Semua hal Tentangku.
Namaku Dyah Ayu Citraloka, sangat indah bukan? tapi mungkin kalian akan sedikit aneh mendengar namaku. karna yah di era zaman modern ini, mempunyai nama seperti itu sering kali dianggap eum...sedikit kuno atau memang kuno?
Tak jarang juga ada yang mengejek ku dengan kata "Serius itu namamu? sedikit kuno ya hehe," ada juga yang malah bertanya apakah aku seorang bangsawan, dan hanya ku tanggapi dengan senyuman.
Ya karna bisa dibilang aku seorang bangsawan atau orang berdarah biru. biar sedikit ku jelaskan, aku adalah seorang gadis yang memang keturunan darah biru atau bangsawan, didalam diriku bahkan mengalir dua darah biru dari dua kerajaan termansyur pada zamannya, antara Jawa-Sunda.
Dari pihak Ayah mengalir darah biru dari bangsawan kerajaan Majapahit, dan nama Ayah ku adalah Aditiamarajasa.
Sedangkan dari pihak bunda mengalir darah biru dari bangsawan kerajaan Padjajaran, dan nama bundaku adalah Dyah Pitaloka.
Tak heran nama depanku terdapat gelar "Dyah" itu karna aku termasuk putri bangsawan dan "Ayu" nama yang diberikan oleh kakung ku dari pihak Ayah, sedangkan "Citraloka" adalah nama yang diberikan oleh Ayah dan Bunda.
Hanya segelintir orang yang tau akan hal itu. karena hanya orang yang faham dan mengerti sejarahlah yang tau.
Aku kelahiran Bogor Jawa Barat, tapi karena ada suatu insiden semasa kecil ku, aku dan sekeluarga harus pindah ke kampung halaman Ayah, di Mojokerto, Jawa Timur.
Penasaran tidak? tentang insiden apa yang membuat aku dan keluargaku sampai harus pindah dari Jabar ke Jatim. kalau penasaran sih aku bakalan cerita sedikit dan ini pun aku juga tau karena Eyang Putri (Nenekku) yang cerita hehe.
Aku lahir dibogor Jawa Barat, aku tumbuh seperti anak kecil pada umumnya, tapi ketika akan menginjak umur 5 tahun, aku sering terbangun tiba-tiba saat tidur dimalam hari, kemudian menangis hebat. hingga pada puncaknya aku diajak ziarah kubur ke makam waliyullah yang ada di jawa barat dan list terakhir adalah makam waliyullah yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan agama islam ditatar sunda, yaitu makam Sunan Rohmat Suci atau biasa dikenal sebagai, Raden Kiansantang. kata Eyang semenjak tiba disana aku selalu menangis sambil menunjuk satu sisi. yaitu tepat pada arah makam, saat diajak pulang pun aku tak mau aku terus menangis sambil bergumam "Kanda Kian" .
Karena lelah menangis akhirnya aku tertidur, tetapi tidur ku terlihat tidak tenang seperti mengigau, terisak dengan terus bergumam nama tersebut. hingga Eyang curiga kalau-kalau aku terkena sawan? tau sawan tidak? eum......ketempelan nah hampir mirip seperti itulah. pada esok harinya aku dibawa ke orang yang tau atau orang pinter lah.
Aku pada saat itu benar-benar bingung aku mau diajak kemana, tapi yang namanya anak kecil ngikut aja kan ya. hingga seingatku dibawa ke rumah yang seperti sudah tua dan aku disana bertemu seorang wanita paru baya yang masih terlihat cantik, dengan mengenakan kebaya kuno. wanita paru baya tersebut menanyakan beberapa hal pada Eyang dan kedua orangtua ku. yang entahlah aku sendiri tak begitu mendengarkan, sedangkan aku mengedarkan pandangan pada seisi ruangan tempat ku berdiri, hingga netraku terpaku pada sebuah lukisan seorang perempuan cantik dengan kerudung putih yang tersampir untuk menutupi rambutnya dan dibawa lukisan itu ada sebuah gelang yang terbuat dari batu berwarna putih kehijauan sungguh indah yang digantung pada paku. karena penasaran akupun menghampiri lukisan dan gelang tersebut sampai aku tersentak karena kehadiran seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Raden Kiansantang
Historical Fiction"Adinda Dyah Ayu Citraloka, akhirnya aku menemukanmu," gumamku. "Ha? gimana Ka Alwi bilang apa?" tanya seorang gadis. Hening. "Ekhem....bagaimana Ka Alwi bisa tau nama ana?" tanya gadis itu akhirnya karna gadis itu sebenarnya mendengar namanya diseb...