Capitolo 3 | He's Dante Castello

161 14 4
                                    

༺♤༻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༺♤༻

Sorry ges agak telat updatenya. Aku hampir kelupaan kalo ga diingetin ZaraSJenkins. My bad. 😓

____________

Usai membereskan sisa barang kepindahanku dan barang belanjaanku tadi sore, aku menyiapkan bahan makanan dan mencuci sayuran untuk makan malam—tiba-tiba aku ingin Ratatouille. Setelah mencucinya dengan bersih dan mengeringkannya.

Aku mengambil pemarut di atas laci dapur dan mulai terlebih dahulu dengan menyerut zukini untuk Ratatouille-ku. Namun, gerakanku terhenti mengingat kembali makan siangku bersama Siena tadi siang.

"Sienna, di mana tempat di video yang kau kirimkan padaku?" Aku memperlihatkan layar ponselku, menampilkan video yang saat itu Sienna kirimkan. Matteo ikut melihat layar ponselku.

"Itu Diborrato Waterfall, lokasinya dekat Poggibonsi melewati Siena. Tentu kita akan ke Siena juga. Mau kapan kau ke sana? Kita juga bisa mengajak Matteo dan Dante. Semakin ramai, semakin seru, bukan?"

"Wah, kau sungguh akan mengajaknya ke tempat favoritmu dan Dante?" celetuk Matteo.

"Matteo," peringat Sienna.

Aku menatap Sienna, lalu Matteo. Seolah mengerti tatapanku Matteo berkata. "Sienna adalah mantan pamanku," ucapnya seraya terkikik geli.

Entah bagaimana, tanpa kusadari tanganku yang sedang memarut zukini semakin cepat.

"Begitu?"

"Sebaiknya kau tidak mendengarkan Matteo. Bocah itu memang bermulut besar. Lebih baik—"

Tanpa membiarkan Sienna berbicara, Matteo menyahut. "Ya, sepertinya Sienna akan kembali berbalikan dengan pamanku." Matteo hanya tertawa lebar sementara Sienna hanya terdiam dengan dua alisnya yang tertekuk.

"Dante, bukankah benar begitu?" Matteo masih saja terus menggoda Sienna. Aku beralih menatap Dante yang hanya melihat kami sekilas dari balik bar yang sedang melayani pelanggan.

"Matteo! Berhentilah membicarakan itu. Kau benar-benar!"

Masih dengan seringaian jahilnya, Matteo melanjutkan, "Sepertinya Sienna dan pamanku malu-malu. Aku tahu mungkin saja mereka masih me—"

AH!!

Sebelum Matteo menyelesaikan kalimatnya di ingatanku, aku meringis melihat jari telunjukku yang terparut dan mengeluarkan darah segar. Perih sekali. Tergesa-gesa aku membersihkan lukaku dan memberinya plester. Untuk beberapa detik aku terdiam di kursi konter dapur. Setelah makan siang tadi bersama Sienna di tempat Dante, kami berdua pulang pukul setengah enam sore. Kami membicarakan banyak topik seru sehingga tak sadar waktu menunjukkan hampir malam. Namun, entah mengapa ketika tadi aku mengingat obrolan kami tentang air terjun membuatku kehilangan kontrol dan kesadaran sehingga kulit jariku ikut terparut.

Somewhere Over the Autumn [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang