Bab 4

12.6K 35 0
                                    


Senin pagi Mama, Mbak Ita dan Fardan
pada pulang dari Semarang. Tapi Papa tak
pulang bersama mereka. Kata Mama, Papa masih akan berada di Semarang, karena ada urusan keluarga besar yang harus diurusnya.
Sorenya, baru saja aku pulang kuliah, Mama
minta diantarkan ke mall. Banyak yang mau
dibeli, katanya.
Memang Mama sering mengandalkanku
nyetirin mobilnya, meski dia bisa nyetir sendiri.
Bahkan Papa juga terkadang suka minta disetirin
oleh ku.
"Kalau gitu aku mau mandi dulu, ya Mam,"
kataku minta izin kepada ibu tiri ku.
"Iya mandi dulu deh. Makan malam sih nanti aja di mall, sambil temenin mama makan."
"Siap Mam," sahut ku, lalu bergegas masuk
ke dalam kamar ku. Dan masuk ke dalam kamar
mandi pribadiku.
Setelah mandi, kukenakan celana jeans dan
baju kaus berwarna biru tua. Lalu mengambil
kunci mobil Mama yang tergantung di atas
lemari kecil ruang keluarga.
Mesin mobil Mama kupanaskan beberapa
menit, kemudian kukeluarkan dari garasi. Mama
pun muncul di teras depan dan melangkah ke
pintu mobil sebelah kiri depan.
Sesaat kemudian aku sudah meluncurkan
mobil Mama di jalan aspal.
Lalu terdengar suara Mama di samping kiri
ku.
"Sam... di mall itu kan ada hotel. Pintu
liftnya juga ada di dekat tempat parkir kan?"
"Iya. Emangnya kenapa Mam?" aku balik
bertanya.
"Nanti pada waktu mama belanja, kamu cek
in aja di hotel itu. Ada suatu hal penting yang
ingin mama sampaikan. Tapi mama ingin
menyampaikannya dalam keadaan tenang,
jangan sampai ada orang ikut dengar."
Meski heran kuiyakan saja perintah ibu tiri
ku itu. Lalu Mama memberikan sejumlah uang
untuk membooking kamar hotel itu.
Setibanya di parkiran mall langganan Mama
itu, kami berpisah. Mama masuk ke mall,
sementara aku melangkah ke pintu lift yang
menuju hotel itu. Untuk mela ksanakan tugas
dari Mama.
Setelah mendapatkan kamar yang
diinginkan, aku pun menghubungi Mama lewat
hape ku. Untuk melaporkan nomor kamar yang
sudah dibooking atas nama ku.
"Ilya. Dalam seperempat jam juga mama
udah selesai belanjanya dan langsung ke situ,"
sahut Mama di speaker hape ku.
Aku pun rebahan di bed, sambil menunggu
Mama datang. Sementara pintu kamar hotelnya
sengaja tidak dikunci, supaya Mama bisa
langsung masuk nanti.
Sebenarnya akKu penasaran juga. Vasalan
apa sebenarnya yang ingin Mama sampaikan
nanti? Sedemikian penting dan rahasiakah
sehingga harus menyewa kamar hotel segala?
Ah.. mudah-mudahan saja Mama bukan
mau menanyakan masalah Mbak Ayu. Kalau hal
itu yang ditanyakannya, pasti aku akan sulit
menjawabnya.
Tak lama kemudian Mama masuk, sambil
menjinjing kantong plastik besar.
"Kok cepat sekali belanjanya Mam?" tanya
ku sambil memperhatikan Mama yang saat itu
mengenakan celana corduroy biru tua dan blouse putih ditutup sweater biru tua juga.
"Kan sudah dipesan sejak seminggu yang
lalu. Keburu berangkat ke Semarang,
pesanannya baru bisa diambil sekarang. Nih ada
t-shirt buat kamu juga," kata Mama sambil
menyerahkan t-shirt import yang merknya paling
kusukai.
"Hehehee... terima kasih Mam," sambutku
sambil merentangkan t-shirt itu, Mama sendiri
beli apa aja tuh?"
"Pakaian dalam semua," sahut Mama sambil
mengeluarkan isi kantong plastik besar itu.
Isinya memang beberapa buah beha dan
beberapa celana dalam wanita.
Dan... di depan mata ku, Mama melepaskan
celana corduroy, sweater dan blouse putihnya.
Degdegan juga aku melihatnya.
Terlebih setelah Mama melepaskan behanya,
mungkin karena mau mencoba beha barunya.
Tapi tidak... Mama malah bertolak pinggang di
depanku, dalam keadaan cuma bercelana dalam.
Memamerkan sepasang buah dadanya yang
tampak masih bagus, mungkin karena pandai
merawatnya.
"Tetek mama masih bagus kan?!" cetus
Mama sambil mengangkat kedua buah dadanya.
"Ma... masih.. ba.. bagus sekali Mam," sahut
ku tergagap. Karena sesungguhnyalah sepasang
buah dada ibu tiri ku itu... merangsang sekali.
Mama tersenyum ceria. Lalu menarik
tangan kanan ku dan menempelkan telapaknya
di buah dada kiri Mama, "Peganglah... remas juga
boleh... biar kamu tahu kalau buah dada mama
masih kencang...
"Iii... iya Mam... sahut ku tersendat lagi.
Sambil memegang buah dada yang agak montok
itu tapi tidak segede buah dada Mbak Ayu.
"Remaslah... jangan takut-takut," kata
Mama sambil menatap ku dengan bola mata
bergoyang perlahan.
Aku pun meremasnya seperti yang diminta
oleh Mama. Wow... ternyata buah dada Mama
lebih kencang daripada buah dada anaknya (
Mbak Ayu). Tapi tentu saja aku tak berani
mengatakan masalah Mbak Ayu. Karena masalah
itu sudah menjadi rahasiaku juga.
"Seperti buah dada gadis remaja," ucap ku,"
Diapain Mam? Apakah diisi silicone?"
"Iih, nggak. Mama sih cuma rajin minum
jamunya aja. Mmm... kamu seneng sama buah
dada mama?"
"Se...seneng Mam. Tapi campur takut... "
Takut apa?"
"Takut ketahuan Papa."
"Kan sekarang kita hanya berduaan di sini.
Papa seminggu lagi baru pulang dari Semarang.
Santai aja... apa pun yang terjadi di sini, jadikan
rahasia kita berdua aja," kata Mama sambil
memeluk ku, sehingga aku semakin degdegan
karena sepasang buah dadanya itu bertempelan
ketat dengan dada ku.
"Sekarang jawab sejujurnya, mama ini
menarik gak bagimu?" tanya Mama sambil
merapatkan pipinya ke pipi ku.
"Mama cantik dan sangat menarik," sahut
ku jujur, seperti yang dimintanya.
"Kamu juga makin gede makin ganteng Sam
," bisik Mama dengan tangan merayap ke celana
jeansku... dan menurunkan ritsletingnya...
membuat ku semakin berdebar-debar, dengan
napas semakin tak beraturan. Terlebih lagi
setelah tangan Mama menyelinap ke balik celana
dalam ku.. lalu terasa menggenggam batang
kemaluan ku yang memang sudah ngaceng berat
ini...!
"Wow... punyamu sudah keras gini Sam... "
Mama mendorongku sampai terhempas ke atas
kasur... sementara tangannya masih memegang
batang kemaluan ku yang semakin tegang ini.
"Mama... oooh... aku... aku...."
"Stttt... jangan heboh... makanya kamu
diajak ke hotel ini, mama sedang membutuhkan
sentuhan laki-laki... itulah hal penting yang
mama maksudkan tadi di mobil, " Mama
berjongkok di depanku sambil menurunkan
celana jeans dan celana dalam ku, sampai
terlepas dari kaki ku.
Aku mulai mengerti apa yang Mama
inginkan. Bayang-bayang wajah Papa pun mulai
menjauh dari pelupuk mata batin ku.
Memang aku sendiri bingung pada awalnya.
Karena aku teringat janjiku pada Mbak Ayu.
Bahwa aku akan benar-benar menyetubuhinya
setelah ia mendapatkan pil anti hamil. Namun
sebelum janji itu dilaksanakan, Mama sudah
mendahuluinya. Adakah orang lain yang
mengalami kisah seperti ini?
Entahlah. Yang jelas Mama memasukkan
batang kemaluan ku ke dalam mulutnya, o00,
lupalah aku pada segalanya. Terlebih lagi setelah
Mama melepaskan celana dalamnya, lalu
melanjutkan aksinya, mengoral batang kemaluan
ku dengan lincahnya.
Aku cuma terlentang pasrah. Membiarkan
Mama berbuat sekehendak hatinya. Dan jelas...
permainan lidah dan bibir Mama ini... luar biasa
enaknya... !
Pada suatu saat, Mama berjongkok sambil
memegang rudal ku yang diarahkan ke celah kue apemnya.

Gairah Nakal Anak TiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang