🦋4🦋

66 9 2
                                    

Matematika.

Pelajaran yang menjadi standar ukur kepintaran manusia. Padahal manusia memiliki bidang sendiri dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Tidak dapat disamakan.

Tiga puluh menit sudah berlalu sejak pak Namjoon memberikan kuis matematika dadakan. Menciptakan kericuhan sementara dalam kelas. Protes demi protes dilayangkan. Namun sayang, semua tergagalkan.

Berbeda dengan Soobin dan Yeonjun yang fokus akan kuis masing-masing, ah tidak, maksudnya hanya Soobin yang fokus ke kuis. Yeonjun fokus menyalin punya Soobin.

Satu orang diantara murid-murid itu menghabiskan waktunya untuk melamun. Menatap tenang ke arah luar jendela.

Mengabaikan kuis yang sudah terisi penuh di atas meja.

Taehyun sudah memutuskannya. Dia harus memikirkan tindakan untuk Beomgyu. Taehyun tidak harus selamanya diganggu Beomgyu.

Bentakan di kantin tadi sekiranya menandakan awal dari rencana si tampan. Merasa jika ia tidak boleh hanya berdiam diri menanggapi Beomgyu.

"Waktu selesai, silahkan dikumpulkan ke Yeonjun."

"Lah, kok saya pak?"

Yang punya nama protes. Menatap pak Namjoon dengan wajah suntuknya. Dia belum selesai soalnya.

"Kan ada Chaewon pak. Apalah guna dia jadi ketua kelas." Lanjut Yeonjun lagi sembari menunjuk gadis berambut pendek yang tengah menyimpan alat tulisnya.

"Bapak bilang kamu ya kamu."

"Tapi saya belum selesai,pak."

"Justru karena itu saya suruh kamu. Bisa-bisa semua jawaban Soobin kamu salin."

Sekelas tertawa. Dengan mulut komat kamit Yeonjun menuruti perintah gurunya. Bangkit sembari mengambil kertas murid di atas meja.

"Untung sepupu." Gumamnya sembari mengambil kertas kuis milik Taehyun.

Mendengar itu Taehyun tersenyum tipis. Diikuti Soobin yang kembali tertawa.

"Lain kali belajar."

Setelah dipastikan semua sudah terkumpul, Yeonjun berjalan menuju pak Namjoon.

"Kalau nilai kamu jelek, saya aduin papamu loh Njun."

Wajah Yeonjun semakin masam. Dia menatap Namjoon tanpa menyembunyikan kekesalannya.

"Loh pak, jangan main adu dong. Bapak suka ngasih kuis dadakan gini juga bakal saya aduin ke papa loh, pak."

Kali ini Namjoon yang berwajah masam, tidak mau kalah.

"Loh Njun, jangan main adu dong. Kamu yang suka ngebantah dan nyontek gini juga bakal saya aduin ke papamu loh, Njun."

"Loh pak, jangan main adu dong. Bapak yang suka ngancam-ngancam saya begini juga bakal saya aduin ke papa saya loh, pak."

"Loh Njun, jangan main adu dong. Kamu yang ........"

Baiklah kita abaikan saja mereka berdua. Tidak akan berhenti dan tidak akan ada yang mau mengalah.

Sekelas menghela napas. Sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini. Dari kelas 10 juga sudah begini. Namjoon dan Yeonjun akan terus berdebat.

Padahal satu kakek.

"Pak, kami pulang duluan." Pamit Chaewon dengan nada lelahnya.
Diikuti murid lainnya meninggalkan kelas.

Meninggalkan Yeonjun yang tengah berdebat dengan Namjoon, pria yang memutuskan jadi guru matematika karena gabut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You are the Reason 🦋TaeGyu🦋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang