Kecewaku adalah saat sakit
hati, dan pacarku... sudah
memberikannya.—GANGGU; Garis Tunggu
❖
Aku menunggu lagi, tepat dua minggu tidak bertemu Arkala. Dia bilang sedang sibuk-sibuknya melakukan organisasi, jadi tugas juga selalu berada di tanganku. Hanya saja, tiba-tiba aku bertanya apa pengorbananku tidak pernah terlihat di matanya? Sedikit pun? Sepercik pun? Apa dia sama buatnya denganku?
"Kamu hanya menjalin hubungan dengan orang yang enggak tepat, aku berani jamin." Ucapan Rio kembali menghantuiku, dia terus mengatakan kalau pacarku, Arkala Nugroho, adalah seseorang yang tidak baik. Cinta kami hanya manfaat, dan manfaat cuma dilakukan olehnya.
Tidak. Tidak. Arkala orang baik, dia mencintaiku dengan tulus. Aku yakin! Dia sudah bilang ada kegiatan, maka tidak bisa meluangkan waktu untuk bertemu sebentar. Tidak apa-apa, yang penting di dalam statusnya, dia tetap memprioritaskan aku untuk diposting. Setiap hari, dia membuatku berbunga-bunga dengan mudah, cukup diposting dan diakui lewat sosial media, aku rasa sudah cukup membuat dunia tahu kalau kami punya hubungan.
Aku rasa sudah cukup dunia tahu kalau aku kebanggaannya yang cerdas.
Aku rasa sudah cukup dunia tahu kalau tugasnya selesai di tanganku.
Karena itulah yang ada di statusnya.
Tepat lima menit yang lalu, dia lagi-lagi memposting fotoku dengan caption Wanita Hebat yang Selalu Mengerjakan Tugasku Dengan Baik. Ya Tuhan, aku senang sekali.
Arkala, gimana tugas kamu yang aku jilid ini? Katamu harus selesai cepat, apa enggak bisa temuin aku buat ambil sebentar?
Kutanya begitu lewat pesan, tapi hanya centang satu. Mungkin baterai ponselnya habis. Dan dia tetap seperti kemarin, tidak bisa menemuiku di taman ini.
Namun, bagaimana dengan tugasnya? Siapa tau dia lupa kalau harus cepat-cepat dikumpul. Mana sudah jam setengah lima, artinya dia 'tak mungkin datang kemari. Maka kuputuskan untuk datang ke kostnya dan menyerahkan tugas yang sudah kucetakkan ini.
***
Perlu waktu lima belas menit ke tempat Arkala, memang lumayan, tapi tidak begitu masalah untukku. Karena tugas miliknya ini penting, kalau tidak diingatkan atau dikumpul cepat, dia akan kecewa padaku. Dan aku tidak mau hal itu terjadi.
Kostnya seperti barak —rumah mini pribadi yang berjajar panjang dengan yang lain. Hanya saja ini tempat bebas, mau kamu tidak punya hubungan apa-apa, tidak ada yang marah kalau bawa seseorang di luar hubungan sah. Dulu aku juga sering ke sini, untuk mengerjakan tugas Arkala, dan karena ada rahasia di antara kami juga, aku berani untuk melanjutkan hubungan tanpa mau putus.
Ya. Dia memecahkan keperawananku. Namun bukannya marah, aku merasa oke-oke saja, karena dia sudah janji akan menjadikanku sebagai masa depan. Makanya saat Rio bilang aku bodoh, tentu tidak juga, karena kami sudah melakukan hubungan yang cukup jauh selama ini. Mungkin karena nafsu dan birahi inilah, aku tidak mau melepaskannya begitu saja.
"Arkala... " Aku mengernyit saat sampai di depan pintu, ada erangan kecil yang tertahan, tapi aku sungguhan bisa mendengar itu dengan jelas. "Ngghh...! "
"Sstt! Sstt!"
Apa ini? Aku tidak salah dengarkan? Ada yang ingin sekali mengerang di dalam sana, tapi ada juga yang memintanya untuk bertahan. Tubuhku cukup membeku dibuatnya, pikiran-pikiran negatif muncul begitu cepat. Dan melalui celah tirai yang terbuka sedikit, aku bisa melihat Angelina dalam kuasanya.
Tidak. Tidak mungkin! Aku mencoba berpikir kalau ini mimpi. Pasti aku terlalu merindukan Arkala, aku yakin!
"Arkala... Yeahh!"
TAPI KENAPA SUARANYA BEGITU JELAS?
Aku menangis dalam kesendirian di senja gelap ini, duduk di salah satu kursi yang menunjukkan ada ponsel tergeletak di kursi sebelahnya. Itu ponsel Arkala, dan buru-buru aku membukanya karena tidak pakai sandi.
Dia mematikan datanya, pantas pesanku cuma centang satu. Dan di dalam whatsapp, tepat pembuatan status, kulihat siapa yang membuka status dia. Hanya aku. Yaitu sebagai satu-satunya privasi yang diaturnya. Foto tentangku tidak pernah sampai pada orang lain, dia hanya membuatnya untuk. Ya. Hanya untukku.
Sekarang kebohongan Arkala terbongkar, dan aku paham maksud Rio kemarin-kemarin. Mati-matian aku menunggunya di taman tiap hari, selama dua tahun, dan selalu aku yang menunggu agar dia datang. Tapi kali ini, sakit hati yang sesungguhnya telah aku dapatkan, dan dengan merobek satu tugasnya hingga belah dua, kulangkahkan kaki untuk pulang.
Sambil menangis.
Dalam kecewa.
Dan dalam luka yang besar.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
GANGGU | Garis Tunggu✔️
Short Story"Berarti... 'putus' sama artinya dengan 'tak berada di dunia yang sama ya, Arkala?" Arkala diam dua bahasa, bukan seribu. Karena dia cuma bisa Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Tapi bukan itu intinya, sebab dia, bisa bercinta dengan teman asingku...