1.tidak percaya

9 3 0
                                    

TINGGALKAN VOTE DAN KOMEN KALIAN DISINI><

<<<<<0>>>>>

.
.

Aku berjalan menyusuri koridor sekolah bersama dua orang disampingku, Bagaskara atau Bara dan satunya lagi Daffa, mereka teman sekaligus tentanggaku, setelah aku pindah rumah tiga tahun yang lalu.

Kami menduduki kelas Xl, aku dan Bara berada dikelas XI Ipa 3, sedangkan Daffa menduduki XI Ipa 2, saat jam istirahat kami bertiga selalu berkumpul bersama.

Saat aku menyusuri koridor sekolah, tiba-tiba atensiku teralihkan pada seorang murid, aku tidak pernah melihat dia sebelumnya disekolah ini, tapi wajahnya tidak asing bagiku, dia mirip Hazel sahabatku, bukan mirip lagi, tapi dia benar-benar Hazel.

Aku menanyakan pada murid itu untuk memastikan bahwa dia benar-benar Hazel atau bukan "Azel?"kataku pada murid itu.

"Hah?" Murid itu menatapku kebingungan."Lo siapa?" lanjut murid itu.

"Gue Arzan, Zel!"

"Hah?" Hazel masih kebingungan. " Iya sih, emang mirip."

"Ya emang gue Arzan, Zel!" jelasku.

"Masa sih?"Hazel masih terlihat kikuk.

"Iyaaa, Zel."

"Gak percaya deh, soalnya Arzan tuh orangnya item, dekil, pendek, jelek lagi, kalo lo... sama aja sih cuman lebih tinggi sama putih aja," oceh Hazel.

"Pfffttt," suara tawa yang tertahan dari mulut Bara dan Daffa secara bersamaan.

Aku tertegun mendengar kata yang dilontarkan Hazel. Jadi dimata Hazel aku adalah orang yang hitam,dekil,pendek, dan jelek? itu sebuah penghinaan bagiku.

Tapi sudahlah aku akan mempermasalahkan itu lain kali. Sekarang bagaimana cara meyakinkan Hazel bahwa aku adalah sahabatnya dulu. Hazel benar-benar jahat, bagaimana bisa dia melupakanku begitu saja?!

"Gak papa kok Zel, gue orangnya sabar." Aku menghela nafas. "dari dulu begonya gak ilang-ilang ya?!" Lanjutku

"Ihh baru kenal udah ngatain orang 'bego', dasar plagiat mukanya Arzan," ejek Hazel. Lalu dia pergi membelakangi punggungku.

"Kok bisa sih mirip Arzan?! Mungkin efek karna gue terlalu kangen sama dia kali ya?" Lirih Hazel, tetapi Aku mendengarnya, karena saat dia bicara, posisinya tepat dibelakang punggungku.

Aku gemas sendiri mendengarnya, aku langsung berbalik badan, dan aku berkata pada Hazel, "YA KARNA GUE EMANG ARZAN, MELINA HAZELLA!!" Bentakku pada Hazel, namun Hazel malah bergidik ngeri padaku dan berlari menjauh dari kami bertiga -aku, Bara, dan Daffa-

Aku menggeram. Apa yang salah dariku? sampai Hazel bergidik ngeri padaku, mungkin dia berpikir bahwa 'bagaimana bisa orang yang baru ia kenal tiba-tiba tau nama panjangnya', oh! ayolah Hazel aku sahabatmu, bukan orang baru! Hazel benar-benar orang yang bodoh.

Punggung Hazel semakin menjauh dari pandanganku, dan dia sama sekali tidak menoleh kebelakang.

"Sabar Jan, hanya Allah yang tau, ini semua ujian Jan, lebih mendekatkan diri aja" ujar Daffa menepuk-nepuk pundakku. "Bersyukur Jan, masih banyak orang yang musibahnya lebih berat dari lo," lanjut Bara juga menepuk-nepuk pundakku.

Sebenarnya ocehan yang mereka katakan sedikit tidak nyambung dengan kejadian ini, mereka mengatakan itu seperti mengatakan pada orang yang habis terkena musibah berat, apakah kejadian hari ini adalah musibah berat sampai mereka mengeluarkan kata mutiara itu?tentu saja tidak, mereka terlalu berlebihan.

Letter To HazelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang