5. Physical Touch

1.2K 69 12
                                    

Tessina berpendapat bahwa sentuhan fisik adalah cara langsung untuk mengomunikasikan bahasa cinta. "Selama itu dilakukan dalam suasana yang penuh cinta dan tidak memaksa, sentuhan fisik bisa menjadi cara paling efektif dari bahasa cinta. Bahasa cinta ini dapat menenangkan, menyembuhkan serta meyakinkan," jelasnya.



Physical Touch
(Sentuhan Fisik)



Menginjak usia dua tahun pernikahan, Jihoon mulai merasa lelah setiap kali neneknya menyinggung tentang kapan ia akan dikaruniai seorang anak dalam hidupnya. Karena jujur, selama ini Jihoon tidak pernah merasa stress sekaligus tertekan bila ada yang bertanya kapan kiranya ia dan Junkyu akan dikaruniai momongan. Pertanyaan yang neneknya layangkan saat beliau bertandang ke rumah orang tua Jihoon terus saja terngiang dalam benak.

Jihoon mengusap wajah dengan gusar, kalimat demi kalimat bernada sindiran yang tercetus dari mulut sang nenek terasa mengganggu. Ia pribadi awalnya tidak mempermasalahkan hal tersebut dan memilih untuk bersikap tidak peduli seperti biasa. Namun, setelah wajah sedih Junkyu terlintas dalam pikirannya, cukup membuat emosi Jihoon terbakar. Bagaimana jika neneknya kembali menyinggung masalah ini secara langsung pada Junkyu? Atau ... yang paling parahnya lagi, bagaimana jika neneknya itu menyuruh Jihoon untuk berpisah dengan Junkyu?

"Sial!"

Geraman frustrasi spontan keluar dari bibir Jihoon. Ia tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Satu tahun yang lalu, ketika Jihoon dan Junkyu merayakan ulang tahun pernikahan pertama, Nenek Jihoon sempat mendesak Junkyu untuk segera memberinya cicit di depan khalayak ramai. Junkyu yang waktu itu merasa kaget terlihat berusaha menahan kesedihan kala menangkap raut kekecewaan di wajah sang nenek. Dan begitu acara selesai, Junkyu berubah murung bahkan sampai tidak ingin berbicara sama sekali pada Jihoon. Wanita itu terus mengurung diri dalam kamar dan menangis seharian selama hampir satu pekan penuh. Melihat perubahan sikap Junkyu, tak lantas membuat Nenek Jihoon merasa bersalah. Beliau malah berpikir Junkyu terlalu melebih-lebihkan segala sesuatu. Tak tanggung-tanggung, Nenek Jihoon selalu menunjukkan rasa ketidaksukaannya manakala beliau tak sengaja bersitatap dengan Junkyu. Hanya karena Junkyu belum bisa memberikan Jihoon keturunan, ibu kandung dari Sandara Park itu tampak membenci cucu menantunya.

Saat Jihoon masih terus larut dalam pikiran, sepasang lengan terasa melingkari pinggangnya. Tanpa harus menebak, Jihoon sudah pasti tahu siapa pelaku yang sedang memeluk erat tubuhnya dari belakang.

"Aku panggil dari tadi kamu gak nyahut, tahunya lagi ngelamun di sini. Kenapa, Ji? Aku lihat semenjak pulang dari rumah mama kamu kelihatan kusut banget?"

Jihoon melepaskan jeratan tangan mungil Junkyu dari tubuhnya kemudian berbalik, menghadap Junkyu yang tengah tersenyum teduh padanya. Rasa bersalah kembali menjalari isi hati Jihoon, bagaimana mungkin ia tega membiarkan wanitanya bersedih setelah apa yang mereka lalui bersama? Kesabaran, ketulusan, serta kebaikan yang selama ini Junkyu berikan padanya mampu membuat Jihoon tak berkutik. Wanita itu terlalu sempurna untuk Jihoon. Dan ia senantiasa ingin bersikap egois dengan tetap menjadikan Junkyu miliknya, hanya milik Jihoon seorang.

"Ji ..."

"Ya, Sayang?" Jihoon membalas tatapan Junkyu dalam-dalam. Nada suaranya terdengar memberat seiringan dengan rangkulan di sisi pinggang sang istri yang semakin mengerat. Junkyu sempat menahan napas ketika Jihoon tiba-tiba menyembunyikan wajahnya di ceruk leher.

"Kamu kenapa, hm? Lagi ada masalah di kantor apa gimana? Gak biasanya kamu bersikap kayak gini, Ji ..."

Kedua tangan Junkyu terulur guna mengelus punggung Jihoon. Sesekali wanita itu membisikkan kata-kata penenang di telinga Jihoon yang kian membuat pria itu merasa tenang. Mata Jihoon terpejam kala indera pernciumannya menghirup aroma manis dan lembut yang menyeruak dari tubuh Junkyu.

Love Languages : JIKYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang