Matheo beserta Arcais dan Tiana yang telah bersiap akhirnya memulai perjalanan menuju kota Savana. Kota Savana perdagangan dan penghubung antara tiga kerajaan besar Farland, Tachion, dan Javari. Kota Savana merupakan kota biasa yang dipimpin oleh tiga perwakilan dari tiap kerajaan yang terhubung dengan Savana. Walau berperan sebagai kota penghubung, Savana tidak kalah besar dengan tiga kerajaan disekitarnya. Jarak antar kerajaan dan kota Savana beragam mulai dari satu hari perjalanan jika dari Farland, tiga hari jika dari Tachion dan yang paling lama jika menuju Javari yakni perlu ditempu sembilan hari perjalanan karena harus memutari gunung Orlimpia yang menjulang sangat tinggi dan menjadi tempat tinggal mahluk buas, atau setidaknya seperti itu cerita para petualangan yang mencoba mengambil jalan pintas baik menuju Javari atau sebaliknya.
"Jadi kenapa tidak ada guild atau perkumpulan petualang di Savana?" celetuk Matheo
"Savana berusaha menjadi kota yang netral karena berperan sebagai penghubung, ditakutkan jika ada kelompok tertentu bisa mengganggu kinerja tiga kerajaan utama di sekitar Savana, yaa, seperti itulah kata orang orang jika kau penasaran kenapa~" jelas Tiana Panjang lebar
"Tapi bukannya kalian memiliki perkumpulan kan? Sebuah guild petualang?" tanya Matheo lagi
"Tadinya, sebelum dibubarkan oleh para petinggi, sekarang hanya tinggal kelompok kecil ini, aku Arcais, Rita, dan anak aneh kemarin yang entah dimana itu" ujar Tiana kesal
***
HACHOO!
"Ugh, berhenti lah membicarakan ku, aku akan datang dasar kelompok aneh!" gerutu Dvarin yang tadinya pergi meninggalkan Savana kembali berbalik arah sambil terus menerus mengusap usap hidungnya yang gatal dan mulai kemerahan.
Selain karena alasannya benci diomongi oleh orang lain, ia menjadi penasaran akibat kejadian yang terjadi baru baru saja, seseorang baru saja memberinya 'peringatan' dan menyuruhnya berkumpul kembali bersama kelompoknya. Bukan berarti Dvarin mau berkumpul hanya saja ia perlu informasi untuk mencari tau siapa dalang dibalik pesan ancaman yang ia terima.
***
"Ini sangat membosankan, walaupun ingatan ku hilang namunku tau betul bahwa petualangan bermula dengan tiba didunia lain, mendapat kekuatan super dan melawan monster monster mulai dari paling lemah hingga akhirnya mengalahkan raja iblis...tapi ini.." sahut Matheo sambil memperhatikan sekeliling yang tentram, Mentari pagi terasa hangat dan angin bertiup dengan tenang selama perjalanan, di kejauhan di tepi pepohonan menuju hutan Reinba terlihat beberapa Borusha liar sedang menikmati rerumputan segar dan beberapa saling beradu tanduk mereka.
"Heh, aku penasaran masalalu seperti apa dengan pemikiran seperti itu, jika kau ingin mencari tantangan pergilah menuju pegunungan Orlimpia, itupun jika kau berhasil menuju kaki gunung dan melewati hutan Reinba" jawab Tiana.
"Hmm aku baru ingat, Rita bisa memindahkan kita secara instan ke kota..."celetuk Arcais kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan crystal hitam yang kemudian dihancurkannya.
"Tunggu, Matheo kan belum pernah dilihat-"Tiana berusaha memberi penjelasan ke Arcais namun mereka berdua tiba tiba saja mengilang menjadi butiran cahaya hitam yang perlahan juga ikut menghilang.
"Huh...HUH? APA APAAN INI?! KEMANA MEREKA BERDUA???" gerutu Matheo berusaha menyerap apa saja yang baru terjadi, ia di tinggal sendiri di antah berantah dan Arcais dan Tiana yang sepertinya telah sampai duluan ke Kota Savana.
Hutan Reinba, pegunungan Orlimpia, itu jalan pintasnya. Butuh sekitar tujuh hari lagi dan akupun tidak punya apa apa untuk bertahan hidup. Jika memang ini seperti dunia imajinasi yang aku bayangkan tidak ada salahnya jika aku bertaruh nasib lewat jalan pintas, toh sepertinya akupun sudah mati dengan cap darah itu.
"Baiklah, berikan semua yang kau punya hutan Reinba!" sahut Matheo memantapkan langkahnya menuju Hutan Reinba dan mencari jalan pintas menuju Kota Savana
Matheo memutuskan untuk meneruskan perjalanan dan mengambil jalan pintas melalui hutan Reinba menuju kaki gunung Orlimpia. Tidak butuh waktu lama, Matheo dengan mudah tiba ke pinggir hutan Reinba dimana perjalanannya akan bermula. Walaupun sedikit ragu ragu ia memantapkan dirinya dengan menepuk kedua pipinya dengan sedikit kencang.
"Oh ya, karena aku sendiri, sepertinya dengan ini bisa," ujar Matheo melihat sebilah kayu yang lumayan bagus dan sepertinya terlihat kokoh.
Ia mengingat ingat saat ia diselamatkan oleh Tiana dan Arcais, dimana kali pertama ia melihat seseorang menggunakan kekuatan melawan mahluk buas dan menyelamatkan dirinya dari marabahaya.
"Fokus dengan bentuknya, selimuti dengan sempurna dan di perkuat" gumam Matheo sambil menutup matanya, memfokuskan pikirannya pada sebilah kayu yang baru saja dia ambil.
Bayangan Matheo terfokus pada ingatannya tentang Tiana, bagaimana zirah yang Tiana gunakan terselubungi sesuatu yang Matheo curigai adalah kekuatan yang dimiliki Tiana. Matheo mencoba meniru kekuatan tersebut dan menerapkannya pada sebilah kayu yang ia pegang.
Selama Matheo memejamkan matanya, sebilah kayu yang dipegangnya perlahan diselimuti oleh partikel cahaya yang halus dan kecil berwarna ungu kelam bergerak dari telapak tangannya yang menyentuh kayu tersebut dan menjalar dari bawah hingga keujung kayu tersebut. Beberapa saat partikel cahaya tersebut seperti terserap masuk kedalam bilah kayu tersebut dan kembali keluar bergerak seperti itu seperti denyut dengan cahaya yang sedikit menerang lalu redup kembali, Matheo membuka matanya dan terlihat ekspresi takjub di wajahnya seakan tak percaya dia berhasil meniru apa yang dulu Tiana lakukan.
"Gila gila, bisa seperti ini, HAH!" Matheo mencoba mengayunkan kayu tersebut dan beratnya seakan akan berubah, menjadi sedikit lebih berat dan terasa padat.
"Rasanya seperti mengayunkan pedang asli, ini sangat berguna, mm akan kuberi nama kemampuan ini [Umbra], terdengar cukup keren" ujarnya.
Dengan ditemukannya kemampuan baru Matheo dan niatnya yang sudah mantap dan percaya diri, dimulailah perjalanannya menyusuri hutan Reinba, mencari jalan menuju kaki gunung Orlimpia, sebagai jalan pintas menuju kota Savana.
***
WOSH~
Tiana dan Arcais tiba di kota Savana, seorang wanita cantik berambut putih sepertinya sedang menunggu kedatangan mereka berdua namun raut wajahnya berubah saat menyadari yang datang hanya Tiana dan Arcais.
"Hm, dimana anak baru itu? Apakah kalian gagal menolongnya? Sepertinya dia masih hidup, aku bisa sedikit merasakan kekuatannya walau samar samar, Arcais? Tiana?" pertanyaan beruntun ditujukan pada Arcais dan Tiana yang baru saja muncul namun seperti tak ada respon balik dari mereka berdua.
"Arcais? Tiana? Kalian baik baik saja?" tanya wanita tadi mulai curiga.
Saat wanita cantik itu mendekat, Tiana dan Arcais langsung rubuh, tatapan mereka berdua kosong dan keringat mengalir deras, sesuatu baru saja terjadi pada mereka berdua. Seakan akan mereka baru saja bertarung ataupun tenaganya benar benar habis dan terlihat sangat lemas.
"Serigala hitam, besar, ia menggigit dan menyantap semuanya pada saat kami berpindah-" ujar Arcais dengan sekuat tenaga berusaha tetap menjaga agar dirinya tetap tersadar.
"Bertahanlah!" pekik wanita tadi berusaha menolong Arcais dan Tiana.
KAMU SEDANG MEMBACA
World of Fantasia
FantasíaDeva Matheo, seorang remaja yang secara tiba tiba terbangun didunia lain bertualang mencari fakta kenapa ia bisa berada didunia tersebut. Dalam perjalanannya tentu saja dia tidak sendiri, bersama dengan Arcais yang perkasa dan Tiana yang tangkas, pe...