Orang yang memiliki bahasa cinta ini merasa bahwa dirinya dicintai dan diperhatikan saat ia diberikan hadiah. Dengan kata lain, orang ini memerlukan tindakan nyata dari pada sekedar kata-kata.
Receiving Gifts
(Pemberian Hadiah)Awan mendung menghiasi langit kota Seoul di siang hari. Embusan angin dingin sesekali menerbangkan surai panjang wanita berparas cantik yang tengah berbadan dua.
Raut wajahnya terlihat tenang, meski selama hampir satu jam ia duduk diam di sana guna menanti kehadiran seseorang. Sampai pada akhirnya, suara derap langkah kaki yang berjalan tergesa terdengar memenuhi seisi ruangan cafe yang masih terlihat sepi pengunjung.
"Junkyuuuu!"
Junkyu melambaikan tangan. Senyum wanita itu terbit setelah Mashiho tiba-tiba memeluk tubuhnya.
"Maaf, Kyu. Tadi aku habis menitipkan Mahiro ke rumah kerabat Yoshi. Anak aku tiba-tiba terserang demam jadi pihak sekolah menghubungiku untuk segera membawa Mahiro pulang. Udah berapa lama kamu nunggu? Aku benar-benar minta maaf, Junkyu-ya. Padahal saat ini kondisi kamu lagi hamil tapi dengan kurang ajarnya aku malah bikin kamu nunggu selama ini," ujar Mashiho penuh penyesalan.
Wanita itu menyampaikan alasan mengapa dirinya terlambat hingga terpaksa membuat Junkyu menunggu cukup lama.
"Ssh! Gak apa-apa kok, Chio. Aku ngerti. Lagi pula aku juga belum terlalu lama nunggu kamu di sini, jadi santai aja gak usah masang wajah bersalah kayak gitu," jawab Junkyu berbohong. Tak lama ia kembali berujar, "Tapi sekarang anak kamu gimana? Emangnya gak masalah ninggalin Mahiro yang lagi demam? Kasihan lho kalau sampai nanti dia nyariin kamu. Aku juga gak bakal keberatan jika memang kamu harus batalin janji kita supaya bisa nemenin Mahiro yang lagi sakit."
Mashiho tersenyum kecut. Ia tahu bahwa Junkyu tengah berbohong. Namun, karena Mashiho tak ingin memperkeruh suasana jadi wanita itu memilih untuk menjawab pertanyaan Junkyu sesantai mungkin.
"Tenang aja, aku udah suruh Yoshi buat ngurus Mahiro selama aku pergi nemenin kamu. Entah kenapa anak itu bakalan lebih manja dan nurut sama papanya dibanding sama aku setiap lagi sakit. Jadi gak perlu khawatir, aku kan udah janji bakalan nemenin kamu beli hadiah buat Jihoon."
Hening sesaat. Mashiho tahu jika mood Junkyu sedang tidak baik. Sebab, keterdiaman wanita itu membuktikan segalanya.
"Kamu udah makan, Kyu?"
Suara rendah Mashiho memecah keheningan yang terjadi di antara mereka. Junkyu segera menganggukkan kepala sebagai balasan atas pertanyaan sang sahabat.
"Udah, aku udah makan. Kalau Chio bagaimana? Mau aku pesankan makanan?"
"Gak usah, aku gak lapar kok. Kita pergi sekarang aja gimana?"
"Serius kamu gak ingin makan sesuatu lebih dulu? Santai aja ih, Chio. Aku masih bisa nunggu kamu makan."
Mashiho menggeleng pelan. "Gak perlu, Beb. Udah yuk, sebaiknya kita pergi sekarang aja. Nanti keburu hujan."
Mashiho bergerak mengitari meja, kemudian membantu Junkyu berdiri dari posisi duduk. Padahal sebelumnya, Mashiho sudah menawarkan diri guna membantu membelikan hadiah untuk Jihoon, akan tetapi wanita yang sedang hamil tua itu masih tetap ngotot ingin membelikan hadiah untuk sang suami secara langsung. Katanya, biar hadiah tersebut bisa lebih bermakna karena Junkyu sendiri yang membelikannya.
"Kalau capek bilang sama aku, oke? Jangan memaksakan diri."
"Yes, Mom!"
Junkyu mengamit lengan Mashiho, bergelayut manja pada wanita yang lebih pendek darinya. Kedua wanita manis itu berjalan santai menuju parkiran, meninggalkan cafe yang semakin ke sini kian dipenuhi banyak pengunjung mengingat waktu sudah memasuki jam makan siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Languages : JIKYU
Hayran Kurgu[BAHASA | COMPLETED] "Real love is figuring out how someone wants to be loved and loving them in that way." ─ Jay Shetty (Alternate Universe ─ GENDERSWITCH) A Jikyu Fanfiction snflwexdejane © 2022