

Zia berdiri di depan rumahnya sambil menatap lekat pintu rumahnya. Ada banyak kenangan yang menyakitkan di rumahnya itu. Tapi ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk mencoba berdamai dengan semua masa lalunya.

Fahri yang berada di samping Zia mengelus pundak putrinya itu. Ia tahu jika Zia masih teringat dengan kejadian beberapa tahun yang lalu. Sebenarnya Fahri juga merasakan hal yang sama seperti Zia. Tapi sebisa mungkin ia menyembunyikan kesedihannya itu. Fahri yakin jika menyuruh Zia untuk pulang ke Indonesia itu adalah keputusan yang benar.

"Ayah yakin kamu pasti bisa lewatin ini semua, kamu cuma butuh waktu. Ayah akan selalu ada buat kamu."

Zia tersenyum dan mengangguk.

"Ayo masuk."

Gadis itu mulai melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Sepi dan sunyi. Itulah yang Zia rasakan. Matanya menatap sekeliling ruangan yang sudah banyak perubahan. Rumah yang sama dengan suasana yang berbeda.

ASLANZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang