Chapter 5: Penasaran

10 1 0
                                    

Jam digital dipergelangan tangan kiri Ara sudah menunjukkan pukul 12.48. Turnamen persahabatan sudah selesai 8 menit yang lalu.

Ara mengusap keringat yang muncul didahinya. Ia menghela nafas pelan sebelum dikagetkan oleh Ayya yang sudah merangkulnya.

"Cia sama Dara mana?" tanya Ara melihat kedua sahabatnya yang lain tidak nampak.

"Dia udah duluan nyari meja dikantin Starla, katanya sih sambil nyari cogan Starla" sahut Ayya yang membuat Ara hanya mengangguk.

"Laper ga Ra?" tanya Ayya yang membuat Ara mengangguk.

"Tapi gue pulang aja, ga bawa duit gue" jujur Ara yang membuat Ayya memutar bola matanya jengah.

"Plis deh Ra, lo kek sama siapa aja tau ga" kini Ayya mengomel membuat Ara tersenyum melihat perhatian sahabatnya "Udahlah ayo! Uang lo tabungin aja buat beli keperluan lain" sambungnya lalu menarik Ara menuju ke kantin.

Ayya sebenernya tak tega dengan gadis itu, sebenarnya ia gadis yang dibilang mampu. Ayahnya saja punya bengkel besar, ibunya punya bakery yang banyak langganan dan punya nama dimasyarakat. Hanya saja hubungan mereka tidak baik sehingga gadis itu harus bekerja paruh waktu, atau lebih ekstrim ikut balap liar demi uang.

Ayya sangat menyayangkan, padahal Ara gadis yang lumayan humble, dan cerdas. Hanya saja selalu bermasalah.

Sesampainya dikantin, Ara dan Ayya langsung disambut Dara dan Cia yang sudah menunggu dengan 4 piring batagor mix somay. Juga dengan 4 gelas es teh.

Ara menatap sekeliling, ternyata kantinya besar juga, pikirnya. Ia lalu bergabung dengan ketiga temannya untuk mulai menikmati makan siangnya.

"Ara lo berangkat sama anak kampus Starla?" pertanyaan itu keluar dari Cia. Ara menatapnya juga sahabatnya yang lain. Kini semua menatapnya.

"Iya ga sengaja itu" sahut Ara sekenanya lalu kembali menyuapkan siomay kedalam mulutnya.

"Ihh.... Ara!" protes Cia tak terima "Gue denger itu most wanted Starla tau!"

Ara terdiam sejenak ia lalu mengedikkan bahunya tidak peduli. Itu bukan hal yang penting yang harus ia besar besarkan seperti Cia.

"Lo ga ada affair kan Ra?" kini Dara angkat bicara membuat Ara menatapnya dengan senyum tak berdosa.

"Ada!" sahut Ara yang membuat ketiga sahabatnya penasaran akut "Dianter bareng karena balas budi" sambungnya dengan wajah tenang.

"Wait Ra, dia balas budi ama lo terus nganter lo kesini gitu?" tanya Ayya mencoba membuat semua jelas.

"Iya, gue nolongin dia yang jatuh dari motor malem malem," Ara menjeda sejenak kalimatnya, ia menyesap es tehnya "ahhh enak,"ujarnya setelah menyesap es teh itu, lalu ia kembali menatap temannya yang masih menunggu jawaban "terus paginya dia nawarin gue tumpangan, udah." jelas Ara membuat Ayya mengangguk.

Dara mulai paham, ia pun kembali menikmati makanannya. Tapi tidak dengan Cia. Gadis itu masih tak puas.

"Araku sayanggggg, ini tuh Atharrazka Baskara Ara, Atharrazka Baskara!!" ujar Cia jauh dari kata santai.

Ara menatap Cia tak habis fikir "Ya terus kenapa Gracia Evelyn Christy, bodo amat mau dia siapa gue mah"

Cia menggerutu kesal dengan jawaban Ara, gadis itu selalu saja masa bodoh. Ia heran melihatnya.

"Nanti bazar terus malam ada acara pensi kan?" tanya Dara setelah beberapa saat hening.

"As you know darl" ujar Ayya membenarkan.

Cia menjentikkan jarinya membuat atensi ketiga gadis itu kini menatap gadis keturunan indo-cina yang sedang antusias akan sesuatu.

"Nah, kenapa lagi dah ni anak" sahut Ayya tak habis fikir.

Humaira BaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang