-Britain College, London-
-Design art class-
-10 a.m.-
”Hmm… ” Fuyuno terlihat serius memperhatikan ucapan dosen yang sedang menerangkan design historical.
Hinata yang duduk di sebelahnya bertopang dagu sambil mencoret-coret note di hadapannya. Dia sudah membaca mengenai design historical tadi malam. Jadi dia hanya mencatat hal-hal yang penting saja dari keterangan dosen.
Tidak jauh berbeda dengan cowok yang duduk di hadapannya. Dia malah tertidur dari jam pertama masuk kuliah. Siapa lagi kalau bukan Yuu si tukang molor. Sedangkan cowok berkacamata di sampingnya, seperti biasa terlihat santai tapi dia bisa mencerna semua keterangan dari dosen. Semua juga sudah tau kalau sebenarnya Uruha pasti sudah mempelajari mata kuliah ini jauh hari sebelumnya. Orang jenius macam dia memang seperti malaikat penolong bagi Hinata, Fuyuno dan Yuu yang bisa dibilang lebih suka SKS-Sistem Kebut Semalam dalam mengerjakan tugas.
”Hei! Serius amat!” Hinata menyenggol kening Fuyuno dengan pensil.
”Hmm… ” Fuyuno mengerucutkan mulutnya sambil mengerutkan keningnya.
”Fuyuno!” Hinata sedikit mengeraskan volumenya.
Fuyuno menoleh masih dengan ekspresi yang sama.
”Hinata-chan… apa di sini tidak ada dosen yang menerangkan dengan bahasa jepang?” tanyanya polos.
Hinata mengangkat salah satu alisnya. ”What’s that mean?”
”Ini sudah hampir dua minggu dan selama ini tidak ada dosen yang menerangkan dengan bahasa jepang!
Aku kan butuh tenaga dan pemikiran ekstra untuk mencerna materi dan juga bahasanya! Aku jadi harus kerja dua kali!”
”Fuyuno… apa kau tahu kita berada dimana?”
”London!”
“Berarti kita harus menggunakan bahasa Inggris! Baka!” Hinata menjitak kepala Fuyuno.
“Aduh sakit!!” Fuyuno kembali cemberut.
“Tau begitu aku tidak tanya! Kapan penyakitmu ini akan sembuh ha?”
”He? Penyakit?? Aku tidak sakit!” Fuyuno memegang dahinya, mengecek suhu tubuhnya.
Itu semakin membuat Hinata jengah.
”Hei Hinata-chan!”
”Hngg…”
”Apa kau bertengkar dengan Yuu-kun?”
Hinata diam sejenak. Wajahnya masih tak berekspresi.
”Tidak.”
”Tapi aku merasa aneh sekali, kalian jarang bicara sejak…”
”Tidak ada apa-apa, kau tenang saja.” potong Hinata. Dia tidak mau membahas sesuatu yang baginya tidak terlalu penting untuk dibahas.
Sejak terakhir dia berbicara malam itu dengan Yuu, mereka berdua sama sekali tidak seperti biasanya. Beberapa hari terakhir mereka lebih banyak menghindar dan diam. Tidak seperti biasanya yang berisi dengan perdebatan sengit. Bagi Hinata itu jauh lebih baik.
Fuyuno tersenyum, dia memegang tangan Hinata.
”Hinata-chan! Kalau ada yang ingin kau ceritakan katakan saja! Itu akan membuatmu jauh lebih baik!”
”Terima kasih! Tapi tidak ada yang perlu diceritakan Fuyuno!”
”Baiklah! Lain kali kalau ada apa-apa kau harus cerita padaku!” ujar Fuyuno tulus.