V

279 42 7
                                    






























  Alana duduk menekuk lututnya di bawah pohon besar belakang sekolah. Ia tak peduli rok putihnya yang kotor karena menduduki tanah tanpa alas.

   Hatinya amat sakit.

   Tau akan seperti ini, lebih baik ia sendirian dari awal.

•°•°•°


   Setelah bel istirahat berbunyi, Alana mencoba berbicara pada Jihan. Ia berpikir jika saat ini pikiran Jihan lebih tenang dari sebelumnya, namun nyatanya tidak.

   Meskipun Jihan tak menjauhinya ketika Alana mendekat, tetapi Jihan menyakitinya dengan kata-kata kasar yang terlontar dari mulut.

   "Lo itu goblok atau tolol ha? Gue nggak mau temenan lagi sama anak dari napi. Pergi sana!" Walau tak keras, seisi kelas dapat mendengar ucapan Jihan dengan jelas.

   "Jihan ini bukan Lo yang biasanya."

   "Bener! ini emang bukan Gue yang biasanya, jadi Gue mohon jangan bicara lagi sama Gue. Karena Gue nggak sudi temenan sama anak yang bokapnya pernah ngelakuin kriminal." Jihan hampir beranjak dari duduknya namun lengannya di tahan oleh Alana, ia masih berharap.

   "Percaya sama Gue Ji, bukan Gue yang ngelakuin itu."

   "Kepercayaan Gue ke Lo udah habis Al." Jihan menarik lengan yang di tahan oleh Alana dengan paksa.

   Alana tak menyerah, ia tetap mencoba meraih lengan Jihan yang hendak pergi keluar kelas meninggalkannya.

   "Stop Al! Lo mau di maki apa biar ngejauh dari Gue? anak piatu? idiot? anak sial?"

•°•°•°

   Alana menahan isak tangisnya agar tak terdengar oleh siapa pun. Meskipun di belakang sekolah, tak mustahil jika ada murid yang berkeliaran sekitar sini karena ini masih area sekolah.

   Tak ada yang Alana lakukan selain menangis sambil menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangan.

   Ia berharap bisa menahan semua ini hingga lulus sekolah. Dan setelah itu ia akan mencari beasiswa luar negeri, juga membawa Yewon bersamanya.

   Tapi apakah mungkin? Apakah Alana bisa?

   Alana teringat akan nilainya yang biasa-biasa saja, lalu mengacak rambutnya frustasi.

   Tangis Alana pecah, ia sangat lelah, hanya ini yang bisa membantu mengurangi rasa lelahnya itu. "Sial amat h-hidup Gue." Ucap Alana di tengah tangisnya.

   "Apa p-papa nggak mikir nasib a-anaknya sebelum ngelakuin itu." Guman Alana yang masih sesenggukan.

   Dari balik pohon yang di tempati Alana tiba-tiba muncul seseorang. Dengan rokok yang masih menyala di antara sela jari telunjuk dan tengah, pemuda itu menghela napas kasar. "Gua kira beneran ada mbak kunti nangis, eh taunya Lo."

   Alana terperanjat dengan kemunculan sosok pemuda berbahu lebar yang ia yakini sebagai salah satu pecandu gulungan tembakau.

   "Bikin takut aja." Ucap siswa tersebut seraya merogoh saku celananya mencari sesuatu. "Dari pada nangis terus mending cobain ini." Pemuda itu melempar satu benda putih pada Alana yang masih terdiam. Benda itu persis seperti apa yang pemuda hisap tadi.

   Tanpa berlama-lama lagi, pemuda itu berjalan menjauh dari Alana, meninggalkan gadis yang masih tercengang dengan sebatang rokok pemberiannya.

   Apa pemuda tadi baru saja memprovokasi Alana untuk merokok?

   Di sela-sela langkah pemuda itu, Alana melihat ia membuang rokoknya ke tanah lalu menginjaknya membuat api di ujung batangnya padam.

   'Park Jeongwoo' Alana sempat membaca name tag pemuda tadi.













°

°

°

Cakrabuana || Park Jeongwoo [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang