Anak kecil berkisar 5 tahun itu mempersempit jarak antara dirinya dengan sang papa, berusaha mencari kehangatan ditengah rasa dingin yang melanda tubuh mungilnya.
"Ssst jangan bergerak terus sayang, tidur yang nyenyak." Bisikan lembut yang dari sang papa dengan tangan yang nemepuk lembut punggungnya.
Sang papa bernama Na Jaemin berusia 28 tahun namun harus menjadi orang tua tunggal, "papa sungie haus." lirih Jisung namun suaranya masih terdengar oleh papanya, anak kecil itu bernama Lee Jisung berusia 5 tahun.
"Sebentar ya papa ambilkan." Jisung mengaguk menyetujui jika dia mau ditinggal ke dapur. Ruang gelap itu membuat dirinya takut namun dia sadar lebih baik menahan rasa takut daripada merepotkan sang papa untuk menggendongnya tengah malam.
"Ini minumnya" Jaemin memberitahu segelas air dan meletakan 1 botol di lantai tepat disebelah kasur yang memisahkan mereka dengan lantai kamar.
"Jisung kenpa gak bisa tidur?"
"Jisung kedinginan papa dan kangen ayah." lirih Jisung di akhir Kaliman seakan menyadari kata ayah begitu asing di diantara Mereka. Iya ayahnya pergi karena mengetahui sang papa sudah tidak bisa memberikan keturunan dan hanya bisa melahirkan bocah cacat seperti dirinya.
Jaemin tersenyum lembut, mengakat kepala sang anak yang tertunduk itu, "besok mau lihat ayah? kebetulan papa ada pesanan di sekitar kantor ayah."
"Papa tidak papa?" Jisung mentap ragu, dia khawatir karena keinginan kecilnya membuat papa nya bersedih.
"Haha papa akan selalu baik jika ada Jisung di samping papa."
"Terima kasih, dan maaf besok papa harus menambah beban papa karena membawa Jisung."
"Jisung bukan beban, Jisung itu penyemangat papa jadi jangan berbicara seperti ya," memberikan kecupan manis di pipi tirus anaknya, "sekarang Jisung tidur ya biar besok semangat melihat ayah." hanya melihat karena mereka sadar diri untuk tidak bertemu secara langsung dengan ayahnya, Mark Lee produser lagu sekaligus CEO dari Star entertainment yang sekarang sudah bahagia bersama anak dan istrinya.
--
Jaemin bangun 2 jam setelah percakapan nya dengan sang anak, jam menunjukkan angka 4 pagi dan dia harus bersiap untuk membuat kue basah untuk dikirim pada jam 8 untuk acara seminar. Kue basah Jaemin cukup terkenal dikalangan mahasiswa yang sering mengadakan event atau acara seminar selain enak harganya juga terjangkau.
Setelah membersihkan diri Jaemin mempersiapkan bahan bahan nya yang dia beli setelah kembali menjual jajanan kue basah itu di pasar, membuat satu persatu dengan sabar dan telaten sampai tidak sadar Jam sudah menunjukkan angka 7 dan semua kue yang dia sudah siap semua. Setelah menyusun di wadah jaemin pergi ke kamar dan mendapati anaknya sudah rapih dengan senyuman lebar di wajahnya, Jisung terlihat bersemangat sekali menggunakan baju terbaiknya yang dia punya, menyisir rambut semberi bernyanyi lagu anak anak. Satu yang sangat di syukuri Jaemin anaknya tidak memiliki mental lemah atau putus asa, dengan segala keterbatasannya dia sangat bersemangat melakukan apapun bahkan untuk mandi dan berganti baju dia bisa melakukan sendiri. Berjalan dengan tongkat yang Jaemin belikan dari hasil jualan kue basah itu sangat membantu pergerakan anaknya.
"Papa Jisung sudah tampan kan? Hehe pasti ayah akan terpesona melihat Jisung yang sudah besar dan tampan."
Jaemin tersenyum, "anak papa selalu tampan."
-
"Papa itu gedung besar milik ayah sudah terlihat!!" Ucap nya saat melewati depan gedung besar milik ayahnya.
"Iya, nanti kita tunggu didepan halte ya seperti biasa."
Jisung mengangguk senang, ayah terbiasa karena sedari dia bisa mengingat hal-hal kecil. Dia sering diajak papa melihat gedung besar yang akan mengeluarkan ayahnya. Membuat Jisung bisa melihatnya meskipun dari jauh.
Jaemin sudah menghantarakan pesanannya dan membelikan Jisung es krim dan cemilan agar tidak bosan.
"Papa itu ayah!" Jisung menepuk nepuk paha Jaemin dengan semangat, ayahnya datang dengan mobil yang terlihat sangat bagus bersama putri keci didalam gendonganya.
"Pa apa dulu Jisung pernah digendong seperti itu?"
"Pernah, tapi maaf ya kamu gak bisa merasakannya lebih lama."
"Tidak papa, yang penting pernah hehe, ayo papa pulang Jisung sudah tidak merindukan ayah."
Mereka pulang dan tidak pernah kembali ke halte depan gedung besar untuk melihat ayahnya, karena hari itu Jisung sadar ayahnya sudah memiliki hidup baru yang bahagia dan Jisung juga sudah bahagia bersama papa nya. Satu fakta yang membuat Jisung berhenti mengajak papanya untuk bertemu sang ayah 'jisung pernah merasakan gendongan sang ayah seperti adik kecil itu, walau jisung lupa rasanya.'
"Papa mulai sekarang kita tidak ketemu ayah."
"Kenapa?"
"Karena papa sudah lebih dari cukup hehe, sama Jisung terus ya pa"
"Pasti, Jisung juga sama papa terus ya?"
"Iya, karena Jisung cuma punya papa."
End
Jisung berhenti ngeliat ayahnya dari jauh karena ngerasa dia cukup senang pernah mengetahui fakta kalau dia pernah digendong ayahnya, karena yang membuat dia sering meminta bertemu ayahnya ya itu dia membayangkan kalau yang digendong ayahnya dengan senyuman lebar dan selalu dicium pipi nya adalah dirinya.
Btw thanks udah tetep baca cerita cerita botolcouple. Btw udah 500 followers kaget aku huhu. Rencana mau Adain GA gitu tapi gak jadi (karena beberapa faktor) aku buat cerita aja Semoga bisa menghibur kalian ya walau ceritanya gak jelas.