Dipersilahkan mengumpat di kolom komentar
------
Hari berlalu, seperti menghilangnya tiffany dua tahun lalu, menghilangnya tiffany benerapa bulan yang lalu pun tidak terlalu menyita pikiran nona kim yang kini jauh lebih ambisius dari sebelumnya.
Pikiranya sangat kuat jika itu menyangkut bisnis. Entah bagaimana irene mampu memberinya dorongan ekstra. Taeyeon juga heran. Tapi melihat irene selalu menyemangatinya dan mendukungnya agar lebih dekat dengan ayahnya, taeyeon merasa tidak sendiri.
Taeyeon sudah bercerita pada irene perihal syarat dari ayahnya yang menghendaki taeyeon dalam masa percobaan satu tahun. Irene terlihat oke oke saja. Dia akan berusaha bersabar.
Namun seperti pasangan lainya yang hanya hangat diawal, taeyeon pun merasakanya. Apalagi ia tahu perasaanya sejak awal memang benar benar dipaksakan.
Belum genap setengah tahun menjalani masa percobaan, taeyeon sudah sering berselisih dengan Baeby nya.
Irene terlalu sensitif. Dia akan menangis hanya karena taeyeon menyinggungnya sedikit soal sepatunya yang terlalu tinggi atau belahanya yang terlalu rendah. Apalagi ketika taeyeon cemburu saat Irene sedikit dekat dengan pria anak petinggi Bank.
Irene Benar benar seperti princess yang tidak pernah dikasari. Awalnya taeyeon selalu mengalah dan bersikap lunak lagi begitu irene mulai menangis kesal. Taeyeon tidak bisa melihat perempuan menangis. Itu kelemahanya. Tapi makin lama taeyeon makin kebal oleh sifat irene, jadi sesekali saat ia benar benar kesal, taeyeon tak perduli lagi.
Sudah dua minggu irene mengabaikanya, pesan chat nya tidak dibalas dan teleponya tidak diangkat. Gara gara taeyeon membahas kedekatanya dengan anak CEO Park, si Petinggi Bank.
Taeyeon mengalah mati matian, berusaha terus menanyakan kabar irene meski tidak dibalas.
"Ah.. menyebalkan.. kenapa pula aku membahas hal itu? Toh aku tak perduli, biar saja mereka dekat.. yang penting kan menikah.. haigu.. aku bodoh sekali.." rutuk taeyeon di sela meetingnya.
"Ehem.. kau masih memperhatikan?" Seseorang menyela lamunanya. Choi timjangnim yang melakukan presentasi menunggu responya.
"Ahh.. ne.. mian. Jadi tadi apa? Klaim hak paten mesin penyedot debu..? Bukanya itu yang LG punya hanya susunan arduino biasa? Apa juri tidak bisa melihat perbedaanya?? Cham.. menyebalkan sekali?"
"Ya.. tapi kita butuh bukti.. saya sedang membicarakan itu tadi.. tolong diperhatikan.."
Taeyeon menunduk ditegur bawahanya begitu. Yah. Mohon maap. Ia menekuni perusahaan ayahnya hanya karena dia anak tertua, jadi mau tidak mau harus aktif. Selebihnya ia sadar otak leletnya tidak tertarik jika menyangkut masalah teknis begitu.
"Ah ne ne.. lanjutkan.. aku menyimak.."
"Oke.. jadi, sebagai pembanding, aku sudah menemukan beberapa model yang sama persis, dengan teknologi yang sama. Satu milik perusahaan jepang Midea, tapi mereka tidak mau ikut campur. Pada dasarnya mereka pesaing kita juga. Jadi membiarkan kita berperang adalah keuntungan baginya.. "
