2

40 7 0
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul 12.00 siang dan mobil Mercedes putih milik Marcell sudah menunggu di depan rumah Ray. Salah satu kelebihan dari lelaki kelahiran Agustus itu adalah dirinya selalu menjemput Hasbi tepat waktu dan seringkali lebih dulu dari jam yang dijanjikan. Marcell tidak menyukai orang-orang yang suka hadir ngaret saat janjian, maka dari itu ia sendiri berkomitmen untuk selalu datang tepat waktu. Spesies langka bukan?

Hasbi masih sibuk menghabiskan makan siangnya, seporsi hoka-hoka bento favoritnya, saat mobil Marcell sudah siap di depan rumah. "Has udah dijemput tuh sama pangeran berkuda putih lo", goda Jamy.

"Iya bentar ah hokben gue masih nyisa!", Hasbi menjawab sambil mengunyah salad hokben yang ia sukai.

"Ternyata masih aja hokben over hoe", kata Ray sambil menertawakan Hasbi.

Jamy pun ikut tertawa mendengar ucapan Ray, "Udah bukan hoe lagi ya sekarang, Has. Ex Hoe hahaha"

"Berisik lo pada!", sambil membereskan bungkus hokben dan merapihkan barangnya Hasbi bersiap-siap. Dalam lubuknya ia tidak tega membiarkan Marcell menunggu lama. "Thanks tumpangannya ya, Ray. Pamit dulu Jam, Ray!"

"Tiati, Has", Jamy dan Ray mengantar Hasbi sampai pintu depan sekaligus silaturahmi sejenak dengan pangeran berkuda putih Hasbi itu.

Marcell terlihat sudah menunggu di samping mobilnya sambil sesekali mengecek handphone-nya, "Oit Marcell!" Ray menyapa lelaki dengan kaos hitam dan outer berwarna cokelat tersebut. Pakaian yang cukup rapih untuk menjemput seorang Hasbi.

Mendengar dirinya dipanggil, Marcell segera menghampiri tiga sekawan ke depan pintu sembari membawakan tas milik Hasbi out of habit, "Oi Ray, Jam. Thank you ya udah nampung Hasbi", Hasbi mempersilahkan barangnya dibawa oleh Marcell dan berdiri di belakangnya, seperti meminta perlindungan dari guyonan teman-temannya.

"Biasalah jadi penampungan kalo cowo lo sedih"

"Kita kan tim penghibur Hasbi. Makanya lo jangan bikin Hasbi sedih dong"

Marcell terkekeh dengan sedikit kesedihan pada raut wajahnya, "gue juga pengennya sih Hasbi seneng-seneng aja"

Hasbi menarik lengan Marcell, "udah ah ayo balik. Lo kan juga masih harus rapat di kampus abis ini", enggan memperpanjang pembicaraan soal kesedihan dirinya sendiri. Karena Ia yakin, Marcell juga tidak kalah sedih dengan keputusan yang baru mereka buat bersama.

"Yaudah balik dulu yaa Ray, Jam!", Marcell menuju ke mobilnya dan membukakan pintu untuk Hasbi (masih out of habit), tidak lupa meletakkan barang bawaan Hasbi pada kursi penumpang di belakang.

Ray dan Jamy yang menyaksikan aksi kedua sejoli tersebut hanya bisa bergumam, inimah kaga ada putus-putusnya.

-----

Di dalam mobil, Hasbi langsung menyambungkan bluetoothnya dan memainkan playlist Generasi Galau yang akhir-akhir ini selalu on repeat. Ya memang kalau sedang galau semua lagu sedih jadi dihayati liriknya.

Marcell hanya menyetir sambil menikmati lagu yang Hasbi mainkan, sampai lagu Tak Segampang Itu terdengar dan Marcell melirik ke arah Hasbi tepat pada lirik

Tak segampang itu ku mencari penggantimu
Tak segampang itu ku menemukan sosok seperti dirimu

"Kalo ga bisa cari pengganti aku, ya jangan diganti dong", Marcell membuka pembicaraan.

Hasbi menengok ke arah Marcell dan memutar bola matanya malas, "Yaelah cuma lagu doang kaliii. Jangan dibawa serius liriknya"

"Berarti aku tetep tak tergantikan kan?", canda Marcell.

"Udah ah fokus nyetir tuh liat depannnn, jangan liatin gue mulu", Hasbi mendorong tubuh Marcell agar fokus menghadap ke jalanan. Karena sejujurnya Hasbi sedang merasa fragile apabila ditatap Marcell terus-terusan.

Marcell tertawa kecil melihat kelakuan lelaki di sampingnya, "Masih salting aja sih, Bi kalo aku liatin"

"Gak salting ih siapa yang salting! Udah berapa taun lo ngeliatin gue masa masih salting"

"Iya iyaa percaya deh apa kata Hasbi"

Hasbi mendengus karena Marcell masih saja menggodanya padahal situasi mereka sebenarnya sedang agak canggung. "Jadi abis ini rapat sampe jam berapa?", Hasbi mengalihkan pembicaraan mereka.

"Gak lama sih harusnya.. Kata Kak Doy cuma mau bahas soal mekanisme welcoming anggota baru HIMA buat Senin besok"

"Si rajin emang, pake rapat offline segala mana Hari Minggu", tanpa disadari Hasbi mengeluh terkait jadwal rapat Marcell yang selama mereka memasuki dunia perkuliahan menjadi topik utama keributan mereka. 

Marcell hendak mengelus kepala Hasbi untuk menenangkannya, namun mengurungkan niatnya dan hanya mengelus lengan Hasbi pelan, "Maaf ya, Bi. Karena aku nyalonin diri sebagai calon Ketua HIMA, jadi harus ikut semua rapat.. Kebetulan rapat hari ini Kak Doy minta diadakan offline biar jelas"

Menunduk dan memainkan jarinya, Hasbi merasa bersalah sudah jutek kepada mantan kekasihnya itu. "Lo gausah minta maaf tau.. Sorry kalo kesannya gue jutek dan ga terima lo rapat offline Hari Minggu, tapi gue cuma temen lo dan ga berhak ngatur-ngatur"

Marcell menghela napasnya dan meminggirkan mobilnya ke tepi jalan yang kebetulan sedang sepi. Ia menengok ke arah Hasbi, "Bi boleh gak jangan bilang kamu cuma temen aku doang. It's still hard for me to digest it.. The fact kamu udah bukan pacar aku lagi, damn even saying those words hurts"

"Ya tapi kan faktanya emang begitu.. Kita juga harus belajar menerima realita dong, Cell", Hasbi membalas tatapan Marcell kali ini dengan serius.

"Kamu beneran gamau diusahain dulu, Bi?", tanya Marcell meyakinkan sosok lelaki yang masih ia sayangi.

"Gue rasa penjelasan gue udah cukup"

Marcell menunduk menahan dirinya untuk tidak menangis, ia tidak ingin menyerah namun ia juga menghargai keputusan Hasbi. Sebuah hubungan dijalani oleh dua pihak, maka jika salah satunya sudah tidak ingin menjalaninya lagi, Marcell tidak akan memaksa.

"Sorry again, Bi.."

Keduanya melanjutkan perjalanan ke arah rumah Hasbi yang tidak jauh dari kampus, dengan ditemani lantunan lagu galau milik Hasbi.

Sesampainya di depan pagar rumah Hasbi, Marcell segera turun dari kemudinya untuk membukakan pintu dan membawakan barang bawaan Hasbi.

Hasbi berdiri di depan pagar sebelum memasuki rumahnya, "Pokoknya lo ga usah merasa canggung sama gue. We're still good friends afterall"

"I can't promise you that, but I'll try", Marcell menyerahkan barang bawaan Hasbi. Biasanya ia akan ikut masuk ke rumah untuk bertukar sapa dengan orang tua Hasbi terlebih dahulu, namun kali ini ia merasa Hasbi tidak ingin berlama-lama bersamanya.

"Well okay then, thank you for the ride. See you?", Hasbi mengatakan kata terakhir dengan keraguan karena ia tidak yakin setelah ini Marcell masih mau bertemu atau mengantar jemput dirinya. Lagipula Marcell juga bukan supirnya.

"Good bye, Bi", diberikannya senyuman tulus sebelum ia memasuki mobil dan pergi meninggalkan mantan kekasih tersayang.

----

Author's note:

Daaaang 1k words for this chapter hahah. Idk if it's good enough tapi semoga ceritanya makes sense ya!!
Comment ur feedbacks plsssss hihi <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jejak | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang