Bagian 15

428 9 0
                                    

Setelah beberapa jam menahan diri dalam remang-remang cahaya lilin yang minim penerangan, tubuh ringkih itu tak mampu lagi menopang tubuhnya, rasa lelah dan kantuk yang datang bersamaan membuatnya pun terlelap

beruntung bunker bawah tanah istana itu tak dapat ditemukan rakyat Ganrani, begitu pencarian itu dilakukan ber jam-jam akhirnya mereka pun menyerah memutuskan kembali kerumah masing-masing karna yang ingin dibakar hidup-hidup wujudnya hilang begitu saja, spekulasi pun mulai bermunculan ada yang mengatakan Jahanara kabur ke belakang istana menerobos hutan, ada juga yang mengatakan Jahanara diselamatkan jin yang bersekutu dengan nya, dan ada juga yang mengatakan dia lari ke goa-goa untuk bersemedi, saat semua nya sudah mereda, dan semua rakyat nya sudah pergi dari sana, Kirana dan Gandhi pun membawa tubuh Jahanara kembali ke kamarnya, saat ini raga itu tak sadarkan diri dengan nafas teratur

***
sesaat setelah terbangun dari tidur nya ia sadar sedang berada dimana sekarang ini, ya__ kerajaan Kasuari, ia kembali lagi pada kerajaan laknat itu

Jahanara memasok udara sebanyak mungkin seakan benar-benar lega karna kini sudah berada ditempat yang lebih aman dan jauh lebih layak dibandingkan sebelumnya
apa aku mati? bagaimana bisa kembali kesini lagi?

"tidak sayang.. kau belum mati, kini ragamu masih tertidur di Ganrani"

Jahanara bungkam tak menjawab sepatah katapun, tubuhnya begitu lemah, dengan wajah pucat pasi seakan tak ada semangat untuk hidup

"makanlah sayang.. tubuhmu perlu nutrisi, Saidah akan menyuapimu"

tok tok tok

"masuk"

"permisi raja, izinkan aku memberikan makan pada permaisuri"

"silahkan, aku keluar dulu"

"baik raja"

Batara berlalu melenggang keluar tak bicara banyak pada permaisuri Kasuari itu

"permaisuri__ aku akan menyuapimu, makanlah barang sedikit, kau belum makan apapun sejak kemarin"

Jahanara tak membuka mulutnya sama sekali, tatapan nya sendu mengarah kedepan

"permaisuri__ apa yang sebenarnya terjadi padamu? mengapa kau jadi seperti ini? biasanya kau begitu ceria, ceritakan lah apapun itu padaku, aku akan mendengarkanmu"

ekspresi Jahanara tak bergeming sedikitpun, pandangan nya masih kosong seakan tak menganggap ada Saidah didekat nya

"baiklah jika permaisuri belum ingin makan dan bicara, makanan nya aku taruh disini, nanti dimakan, jika butuh sesuatu panggil aku, aku akan datang"
Saidah meletakkan semangkuk bubur itu pada nakas, dan berlalu meninggalkan Jahanara dikamarnya

bulir bening itu lolos dari pelupuk mata sendu nya, dengan raut datar tanpa ekspresi sedikitpun, hanya air mata lah yang selalu mengalir teratur disana

hari berganti hari, makanan pun berganti makanan yang dihantarkan padanya, namun sedikitpun tak ia sentuh, tubuhnya semakin kurus pucat pasi, benar-benar tergambar jelas bahwa wanita ini tak ingin meneruskan hidupnya

istri-istri raja dan para pelayan istana silih berganti datang untuk menghiburnya atau hanya sekedar ingin melihat keadaannya, namun lagi-lagi harus keluar kamar dengan wajah lesu karna tak berhasil membuatnya bicara

terkadang mata sendu nya hanya mengeluarkan air mata disaat ada yang mengajak nya bicara

Brata.. kau dimana? apa kau tidak merindukanku? aku membutuhkanmu..

manik indah itu meloloskan bulir bening nya membasahi pipi mulus sang empu nya

derap langkah kaki mendekat padanya menandakan seseorang kini tengah menghampiri nya

Beda Alam (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang