Jujur, setelah tuntutan kembali kekota
Hati rasanya sudah tidak minta waktu lagi
Waktu buat lama lama berada di rumah
Juga waktu untuk lebih dalam mencintai isi kepala
Penjuru langit tak lagi jingga
Jalanan tak berdaya menahan genangan semalam
Sampai udara kembali mengambil ketenangan
Dan perjalanan dirasa terlalu panjang
Sudut bangku yang dulu lengang
Sekarang banyak ditempati manusia-manusia pejuang
Dibangku depan terisi manusia paruh baya
Bahunya terlihat merebam dari tuntutan anak muda
Dia sangat unik
Alurnya dipenuhi mimpi dan angan
Dan lukanya diterima dengan lapang dada
Manusia itu yang sedang aku tatap di jok belakang
Mataku menari ketika pundak seseorang menyuguhkan sandaran
Dulu aku pernah terhanyut dalam lelucon
Dan sekarang aku tidak ingin diberi nyaman
Dalam pundak yang akan membawaku dihantui kerinduan
Pengunjung semakin berdesakan
Tapi kalau aku sepi
Silih dan berganti orang yang datang
Tidak akan pernah merubah kisah ini menjadi ramai
Egois buat minta lebih dari sekedar peran penumpang
Si tuan tetap maksa perihal menawarkan pundaknya
Tapi karena trauma, aku paksakan buat pura-pura kuat
Padahal mati-matian aku usaha untuk menahan kepala yang hampir meledak
Harusnya aku sudah turun dari awal
Walau perjalananku harus direlakan setengah
Tapi setidaknya jadi solusi buat bisa berhemat emosi
Dan mungkin manusia yang tertinggal ditepian jalan tadi
Sekarang ini sudah semakin dekat dengan mimpinya
Semakin jauh, jalannya semakin penuh kebisingan
Sipaling introver tak sanggup lagi ditekan keramaian
Ia memang sedang belajar tumbuh
Tapi ia tidak pernah janji untuk tidak pernah mengeluh
Pangandaran 26/07/2022
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKEDAR PUISI
PoetrySebuah ungkapan ungkapan dari kisah kehidupan yang telah terjalani,lalu dituangkan dalam sebuah bait bait kalimat yang menjadikan sebuah paragraf bermajas.... Happy Reading para puitis . Semoga saja via cerita ini kalian bisa termotivasi. Dan jang...