Bab 3

14.7K 49 1
                                    


Terasa paha Mbak Ayu mulai
mengejang-ngejang. Sementara
rintihan-rintihannya mulai terdengar meski
seperti ditahan, mungkin agar jangan terlalu
keras.
"Saaaam... o00oh... ini lebih enak lagi Saaamn
.... iyaaaa. jilatin terus daging kecilnya Saaam...
dudududuuuuh... enak sekali Saaam..."
Mbak Ayu merintih terus sambil
berkelojotan. Kedua tangannya terkadang
meremas-remas kain seprai, terkadang
mencengkram sepasang bahu ku dan terkadang
juga meremas-remas rambut ku sampai kusut
masai.
Makin lama, raungan histeris Mbak Ayu
makin tidak terkendalikan lagi. Seandainya Papa,
Mama dan saudara-saudara ku sedang berada di
rumah, pastilah akan heboh mendengar suara
rintihan Mbak Ayu yang makin lama makin keras
"Iyaaaa Saaaam... ini enak sekali Saaam....
jilatin terus daging kecilnya Saaaam... iyaaaaaa....
iyaaaa.... oo000oh Saaaam... ini luar biasa
enaknya Saaam...
Mbak Ayu semakin histeris, sementara aku
pun semakin sulit mengendalikan diri. Karena
membayangkan betapa nikmatnya kalau rudal
ku dimasukkan ke dalam kemaluan kakak tiri ku
yang sudah basah sekali ini.
Namun aku tetap mati-matian
mempertahankan nafsuku sendiri. Jangan
sampai melakukan sesuatu yang kusesali di
kemudian hari.
Setelah belasan menit aku menjilati
kemaluan kakak tiri ku, akhirnya dia
berkelojotan dengan napas tak beraturan. Lalu ia
mengejang sambil menahan napasnya...
perutnya pun terangkat dan terdengar
rintihannya.
"Oooooh... Saaam... ini... ini seperti ada yang
mau keluar.... oo0oh... Saaaaaaam...."
Aku pun merasakan sesuatu yang lain.
Kemaluan Mbak Ayu terasa berkedut-kedut.
Mungkin ia sedang menikmati orgasmenya.
Dugaanku tidak meleset. Sesaat kemudian
Mbak Ayu mendorong kepala ku sambil berkata.
"Jauhkan dulu mulutmu dari kue apem ku
Sam... o00oh...."
Aku ikuti permintaannya itu. Kujauhkan
mulut ku dari kemaluan kakak tiri ku. Lalu
duduk bersila di samping tubuh telanjang yang
sangat menggiurkan itu.
Mbak Ayu yang masih terlentang itu
menatap ku dengan senyumnya yang tampak
begitu manis di mata ku.
"Mbak sudah orgasme ya?" ucap ku sambil
mengelus-elus perut Mbak Ayu yang terasa
lembab oleh keringat.
Mbak Ayu bangkit, duduk di samping ku
sambil menyahut.
"Kayaknya sih iya.. barusan terasa seperti
melayang-layang... lalu ada sesuatu yang
mengalir di dalam kemaluan ku. Nikmat sekali..
terima kasih Sam... "
Ucapan Mbak Ayu itu dilanjutkan dengan
kecupan hangatnya di bibir ku. Dalam suasana
batin yang sudah berubah.
Ya, dalam keadaan seperti ini aku
memandang Mbak Ayu tak sekadar kakak tiri
yang harus aku angap seperti kakak kandung ku
belaka. Aku pun memandang Mbak Ayu sebagai
cewek yang menggiurkan, karena tubuh tinggi
montoknya begitu mulus dan hangat. Wajahnya
pun cantik, sehingga bodohlah aku ini kalau
melepaskan kesempatan ini begitu saja.
Karena itu, ketika Mbak Ayu mengecup bibir
ku, langsung kusambut dengan lumatan hangat,
sambil mendekap pinggangnya yang masih
telanjang bulat. Dan Mbak Ayu pun terasa
menyambut lumatan ku. Lengannya melingkar
di leher ku, lalu balas melumat bibir ku, tak
ubahnya membalas lumatan kekasih tercintanya.
Setelah ciuman kami terlepas, Mbak Ayu
menatap ku sambil menyelinapkan tangannya ke
balik celana dalam ku."Samn... kamu sudah
memuasi diri ku.. tapi Sam sendiri belum
mendapatkan apa-apa ya?"
"Nggak apa-apa Mbak. Yang penting Mbak
sudah puas. Kalau aku sih gampang... dikocok
juga nanti ngecrot," sahut ku.
"Kuemut aja ya. Mau?"
"Kalau Mbaknya mau sih silakan aja."
"Mau," Mbak Ayu mengangguk sanmbil
tersenyum,"hitung-hitung belajar aja. Tapi putar
dulu bokep yang ada adegan ngemut batang
rudal."
Dengan mudah kuputar bokep yang sesuai
dengan permintaan Mbak Ayu. Bokep yang
menonjolkan felatio ngemut batang rudal.
Kebetulan ada bokep yang dimintanya itu.
Adegan di bokep itu awalnya gantian saling
oral, kemudian berlanjut ke adegan posisi 69.
"Nah itu adegan enam sembilan Mbak,"
kataku setelah layar laptop ku menayangkan
adegan 69. ceweknya di atas cowoknya di bawah
dalam posisi sungsang.
"Heee... boleh juga tuh... kita ikutin posisi
itu ya," ajak kakak tiri ku sambil mengguncang
pergelangan tangan ku.
Aku pun menyetujui ajakan Mbak Ayu. Lalu
melepaskan celana dalam ku sambil
menelentang di dekat laptop ku. Sengaja
kuambil posisi sedemikian rupa, agar Mbak Ayu
tetap bisa memandang ke arah layar laptop ku
pada waktunya nanti.
Setelah aku menelentang dengan batang
rudal yang sudah sangat tegang ini, Mbak Ayu
menelungkup di atasku dalam posisi terbalik.
Wajahnya berada di atas rudal ku, sementara
kemaluannya berada di atas wajah ku.
Lagi-lagi aku menyaksikan suatu
pemandangan yang sangat indah dan
menggiurkan. Menyaksikan sebentuk kemaluan
yang tembem dan agak menganga, karena sudah
mencapai orgasnmenya tadi. Dan kini aku akan
menjilatinya kembali, sementara Mbak Ayu akan
mengoral rudal ku.
Ya... ia mulai menjilati leher dan puncak
rudal ku, seperti yang sedang ditayangkan di
layar laptop ku. Lalu ia mengulum rudal ku yang
sedang dipegangnya, lalu air liurnya terasa
mengalir ke badan rudal ku.
Aku tidak memberi pengarahan tentang
bagaimana cara mengoral batang rudal yang baik.
Biarlah dia mengerti sendiri dengan mengikuti
adegan-adegan di layar laptop ku. Lagian aku
sendiri mulai sibuk menjilati kemaluannya yang
sudah bertempelan dengan mulut ku.
Jujur, aku sendiri baru pertama ini
merasakan dioral oleh perempuan. Karena itu
ketika Mbak Ayu makin agresif menyelomoti dan
mengurut-urut rudal ku, melayang-layang juga
batin ku dibuatnya. Dalam nikmat yang sulit
dilukiskan dengan kata-kata.
Ketika aku sedang asyik menjilati kemaluan
Mbak Ayu, terkadang aku sendiri
mengejang-ngejang karena permainan oral kakak tiri ku itu menyentuh bagian sensitif di rudal ku, yang membuat ku harus menahan napas saking enaknya.
Mbak Ayu juga sama. Ketika sedang asyik
menyelomoti dan mengurut-urut rudal ku,
terkadang ia pun mengejang-ngejang, terutama
pada waktu aku menjilati daging kecilnya.
Begitulah yang terjadi. Kami saling mengoral,
tapi terkadang diam dan mengejang, karena
merasakan nikmatnya dioral.
Lebih dari setengah jam kami melakukannya, sampai akhinya rudal ku berejakulasi, sementara Mbak Ayu sudah duluan mencapai orgasme lagi untuk yang kedua kalinya.
"Aduuuuh.... luar biasaaa... " ucap Mbak Ayu
sambil menelentang di samping ku.
"Apanya yang luar biasa Mbak?"
"Luar biasa enaknya... " sahut Mbak Ayu
sambil memiringkan tubuhnya ke arah ku. Dan
mengelus dada ku yang masih keringatan,"Kalau
batang rudalmu dimasukkan ke dalam kue apem
ku, mungkin lebih enak lagi, ya Sam."
"Jangan mikir ke sana Mbak. Kita cari yang
aman-aman aja. Kalau benar-benar bersetubuh
kan ada resikonya. Pertama, virginitas Mbak
hilang. Kedua, Mbak bisa hamil."
"Aku rela kalau kamu yang ambil perawanku
," kata Mbak Ayu sambil memegangi rudal ku
yang sudah lemas.
"Soal hamil kan bisa dicegah. Besok aku beli
pil kontrasepsi ya."
"Besok kan Minggu Mbak. Apotek tutup
semua."
"Oh iya ya. Senin aja beli pil kontrasepsinya."
"Senin pagi Papa, Mama, Fardan dan Mbak
Nita udah pada pulang."
"Iya ya.. " Mbak Ayu tampak seperti sedang
berpikir.
"Santai aja Mbak... jangan terburu nafsu.
Apa pun yang Mbak inginkan, akan ku lakukan.
Tapi jangan terburu-buru gitu. Kita cari dulu
waktunya yang ngepas.
"Janji ya.. kamu bakal mau menyetubuhiku
nanti...
"Iya, iya... asalkan Mbak bisa
merahasiakannya dan jangan menyesal di
kemudian hari."
Mbak Ayu tersenyum manis. Mengecup pipi
ku, lalu berbisik, "Aku akan merahasiakannya.
Dan takkan menyesal di kemudian hari."
Dan malam semakin larut.

Gairah Nakal Anak TiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang