Bab 5. Mereka Yang Mulanya Diabaikan

7 2 0
                                    

"Papa bilang, dia tidaklah jahat. Dia akan melindungi Ia. Tapi, kenapa kehadirannya dengan Ia membuat Papa dan Mama justru sering bertengkar?"
— Yulia Bunaraja

—| 5 |—

Kelas hening kala menangkap pernyataan yang diutarakan Yulia. Dan menyadari perubahan atmosfer itu, Yulia terlihat semakin gugup. Pandangannya masih tertuju ke bawah. Namun kini, ia bisa merasakan keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya hingga membuat suhu tubuhnya turun.

"Benar," Suara Hadi terdengar tiba-tiba tak lama setelahnya, "yang membuat mereka—para mahkluk halus—bisa berada di dunia kita itu karena para manusia sendiri yang memanggilnya kemari."

Seolah didukung oleh sang guru, Yulia tanpa sadar kembali mengangkat kepalanya. Terkejut menatap pria yang berdiri di depan kelas.

"Kalau begitu pertanyaannya akan Bapak lanjutkan," Hadi kembali berujar, "darimana kamu bisa menyimpulkan hal itu Yulia? Maksud Bapak, dasar apa yang membuat kamu mendapatkan teori tersebut?"

Manik mata Yulia nampak membulat. Dan secara spontan, matanya mengedar ke sekitar seolah dia sadar dirinya kembali menjadi pusat perhatian.

"S-saya ...," Yulia menunduk. Takut untuk mengutarakannya. Selain itu, ia juga tak mengira jika Hadi akan membuat pertanyaan baru dari pernyataannya tadi.

Jika tahu begitu, lebih baik ia diam saja.

"Ya?" Hadi menyahut. Dengan sabar menunggu Yulia melanjutkan kalimatnya.

"Saya ... m-melihatnya. Y-yang Bapak miliki ...," sambung Yulia akhirnya.

Kini, ganti Hadi yang terlihat terkejut akan ucapan salah satu siswinya. 

'Melihat?' batin Hadi heran, 'tunggu. Apakah dia salah satu murid--

Melupakan sejenak pembahasan yang ia pertanyakan, Hadi segera meraih buku absennya dan melihat data khusus seluruh murid kelas Sadewa. Hingga akhirnya, ia berhenti pada biodata milik Yulia.

"Oh," Hadi ber-oh lirih tanpa sadar. Sebelum akhirnya ia kembali menatap Yulia. "Begitu ya, jadi kamu melihatnya?"

"Eh? I-iya, Pak," Yulia mengangguk lalu menunduk. Menghindari tatapan yang berasal dari tempat lain.

"Apa yang kamu lihat?" Hadi bertanya.

Yulia terdiam. Kedua tangannya mengepal di atas masing-masing pahanya. Hingga akhirnya, dengan segenap keberaniannya, ia melirik ke atas. Memandang ke sisi kanan Hadi, dan dengan cepat juga ia mengembalikan tatapan matanya ke bawah.

"B-burung ... kepala ...," ungkap Yulia kemudian, " ... manusia ...,"

Hening terbangun kemudian. Yang tentunya, amosfer itu spontan membuat Yulia merasa tak nyaman. Bisa saja teman-temannya mengira ia asal berucap saja.

"Hahaha,"

Tapi, ketika tawa lembut Hadi terdengar memecah keheningan, Yulia mendongak tanpa sadar. Yang mana kala itu juga, gadis tersebut dapat melihat senyum iba milik Hadi yang jelas ditujukan kepadanya.

"Rupanya kamu memang salah satu dari yang dikutuk ya," Hadi berkomentar. Yang tentu saja, komentar itu menciptakan tanda tanya besar di benak Yulia,

GardaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang