Part 3

197 8 1
                                    

"Minggu depan Ujian Nasional akan segera dilaksanakan. Karena itu, Ibu akan membentuk kelompok belajar yang hanya berisikan 2 anggota saja." Ucap Bu Mora selaku wali kelas 12 IPS 2.

"Bu," ucap seorang murid, "Tujuannya bikin kelompok gini apa, Bu? Kan bisa belajar sendiri-sendiri."

Seketika kelas menjadi ricuh, ada yang setuju ada yang tidak.

"Tenang-tenang! Tujuan Ibu membuat kelompok seperti ini sebenarnya agar kalian bisa bersiap-siap lebih matang. Jadi kalau kalian tidak mengerti sesuatu, bisa bertanya dengan teman sekolompoknya. Mengerti?"

"Mengerti Bu" ucap satu kelas kompak.

Bu Mora pun tersenyum, "Kalau begitu, Ibu akan membagikan kalian kelompok."

**

Hari-hari berlalu, besok UN akan dimulai.

Rissa berdecak kesal, "Duh, lo niat belajar gak sih? Bentar lagi tuh UN, gimana sih? Pinter-pinter kok malesnya ampun banget."

Yap. Rissa dan Rama dipilih Bu Mona untuk menjadi 1 kelompok dan sekarang mereka sedang di rumah Rissa.

"Enggak, gue emang gak niat belajar. Ya kalo lo mau belajar, belajar aja sendiri, gak usah ngajak-ngajak gue." Kata Rama sambil memakan keripik.

"Ya masalahnya kan kita disuruh Bu Mona buat belajar bareng, kalo gak disuruh gue juga males kali belajar bareng lo." Jawab Rissa bohong. Sebenarnya sewaktu Bu Mona menyebutkan nama Rama dan Rissa satu kelompok, Rissa rasanya ingin melompat kegirangan, tetapi dia harus menutupi perasaannya itu.

Kring kring kring, bunyi hape Rama berbunyi dan membuat Rama berhenti mengunyah.

"Bentar ya, gue ngangkat telfon dulu." Ucap Rama lalu pergi ke taman belakang rumah Rissa lalu mengangkat telfon dari Rangga.

Rama POV

"Kenapa Ga?"

"Lo sama Karin udah sampe mana? Gue sama dia udah makin deket nih, rencananya besok gue pengen nembak dia nih. Siap-siap nraktiran gue, bro." kata Aga dengan pedenya

Buset. Nih anak cepet amat nembak cewek, gumam Rama dalam hati.

"Emang gue bakal nraktir lo kok"

"Hah? Maksudnya, lo mau berhenti dari taruhan ini? Emang lo sama Karin kenapa?" ucap Aga toa dan membuat Rama menjauhkan hapenya.

"Selow. Gue sama dia gak ada apa apa, cuman gue lagi males berurusan sama cewek terutama pacaran. Apalagi gue pacaran sama dia terpaksa."

"HAHAHAHAHA. Siap siap ya kantong lo terkuras abis sama gue."

"Iya gak papa, gue kan baik"

"Gaya lo dasar"

Rama pun mematikan sambungan nya lalu kembali ke ruang tamu dan menemukan Rissa tertidur pulas.

Dasar kebo, ditinggal sebentar langsung tidur, batin Rama.

Tanpa ia sadari, ternyata dia sedang memperhatikan cewek dihadapannya lalu mengambil helaian-helaian rambut Rissa yang menutupi wajah mulusnya. Menurut Rama, pada saat sekarang ini melihat wajah Rissa dengan mata ditutup sangatlah nyaman, tapi liat aja kalau udah bangun. Gak kebayang cerewetnya, nyerocos mulu.

"Hoam" tiba tiba Rissa terbangun dari tidur nya dan otomatis Rama pun tersadar dan langsung kembali ke tempat duduknya salah tingkah.

"Suka banget ya natap natap muka gue?" ucap Rissa jail.

"A-apa? Pede banget lo."

Rissa memutar matanya "Ah udah deh, jujur aja. Udah keliatan kali. Pipinya udah merah gitu masih aja gak ngaku."

"Sotoy lo. Udah ah, kita lanjut belajar aja." Kata Rama datar mengalihkan pembicaraan.

*

"Oke, kayaknya kita belajar nya sampe sini aja kali ya." Ucap Rissa dan dibalas anggukan oleh Rama

"Lo laper gak?" Tanya Rissa dan dibalas anggukan oleh Rama—lagi, dan karena merasa dikacangi Rissa pun menoyor kepala Rama.

"Duh, lo kenapa sih tiba-tiba nempeleng gue?" kata Rama sambil memegang kepala nya yang sudah tidak sakit lagi.

"Ya abisan lo sih, gue ngomong cuma ngangguk. Gak niat banget sih ngomong."

"Lebay lo, yang penting kan lo ngerti maksud gue ngangguk itu apa"

"Ya apa susahnya sih tinggal bilang iya atau enggak." Kata Rissa kesal lalu langsung berlalu ke dapur.

Rissa membuka kulkas dan tidak menemukan apa-apa. Kosong. Kulkas Rissa kosong.

Duh, gimana nih bilangnya ke Rama, jadi gak enak hati. Ah udah ah bodo amat, batin Rissa

"Ram, kulkas kosong." Ucap Rissa lalu duduk di sofa.

"Ya, trus?" Tanya Rama kepolosan

"Kok pake nanya sih. Ya kalo kulkas kosong, kita gak bisa makan lah. Dasar oon."

"Yang oon itu lo kali. Ya kalo dapur kosong ya mau gak mau kita makan diluar lah."

**

Disinilah mereka bedua sekarang. Di sebuah restoran yang hanya menjual makanan berat saja. Karena itu restoran ini lebih ramai pada saat siang hari. Oke itu gak penting, hanya sekedar info.

"Gila ya lo, Ris. Badan kecil gitu makan nya kayak orang gak makan 1 tahun, perasaan yang laper tadi gue deh, kok jadi lo yang makan lebih banyak dari gue ya " Ucap Rama sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yaudah sih makan aja, gak usah kebanyakan ngomong." Ucap Rissa dengan makanan penuh di mulutnya dan Rama pun hanya menggeleng-geleng kepalanya –lagi.

"Lo kenapa deh, daritadi geleng-geleng mulu"

"Ris, Ris. Lo itu beda banget ya kalo di sekolah. Kalo di sekolah aja feminim abis, nah diluar sekolah? Beh, preman abis." Kata Rama.

"Actually, gue gak bisa dibilang feminim atau tomboy juga sih, Ram. Gue itu di antaranya feminim sama tomboy, itu makanya kalo orang nyariin gue kado seringan baju, ya karena gue gak bawel dalam hal gitu-gituan. Ah udah ah, jadi curcol gue. Yuk balik." Kata Rissa sambil tersenyum manis. Sangat manis, membuat jantung Rama berdegup kencang.

Duh, kok gue jadi dag-dig-dug gini ya. Jangan  jangan—, ah gak mungkin, batin Rama membuang jauh jauh pikirannya yang gak masuk akal sambil menggelengkan kepalanya.

"Hoi! Yaelah, geleng-geleng lagi. Hobi banget sih, diajak balik malah ngelamun." Kata Rissa sambil memanyunkan bibir nya yang membuat Rama sontak agak kaget karena suara Rissa yang agak toa.

"Udah ah, bawel lo. Yaudah, yuk ke kasir dulu." Balas Rama sambil mengacak-ngacak rambut Rissa dan tanpa Rama sadari, Rissa blushing.

a.n

Hai! Sorry kelamaan update, soalnya kemarin itu ada ujian terus ada pr juga. Ya sebenernya lebih ke males ngetik sih. Yasudahlah ya, jadi curcol. Oiya aku mau ngasih QOTD meskipun pasti gak ada yang jawab juga sih, just for fun ajah hehe.

QOTD: Menurut kalian part fav kalian itu di part berapa? Sama alesannya kalo mau hihi.


To Be With You [short story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang