Bab 01: Tujuh tahun yang lalu dari sekarang

1K 89 0
                                    

Jehan berpikir ia tidak melakukan sesuatu yang membuat orang lain merasa dendam dengannya. Dia selalu bersikap baik sebagai seorang tetangga, pekerja, dan masyarakat. Bagaimana mungkin seseorang menaruh dendam kesumat padanya? Sedangkan ia tidak melakukan apapun.

Awalnya, itu yang dipikirkan Jehan. Ia mengira tetangganya hanya membesar-besarkan masalah dengan membuatnya semakin panjang dan panas. Mengajak ia setiap hari untuk beradu mulut di lorong. Dan berakhir dengan Jehan sebagai pihak yang di salahkan.

Dan lagi-lagi, hari ini pun orang itu berdiri di depan pintu apartemen miliknya.

Jehan berusaha bersikap biasa saja dan berjalan menuju kamar apartemen yang berada tepat di sampingnya. Dia akan mengabaikan pria ini.

Jehan berjalan dengan cepat menuju pintu ruangannya. Mengambil kunci dan memutar kenop pintu. Gerak-geriknya diperhatikan oleh sang tetangga usil.

" Hei! Apakah kau tidak menyapa tetanggamu? Kau bahkan tidak bertegur sapa dengan ku sedangkan kau bertegur sapa dengan orang lain."

Kan, mulai lagi. Dia yang meminta terlebih dahulu untuk dipukul.

Tapi hari ini Jevan sedang lelah. Ia tidak punya waktu untuk meladeni omong kosong pria aneh yang ajaibnya adalah tetangga dekatnya.

" Kau bahkan tidak menjawab ku!"

Ah, dia mulai lagi. Satu di pikiran Jevan. Ia bertanya, apakah dia tidak bisa apabila tidak menggangu hidupnya satu detik saja! Tolong, dia sedang tidak ingin berdebat.

" Apa masalahmu?!"

Jevan hilang kesabaran. Dia berteriak tepat di depan wajah orang itu. Sementara yang diteriaki, tersenyum seperti orang gila. Apa ada yang salah dengan otaknya?

" Baiklah, baiklah. Itu pilihanmu, kau benar-benar orang yang tidak ramah."

Dan dia pergi begitu saja memasuki apartemen miliknya. Jevan membuang wajah ke samping sembari mendengus kasar. Orang itu benar-benar membuat darahnya naik lebih tinggi kali ini.

Dengan kasar, ia mendorong pintu di depannya dan memasuki ruangan. Ia berdecak pada kertas-kertas yang berserakan di bawah lantai. Dia harus membakar kertas-kertas yang berisi ide novel yang akan ia buat.

' Tetangga bodoh, peduli setan dengan urusanmu!'

Jevan membanting tubuhnya di sofa. Jalanan kota Scarlet begitu sepi dengan hanya beberapa orang yang lewat. Lagipula, siapa juga yang ingin berjalan-jalan di tengah malam musim dingin?

Jevan melirik pada mesin ketik yang terlihat berdebu dan usang di sudut ruangan. Itu adalah mesin ketik pertama yang ia beli dari penjual barang bekas di pasar. Harganya cukup murah meskipun beberapa tombolnya mulai tidak berfungsi seperti sebagaimana harusnya.

Dan dia, dia sudah mendapatkan yang baru dan lebih bagus. Jadi ia menaruh nya di sudut ruangan sebagai kenang-kenangan.

Jevan ingat sesuatu, salah satu dari orang yang tinggal di sebelahnya, dia begitu tertarik dengan mesin ketik tua itu. Meski begitu, Jevan tak berniat menjualnya karna mesin ketik tua membawa kenangan tersendiri baginya. Padahal ia menawarkan lima puluh keping koin emas.

Itu harga yang cukup mahal untuk mesin ketik tua dan usang seperti itu. Tawaran yang cukup menguntungkan sebenarnya, karna Jevan sendiri membeli mesin itu seharga 25 koin perak. Tetapi meski dengan itu semua, dia tidak pernah menjualnya.

Jevan melihat ke arah jam tua, waktu menunjukkan pukul satu dini hari. Dia lelah dan ingin tidur, tetapi matanya menolak untuk diistirahatkan.

Ia berusaha memejamkan matanya, tetapi dia tetap tidak bisa tidur. Gangguan itu berlanjut saat orang di sebelah tempat tinggalnya membuat suara bising di waktu ini.

Mysterious Neighbor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang